Inovasi dari Kampus Tak Tersambung ke Industri! Mengapa Potensi Riset Banyak yang Terbuang?
Tanggal: 7 Mei 2025 19:56 wib.
Tampang.com | Setiap tahun, ribuan hasil riset dihasilkan oleh perguruan tinggi Indonesia, namun hanya sebagian kecil yang terserap ke sektor industri. Banyak temuan teknologi dan inovasi akhirnya mengendap di rak perpustakaan atau berhenti pada prosiding seminar.
Riset Produktif Tapi Tidak Produktif secara Ekonomi
Data Kemendikbudristek 2025 mencatat lebih dari 28.000 penelitian didanai oleh pemerintah tahun lalu. Namun dari jumlah itu, kurang dari 7% yang berujung pada kerja sama dengan industri atau komersialisasi produk.
Menurut Prof. Nining Dwi Astuti, pakar kebijakan sains dari Universitas Negeri Surabaya, ini terjadi karena ketimpangan antara fokus akademik dan kebutuhan industri.
“Industri butuh solusi cepat dan siap pakai, sementara riset kampus cenderung panjang dan berorientasi publikasi,” ujarnya.
Kelemahan pada Jembatan Penghubung
Tidak adanya sistem intermediasi yang kuat antara peneliti dan pelaku usaha membuat banyak temuan tak pernah sampai ke pasar. Lembaga seperti BRIN maupun inkubator bisnis kampus masih bersifat parsial dan belum cukup masif.
Pelaku industri juga mengeluhkan kurangnya riset yang aplikatif. "Banyak hasil penelitian menarik, tapi tidak feasible dari sisi pasar atau biaya produksi," ujar Ari Gunawan, CEO startup teknologi manufaktur lokal.
Insentif Lemah, Ekosistem Tak Terbangun
Salah satu kendala besar adalah minimnya insentif bagi dosen dan peneliti untuk berkolaborasi dengan industri. Regulasi penilaian akademik masih lebih menekankan publikasi jurnal, bukan dampak nyata dari riset.
Hal serupa juga terjadi dari sisi industri, yang cenderung memilih membeli teknologi asing ketimbang mengembangkan inovasi lokal bersama kampus.
Butuh Strategi Nasional untuk Inovasi Terapan
Pengamat kebijakan inovasi dari CSIS, Luki Fadila, menilai perlu ada strategi nasional jangka panjang yang menempatkan kampus sebagai mitra nyata dunia usaha. Hal ini bisa dimulai dari integrasi roadmap riset nasional dengan kebutuhan industri dalam negeri.
“Selama kampus dan industri jalan sendiri-sendiri, kita akan terus kehilangan peluang membangun daya saing dari dalam negeri,” tegasnya.
Saatnya Mengubah Arah
Indonesia tak kekurangan peneliti, tapi kekurangan sistem yang membuat hasil penelitian menjadi solusi. Jika dibiarkan, inovasi hanya akan menjadi laporan akhir, bukan masa depan bangsa.