Kesalahan Editing yang Sering Dilakukan Pemula dan Cara Menghindarinya
Tanggal: 26 Jul 2025 09:13 wib.
Proses editing adalah tahap krusial dalam pembuatan konten visual, entah itu video, foto, atau bahkan audio. Di sinilah materi mentah diubah menjadi sebuah karya yang utuh dan menarik. Bagi yang baru belajar, semangat untuk menciptakan sesuatu yang keren seringkali berbenturan dengan kesalahan-kesalahan dasar yang justru bisa merusak kualitas akhir. Hasilnya, karya jadi terlihat kurang profesional atau bahkan membingungkan. Padahal, kesalahan-kesalahan ini bisa dihindari dengan sedikit pemahaman dan praktik yang tepat.
Mengerjakan Editing Tanpa Rencana Jelas
Banyak pemula terjebak pada keinginan untuk segera membuka software editing dan mulai "memotong" atau "memoles" tanpa memiliki visi yang matang. Ini adalah kesalahan fatal pertama: tidak punya rencana atau storyboard yang jelas. Akibatnya, proses editing jadi berantakan, buang-buang waktu, dan hasilnya seringkali tidak fokus atau bahkan tidak selesai.
Untuk menghindarinya, mulailah dengan perencanaan matang. Buatlah outline atau storyboard sederhana sebelum menyentuh software. Tentukan alur cerita atau pesan utama yang ingin disampaikan. Jika itu video, susun adegan per adegan. Jika foto, bayangkan mood dan gaya yang diinginkan. Pikirkan juga durasi yang pas dan musik latar yang relevan. Dengan rencana ini, setiap langkah editing jadi terarah dan efisien, membantu menjaga fokus pada tujuan akhir karya.
Menggunakan Terlalu Banyak Efek dan Transisi Berlebihan
Godaan untuk memakai semua efek dan transisi keren yang ada di software editing itu besar banget, apalagi buat pemula. Ada efek api, transisi wipe, atau filter warna-warni. Nah, kesalahan umum kedua adalah penggunaan efek dan transisi yang lebay atau berlebihan. Alih-alih membuat karya jadi menarik, ini justru bisa mengalihkan perhatian dari konten utama, bahkan bikin pusing penonton. Terlalu banyak efek justru menunjukkan kurangnya pemahaman tentang kapan dan mengapa sebuah efek harus digunakan.
Cara menghindarinya cukup sederhana: "kurang itu lebih" (less is more). Gunakan efek dan transisi hanya jika benar-benar menambah nilai pada cerita atau visual. Fungsi transisi adalah menjembatani perpindahan antar adegan agar mulus, bukan sebagai pertunjukan efek. Pilih transisi yang halus dan relevan. Begitu juga dengan efek visual; pakai secukupnya untuk menekankan poin atau menciptakan mood tertentu, bukan untuk mengisi kekosongan. Tujuan editing adalah memperkuat pesan, bukan menenggelamkannya dalam keramaian efek.
Tidak Memperhatikan Audio yang Jernih
Dalam editing video, fokus seringkali hanya pada visual. Akibatnya, kesalahan besar ketiga yang sering dilupakan pemula adalah kualitas audio yang buruk. Padahal, audio yang tidak jelas, banyak noise, atau volume yang tidak stabil bisa sangat mengganggu pengalaman penonton, bahkan lebih parah dari visual yang kurang sempurna. Penonton bisa saja memaafkan visual yang agak buram, tapi audio yang jelek akan membuat mereka langsung ilfeel.
Untuk menghindarinya, berikan perhatian serius pada audio editing. Saat merekam, pastikan suara masuk dengan jelas. Saat editing, selalu monitor audio menggunakan headphone. Bersihkan noise atau suara bising yang tidak perlu, sesuaikan volume agar stabil, dan pastikan backsound tidak menutupi suara utama. Jika ada musik latar, pastikan volumenya pas, tidak terlalu keras atau terlalu pelan. Audio yang jernih dan seimbang bisa sangat meningkatkan kualitas sebuah karya, membuat pesan lebih mudah tersampaikan.
Mengabaikan Koreksi Warna dan Kecerahan
Warna dan pencahayaan sangat memengaruhi mood dan daya tarik visual sebuah karya. Kesalahan keempat yang sering diabaikan pemula adalah tidak melakukan koreksi warna dan grading yang tepat. Foto atau video bisa terlihat pucat, terlalu gelap, terlalu terang, atau warnanya tidak konsisten antar adegan. Ini membuat hasil akhir terlihat amatiran dan tidak sedap dipandang.
Untuk mengatasi ini, pelajari dasar-dasar koreksi warna dan color grading. Ada banyak tutorial gratis di internet. Sesuaikan exposure (kecerahan), contrast, highlights, shadows, whites, dan blacks agar visual terlihat seimbang. Pastikan warna kulit subjek terlihat alami. Lalu, lakukan color grading untuk memberikan mood atau gaya tertentu pada keseluruhan karya. Konsistensi warna antar adegan juga penting agar penonton tidak terganggu dengan perubahan tone yang drastis. Sentuhan kecil di bagian ini bisa membuat perbedaan besar pada kesan profesionalitas.
Terlalu Terikat pada Materi Awal dan Takut Memotong
Terakhir, kesalahan kelima adalah terlalu sayang pada materi mentah yang sudah direkam atau dipotret. Pemula seringkali enggan memotong bagian-bagian yang dirasa "bagus" padahal sebenarnya tidak relevan atau terlalu panjang. Ini membuat karya jadi membosankan, bertele-tele, dan kehilangan inti pesannya. Durasi yang terlalu panjang tanpa substansi yang kuat justru akan membuat penonton bosan dan meninggalkan karya sebelum selesai.
Untuk menghindarinya, bersikaplah objektif dan tanpa ampun saat memotong. Ingat tujuan awal editing: menyampaikan pesan secara efektif. Jika sebuah adegan atau bagian tidak berkontribusi pada cerita atau pesan utama, jangan ragu untuk memotongnya. Buang bagian yang tidak penting, jeda yang terlalu lama, atau pengulangan yang tidak perlu. Setiap detik dalam karya harus punya tujuan. Memotong bagian yang tidak perlu sebenarnya adalah seni untuk membuat karya menjadi lebih kuat dan berdampak.