Jerapah Ternyata Terdiri dari 4 Spesies Berbeda, Ini Penjelasannya
Tanggal: 28 Agu 2025 14:12 wib.
Selama ini, banyak orang mengira bahwa jerapah hanyalah satu spesies dengan ciri khas leher panjang dan motif totol unik. Namun, hasil penelitian genetika terbaru mengungkap fakta mengejutkan: ternyata ada empat spesies jerapah berbeda yang hidup di benua Afrika.
Penemuan ini dipublikasikan oleh Satuan Tugas International Union for Conservation of Nature (IUCN) dan menjadi dasar klasifikasi terbaru mengenai jerapah. Empat spesies tersebut adalah:
Jerapah Utara (Giraffa camelopardalis)
Jerapah Retikulata (Giraffa reticulata)
Jerapah Masai (Giraffa tippelskirchi)
Jerapah Selatan (Giraffa giraffa)
Penelitian ini menjadi sangat penting untuk upaya konservasi karena setiap spesies memiliki populasi, ancaman, dan kebutuhan perlindungan yang berbeda.
Penelitian Genetika Ungkap Perbedaan Signifikan
Menurut Michael Brown, peneliti IUCN di Windhoek, Namibia, studi genetika dalam dekade terakhir menemukan perbedaan signifikan di antara keempat spesies jerapah tersebut. Ia menegaskan bahwa klasifikasi ini bukan sekadar perubahan nama, tetapi memiliki dampak besar terhadap strategi perlindungan jerapah.“Jika semua jerapah disatukan dalam satu kategori, maka ancaman terhadap masing-masing spesies akan terlihat kabur,” jelas Brown.
“Setiap spesies memiliki kondisi ekologi dan tantangan konservasi yang berbeda.”
Populasi Jerapah Berdasarkan Spesies
Berdasarkan data Giraffe Conservation Foundation (GCF), populasi jerapah di Afrika sangat bervariasi. Beberapa spesies sudah berada pada status terancam punah, sementara lainnya masih memiliki jumlah cukup banyak:
Jerapah Utara → sekitar 7.000 ekor (paling terancam punah)
Jerapah Retikulata → sekitar *21.000 ekor
Jerapah Masai → sekitar *44.000 ekor
Jerapah Selatan → sekitar *69.000 ekor (populasi terbesar)
Perbedaan jumlah ini membuat setiap spesies membutuhkan pendekatan konservasi yang berbeda.
Ancaman Terhadap Masing-Masing Spesies Setiap spesies jerapah menghadapi tantangan berbeda tergantung habitatnya:
Jerapah Utara → Terancam oleh perburuan liar dan ketidakstabilan politik di wilayah Republik Demokratik Kongo, Sudan Selatan, dan Republik Afrika Tengah.
Jerapah Masai → Menghadapi penyusutan habitat karena alih fungsi savana menjadi lahan pertanian dan padang ternak di Kenya dan Tanzania.
Jerapah Retikulata & Selatan → Meski populasinya lebih stabil, keduanya tetap terancam oleh perburuan dan perubahan ekosistem akibat aktivitas manusia.
Dengan memahami ancaman spesifik ini, para peneliti bisa merancang strategi konservasi yang lebih tepat sasaran.
Kemajuan Teknologi Bantu Penelitian Jerapah
Penemuan ini tak lepas dari kemajuan teknologi dalam analisis genetika. Selama 20 tahun terakhir, para ilmuwan telah mengumpulkan lebih dari 2.000 sampel DNA jerapah di seluruh Afrika.Jika dulu pengurutan genom bisa menelan biaya puluhan ribu dolar AS, kini biayanya turun drastis menjadi sekitar 100 dolar AS berkat perkembangan teknologi. Hal ini membuat penelitian genetika dan konservasi jerapah semakin terjangkau dan terbuka bagi berbagai lembaga nonprofit.
Langkah Baru dalam Upaya Konservasi
Stephanie Fennessy, direktur Giraffe Conservation Foundation, menegaskan bahwa temuan empat spesies ini adalah tonggak penting dalam melindungi jerapah.“Jika tidak semua jerapah sama, maka kita harus melindungi mereka secara individual,” jelas Fennessy.Dengan pemahaman yang lebih detail mengenai genetika, populasi, dan ancaman, para ilmuwan kini bisa menyusun program konservasi yang lebih efektif dan berbasis data.