Jurusan yang Dikira Santai, Ternyata Tugasnya Bikin Terbantai
Tanggal: 4 Jul 2025 11:46 wib.
Pernahkah Anda mendengar celetukan, "Ah, jurusan itu mah santai, banyak waktu luang!"? Atau mungkin Anda sendiri pernah berpikir demikian saat memilih jalur studi? Stereotip tentang jurusan "mudah" atau "santai" seringkali beredar di kalangan mahasiswa atau bahkan calon mahasiswa. Namun, di balik stigma tersebut, banyak jurusan yang sebenarnya memiliki beban tugas dan tingkat kerumitan yang jauh di luar dugaan. Mahasiswa yang memilihnya karena dianggap "santai" justru seringkali "terbantai" oleh realitas tugas dan proyek yang menumpuk.
Mitos "jurusan santai" biasanya muncul karena beberapa alasan:
Minimnya Matematika atau Ilmu Pasti: Banyak orang menganggap jurusan non-eksakta otomatis lebih mudah. Padahal, ketiadaan hitung-hitungan rumit seringkali digantikan dengan beban membaca, analisis, atau proyek praktikum yang tak kalah menantang.
Waktu Kuliah yang Fleksibel: Beberapa jurusan mungkin tidak memiliki jadwal kuliah padat setiap hari. Namun, ini seringkali berarti mahasiswa dituntut untuk belajar mandiri, melakukan riset lapangan, atau mengerjakan proyek kelompok di luar jam kuliah formal.
Popularitas atau Tren: Jurusan yang sedang populer atau terlihat "kekinian" kadang dianggap mudah karena banyak peminatnya, padahal persaingan dan standar kualitasnya justru sangat tinggi.
Realitanya, hampir setiap jurusan di perguruan tinggi menuntut dedikasi, kerja keras, dan manajemen waktu yang baik. Tidak ada "jurusan santai" sejati jika Anda ingin meraih hasil maksimal. Mari kita selami beberapa jurusan yang sering masuk daftar "santai" namun faktanya justru menguras tenaga dan pikiran.
Berikut adalah beberapa contoh jurusan yang seringkali dikira santai, namun nyatanya memiliki tugas-tugas yang bisa bikin mahasiswa kewalahan:
Ilmu Komunikasi (Komunikasi Massa, Hubungan Masyarakat, Periklanan)
Mitos: Hanya ngobrol, bikin acara, atau posting di media sosial.
Realita: Di balik "ngobrol" ada analisis media yang mendalam, riset audiens yang kompleks, penyusunan strategi komunikasi yang presisi, serta kemampuan menulis dan presentasi yang prima. Tugas-tugasnya meliputi pembuatan press release, naskah podcast, skenario film pendek, kampanye iklan lengkap, analisis media sosial, hingga proyek event organizer (EO) sungguhan yang membutuhkan kerja tim intens dan manajemen logistik yang ketat. Deadline yang ketat dan ekspektasi kreativitas yang tinggi bisa sangat membebani.
Desain Komunikasi Visual (DKV)
Mitos: Cuma gambar-gambar, main warna, pakai aplikasi desain.
Realita: DKV bukan hanya tentang menggambar indah. Ada konsep, riset mood board, brainstorming ide, storytelling visual, pemahaman tentang tipografi, layout, psikologi warna, hingga software desain yang kompleks. Tugas-tugasnya bisa berupa membuat logo, branding sebuah perusahaan, ilustrasi buku, desain kemasan, motion graphic, hingga merancang user interface (UI) aplikasi. Setiap proyek membutuhkan proses kreatif yang panjang, revisi berulang, dan ketelitian tinggi. Jam begadang seringkali jadi teman akrab.
Psikologi
Mitos: Cuma dengar curhat, belajar sifat orang, atau baca buku pengembangan diri.
Realita: Psikologi adalah ilmu yang kompleks. Mahasiswa akan dihadapkan pada teori-teori rumit, metodologi penelitian kuantitatif dan kualitatif, statistik yang detail untuk mengolah data, analisis perilaku manusia yang mendalam, dan berbagai studi kasus. Tugasnya bisa berupa membuat laporan observasi yang detail, melakukan wawancara mendalam, menyusun kuesioner valid, analisis statistik data riset, hingga menyusun proposal intervensi psikologis. Belum lagi, ada tekanan untuk memahami dan menerapkan etika profesi yang ketat.
Sastra (Indonesia/Inggris/Asing Lainnya)
Mitos: Cuma baca novel, nonton film, atau belajar bahasa.
Realita: Sastra jauh lebih dari sekadar membaca. Mahasiswa akan melakukan analisis teks yang mendalam (menggali simbol, makna, struktur), kritik sastra, linguistik (struktur bahasa, sejarah, fonologi, morfologi, sintaksis), hingga penerjemahan yang akurat. Tugasnya meliputi esai analisis sastra yang tebal, riset filologi, pembuatan kamus mini, kritik film yang komprehensif, atau bahkan mencoba menulis karya sastra asli. Beban membaca referensi dan menulis esai akademik yang panjang dan berbobot sangatlah besar.
Pendidikan (Berbagai Bidang)
Mitos: Hanya belajar cara mengajar, gampang karena nanti jadi guru.
Realita: Jurusan pendidikan mempersiapkan calon pendidik. Ini berarti mempelajari psikologi perkembangan anak, teori belajar yang beragam, kurikulum, metodologi pengajaran, manajemen kelas, hingga evaluasi pendidikan. Tugasnya bisa berupa menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang detail dan inovatif, membuat media pembelajaran kreatif, microteaching (simulasi mengajar) dengan penilaian ketat, hingga praktik pengalaman lapangan (PPL) di sekolah yang menuntut dedikasi penuh layaknya guru sungguhan. Beban persiapan dan implementasi di lapangan sangatlah tinggi.
Stereotip "jurusan santai" ini seringkali menyesatkan dan berpotensi membuat mahasiswa kecewa atau bahkan putus asa di tengah jalan. Setiap jurusan, pada dasarnya, menuntut level kesulitan dan komitmennya masing-masing. Yang membedakan adalah jenis tantangannya.
Sebelum memilih jurusan, sangat penting untuk melakukan riset mendalam. Cari tahu silabus mata kuliah, jenis-jenis tugas yang diberikan, proyek akhir, dan testimoni dari mahasiswa atau alumni.