Kampus Muhammadiyah Maumere Memperbolehkan Mahasiswanya Membayar Kuliah Dengan Hasil Bumi, Ikan, dan Tenun Ikat
Tanggal: 29 Mei 2024 18:53 wib.
Kampus Muhammadiyah Maumere telah menjadi sorotan media dan perbincangan hangat di kalangan masyarakat setempat maupun di seluruh Indonesia atas kebijakan uniknya. Kebijakan tersebut memperbolehkan mahasiswa membayar biaya kuliah dengan hasil bumi, ikan, dan tenun ikat. Kebijakan ini telah menjadi daya tarik tersendiri bagi calon mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi di kampus tersebut.
Polemik biaya uang kuliah tinggal (UKT) perguruan tinggi negeri yang mahal menjadi persoalan dan beban bagi generasi muda yang hendak melanjutkan pendidikan tinggi. Namun demikian, ada yang berbeda di kota Maumere, kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Betapa tidak, sejak tahun 2018 lalu, Kampus Muhammadiyah Maumere punya cara tersendiri dalam hal biaya perkuliahan bagi mahasiswa. Mahasiswa diperbolehkan membayar biaya kuliah dengan menggunakan hasil bumi, ikan maupun hasil tenun ikat.
Dengan kebijakan tersebut, mahasiswa yang berasal dari keluarga petani, nelayan, atau pengrajin tenun ikat kini memiliki akses yang lebih mudah untuk mendapatkan pendidikan tinggi. Kebijakan ini sekaligus menghapus hambatan finansial yang seringkali menjadi penghalang bagi mereka dalam menempuh pendidikan tinggi. Selain itu, kampus ini juga memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para mahasiswa untuk memiliki keterampilan yang dibutuhkan dalam mengelola hasil bumi, memproduksi ikan, serta mengembangkan kerajinan tenun ikat.
Dampak positif dari kebijakan ini telah terasa dalam berbagai aspek. Di sisi ekonomi, petani, nelayan, dan pengrajin tenun ikat lokal mendapatkan pasar yang lebih pasti untuk hasil-produk mereka, karena kampus sebagai pembeli yang konsisten. Selain itu, keterlibatan mahasiswa dalam pengelolaan hasil bumi dan produksi ikan turut mendukung pertumbuhan sektor pertanian dan perikanan di daerah tersebut. Di sisi sosial, adanya kebijakan ini juga mendorong terjalinnya keterkaitan yang erat antara kampus dan masyarakat, sehingga membawa dampak positif dalam hal pemberdayaan ekonomi dan pembangunan sosial di komunitas setempat.
Tidak hanya itu, kebijakan unik ini juga turut memperkuat identitas kampus sebagai lembaga pendidikan yang berpihak pada masyarakat dan berkomitmen dalam membangun daerah. Hal ini sekaligus mengangkat citra positif kampus Muhammadiyah Maumere di mata masyarakat, serta membawa dampak positif dalam mendapatkan calon mahasiswa baru yang tertarik dengan kebijakan tersebut.
Meskipun terbilang unik, kebijakan ini memberikan pelajaran penting bagi institusi pendidikan tinggi lainnya. Dengan memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk membayar biaya kuliah dengan hasil bumi, ikan, dan tenun ikat, kampus tidak hanya memberikan akses pendidikan yang lebih inklusif, namun juga turut berperan dalam memajukan sektor pertanian, perikanan, dan kerajinan lokal.
Dari kebijakan ini, diharapkan bahwa kampus-kampus lain di Indonesia juga dapat memberikan perhatian lebih dalam membangun keterkaitan yang erat antara dunia pendidikan tinggi dengan permasalahan riil yang dihadapi oleh masyarakat setempat. Dengan demikian, kampus bukan hanya menjadi lembaga yang memberikan pendidikan, namun juga menjadi agen perubahan sosial yang turut terlibat dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat.
Dengan kebijakan yang unik dan progresif, kampus Muhammadiyah Maumere telah memberikan contoh nyata bagaimana dunia pendidikan dapat berperan dalam mendorong keberlanjutan lokal, pemberdayaan ekonomi masyarakat, serta memperkuat keterkaitan antara kampus dan masyarakat. Semoga kebijakan ini dapat menjadi inspirasi bagi institusi-institusi pendidikan tinggi lainnya dalam menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan berdampak positif bagi masyarakat.