Sumber foto: iStock

Gak Sadar! RI Sudah Dijajah China, Ini Buktinya

Tanggal: 16 Sep 2024 07:41 wib.
Sebuah laporan yang baru-baru ini dirilis oleh KPMG mengungkapkan fakta mengejutkan bahwa tren masyarakat yang menggunakan produk asal China merupakan bukti konkret bahwa Negeri Tirai Bambu ini semakin menjajah Indonesia. Laporan tersebut menyoroti adanya pengaruh kuat dari industri social commerce China, khususnya melalui platform TikTok, yang mampu mempengaruhi gaya hidup dan kebiasaan belanja masyarakat Indonesia.

Dilansir dari survei yang dilakukan oleh KPMG terhadap tujuh ribu konsumen Generasi Z (usia 18-24 tahun) di 14 negara, termasuk Indonesia, Singapura, dan China, diketahui bahwa sebagian besar dari mereka, sekitar 63 persen, melakukan belanja melalui social commerce. Lebih dari setengah responden (57 persen) menggunakan fitur livestreaming yang tersedia di platform e-commerce, menunjukkan bahwa pengaruh teknologi dan media sosial buatan China semakin merasuk ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.

Tidak hanya itu, TikTok, platform yang berasal dari China, menjadi salah satu tempat favorit para Generasi Z untuk berbelanja. Menurut laporan CNBC Internasional, remaja dari Indonesia, China, Vietnam, dan Filipina aktif berbelanja melalui Tiktok Shop, menandakan bahwa penetrasi produk-produk China semakin dalam di masyarakat Indonesia.

Irwan Djaja, partner dan kepala penasihat KPMG Indonesia, menekankan bahwa penggabungan media sosial dan e-commerce telah berhasil menarik perhatian Generasi Z karena keterkaitannya dengan gaya hidup yang relevan bagi mereka. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya dominasi produk-produk China dalam memengaruhi perilaku konsumen di Indonesia.

Selain dari sisi konsumen, para brand juga berusaha untuk menarik perhatian Generasi Z dengan mengubah strategi rantai pasokan mereka, dengan fokus pada platform-platform social commerce seperti TikTok dan Instagram. TikTok, yang masih terus berkembang dengan jumlah viewers dan pengaruh yang besar, merupakan senjata yang sangat kuat bagi perusahaan dalam menarik perhatian konsumen Generasi Z.

Upaya China untuk melebarkan sayap bisnisnya ke luar negeri juga terlihat dari perluasannya dalam bisnis e-commerce lintas batas. Rancangan aturan pembangunan gudang luar negeri merupakan salah satu strategi yang diterapkan untuk menarik lebih banyak orang dari luar negara tersebut untuk mengonsumsi produk-produk dalam negeri.

Bukan hanya TikTok, beberapa perusahaan teknologi asal China seperti Temu dan Shein juga sukses memperluas pasarnya di luar China, termasuk di Indonesia. Aplikasi Temu, yang telah diunduh lebih dari 100 juta kali di Play Store, telah meraup banyak pengguna di Indonesia, menambah kekhawatiran pemerintah Indonesia terkait penetrasi produk-produk China di dalam negeri.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyatakan keprihatinannya terhadap masuknya aplikasi Temu ke Indonesia, khususnya terhadap dampaknya terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Di tengah perhatian pemerintah terhadap masuknya aplikasi-asal China, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31 Tahun 2023.

Peraturan ini memisahkan definisi antara media sosial dengan e-commerce, serta mewajibkan perusahaan e-commerce yang ingin berdagang di Indonesia untuk memiliki kantor perwakilan di negara ini. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa produk-produk asal China tidak langsung berdampak pada kondisi ekonomi Indonesia, termasuk UMKM, yang menjadi salah satu sektor yang sangat rentan terhadap penetrasi produk-produk luar negeri.

Kebijakan ini juga membatasi jumlah harga barang yang bisa dibeli secara lintas negara, dengan batasan US$ 100. Dengan adanya batasan harga ini, pemerintah berharap agar pasar Indonesia tidak akan dibanjiri oleh produk-produk murah yang dapat merusak kondisi UMKM Indonesia.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved