Forum Rektor Sebut Biaya Kuliah Bisa Turun Jika Kampus Kelola Tambang
Tanggal: 23 Jan 2025 12:32 wib.
Forum Rektor Indonesia (FRI) memberikan dukungannya terhadap wacana yang mengizinkan perguruan tinggi untuk mengelola tambang. Menurut Wakil Ketua Forum Rektor Indonesia, Didin Muhafidin, langkah ini dapat menjadi solusi untuk menekan biaya kuliah yang saat ini dirasakan cukup membebani banyak mahasiswa.
“Jika perguruan tinggi dapat mengelola tambang, maka sumber pendapatan kampus tidak lagi hanya bergantung pada uang kuliah yang dibayar mahasiswa. Dengan demikian, biaya pendidikan bisa lebih terjangkau bagi semua kalangan,” ujar Didin dalam diskusi publik yang digelar di Jakarta, Rabu (22/1/2025).
Didin menilai bahwa pengelolaan tambang oleh perguruan tinggi dapat menjadi salah satu langkah strategis untuk menciptakan sumber pendapatan baru yang berkelanjutan. Saat ini, banyak kampus di Indonesia yang harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan operasional mereka, termasuk pembayaran gaji dosen, pemeliharaan fasilitas, dan pengembangan riset.
“Dengan adanya tambang yang dikelola secara profesional oleh kampus, hasilnya dapat digunakan untuk mendanai berbagai kebutuhan pendidikan, seperti subsidi biaya kuliah, pengembangan laboratorium, hingga pemberian beasiswa bagi mahasiswa kurang mampu,” tambah Didin.
Namun, ia juga menekankan pentingnya regulasi dan pengawasan yang ketat agar pengelolaan tambang ini tidak menyimpang dari tujuan utamanya, yakni mendukung dunia pendidikan. Didin menyarankan agar pemerintah segera membuat kerangka hukum yang jelas terkait wacana ini.
Gagasan ini mendapat berbagai tanggapan dari masyarakat. Beberapa pihak menyambut baik ide ini, dengan harapan bahwa pengelolaan tambang oleh kampus dapat mengurangi beban finansial para mahasiswa. Selain itu, langkah ini juga dinilai dapat meningkatkan kualitas pendidikan melalui dana tambahan yang dihasilkan dari sektor tambang.
“Jika dikelola dengan baik, ini bisa menjadi win-win solution. Mahasiswa tidak perlu membayar uang kuliah yang tinggi, dan kampus tetap memiliki sumber pendapatan yang stabil,” ujar Siti Rahmawati, seorang pemerhati pendidikan.
Namun, ada juga yang mempertanyakan kesiapan perguruan tinggi untuk mengelola tambang. “Mengelola tambang membutuhkan keahlian dan infrastruktur yang tidak sederhana. Apakah kampus di Indonesia sudah siap untuk mengambil tanggung jawab sebesar itu?” tanya seorang ekonom yang enggan disebutkan namanya.
Selain sebagai sumber pendapatan, tambang yang dikelola oleh kampus juga dapat menjadi wadah untuk menciptakan kolaborasi antara pendidikan dan industri. Didin menyebutkan bahwa mahasiswa, terutama di bidang teknik pertambangan, geologi, dan lingkungan, dapat memanfaatkan tambang sebagai laboratorium praktikum langsung.
“Ini adalah peluang untuk memperkuat link and match antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Mahasiswa akan mendapatkan pengalaman langsung di lapangan, yang nantinya sangat berguna ketika mereka memasuki dunia kerja,” jelasnya.
Meski ide ini memiliki banyak potensi positif, realisasinya tidak akan mudah. Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana memastikan pengelolaan tambang berjalan secara transparan dan tetap memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan. Perguruan tinggi juga perlu menjalin kerja sama dengan pihak-pihak yang berpengalaman di sektor pertambangan untuk memastikan pengelolaan yang profesional.
FRI berharap bahwa pemerintah segera menindaklanjuti wacana ini dengan kebijakan yang konkret. Dengan regulasi yang jelas dan dukungan penuh dari berbagai pihak, pengelolaan tambang oleh perguruan tinggi dapat menjadi terobosan untuk menciptakan pendidikan yang lebih terjangkau dan berkualitas di Indonesia.