Sumber foto: iStock

Gunung Es Terbesar Dunia di Jalur Tabrakan, Satwa Liar Terancam!

Tanggal: 1 Mar 2025 18:00 wib.
Gunung es A23a, salah satu gunung es terbesar di planet ini, kini bergerak menuju pulau South Georgia. Jaraknya saat ini tercatat sekitar 278 kilometer dari pulau tersebut, menimbulkan kekhawatiran yang signifikan bagi ekosistem dan satwa liar yang mendiami wilayah British Overseas Territory itu. Dalam sejarahnya, gunung es ini telah memberikan dampak besar setelah mematahkan Lapisan Es Filchner di Antartika pada tahun 1986. Sebelumnya, A23a terjebak di dasar laut namun kemudian mengalami patahan kembali pada Desember 2024. 

Dari sisi fisiknya, A23a memiliki tinggi mencapai 399 meter dengan luas permukaan sekitar 1.350 mil persegi, jauh melebihi ukuran negara kepulauan Samoa yang hanya sekitar 1.100 mil persegi. Besarnya gunung es ini membuatnya berpotensi mengancam kehidupan satwa, seperti populasi penguin raja dan anjing laut berbulu yang merupakan penghuni utama kawasan South Georgia. 

Kenaikan suhu global yang menyebabkan pemanasan air laut berkontribusi pada fenomena pecahnya lempengan es yang besar pada A23a. Menurut laporan dari BBC, gunung es ini dapat terpecah menjadi beberapa bagian besar setiap saat, dan jika terjadi, potongan-potongan ini bisa melayang tak terkendali layaknya kota es terapung di sekitar Georgia Selatan. Simon Wallace, kapten kapal pemerintah Georgia Selatan—Pharos, menyatakan bahwa gunung es seperti ini sangat berbahaya dan mengharapkan agar gunung es tidak menghantam kawasan mereka. 

Sejarah keganasan gunung es tidak bisa dianggap enteng. Pada tahun 2004, gunung es A38 terjun ke landas kontinen Georgia Selatan, memutus pasokan makanan bagi banyak satwa, termasuk anak anjing laut dan penguin. Akibat insiden ini, banyak dari mereka mengalami kelaparan yang berujung pada kematian. Ironisnya, fenomena gunung es yang mengapung kini merupakan masalah yang semakin mendesak. 

Pada 2023, misalnya, gunung es A76 yang juga merupakan salah satu gunung es raksasa membuat penduduk Georgia Selatan dan Kepulauan Sandwich Selatan ketakutan. Pecahan-pecahan dari A76 bahkan digambarkan beraneka ragam, dari ukuran Stadion Wembley di London hingga yang sekecil meja biasa. Pecahan-pecahan ini diramalkan akan terus mengambang di sekitar wilayah tersebut dan menambah kekhawatiran baru bagi pelaut dan ekosistem setempat.

Para pelaut yang beroperasi di dekat kepulauan tersebut diwajibkan untuk waspada. Kapten Wallace menyarankan agar mereka menyalakan lampu sorot sepanjang malam guna memperingatkan keberadaan bongkahan es yang dapat datang dari berbagai arah. Kesadaran akan potensi bahaya ini menjadi semakin penting, mengingat peningkatan suhu udara di seluruh dunia yang dapat menyebabkan lebih banyak gunung es pecah dan mengancam wilayah pesisir.

Meningkatnya intensitas gunung es yang bergerak tidak hanya menjadi tantangan bagi pelaut dan peneliti, tetapi juga berdampak pada kehidupan satwa liar yang berada di jalur ancaman tersebut. Mempertimbangkan bahwa satwa-satwa ini sangat bergantung pada sumber daya laut, perubahan mendadak dalam lingkungan mereka bisa sangat mengancam keberlangsungan spesies-spesies ini.

Selain itu, dampak perubahan iklim terhadap gunung es tidak dapat diabaikan. Para ahli iklim selamanya mencari cara untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi dengan mempelajari pola pecah-es dan pergerakan gunung es raksasa. Semakin banyak gunung es yang bergerak, semakin jelas bahwa ancaman ini bukanlah masalah lokal, melainkan tantangan global yang memerlukan kerjasama internasional. 

Dengan demikian, pergerakan gunung es A23a menambah daftar tantangan yang dihadapi dunia dalam menghadapi perubahan iklim. Dari para ilmuwan hingga pemangku kebijakan, perhatian terfokus pada bagaimana tindakan dapat diambil untuk mengurangi dampak negatif yang sudah dan akan terjadi. Untuk populasi satwa liar, setiap pecahan dari gunung es raksasa ini dapat membawa dampak yang menghancurkan. 

Pengamatan dan penelitian lebih lanjut mengenai perilaku gunung es dapat memberikan wawasan yang lebih dalam terkait dampak perubahan iklim dan potensi ancaman di masa depan. Ketika suhu planet terus meningkat, satu hal yang pasti: kita semua berada dalam satu perahu yang sama, dan pergerakan gunung es adalah salah satu peringatan bahwa dunia kita sedang berubah dengan cara yang belum sepenuhnya kita pahami. Antartika, dengan keindahan dan kerentanan ekosistemnya, menjadi simbol lain dari kenyataan pahit yang harus dihadapi oleh umat manusia di abad ini.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved