Sumber foto: newscientist.com

Exxon Dituduh 50 Tahun Bohongi Publik Soal Daur Ulang Plastik

Tanggal: 25 Sep 2024 05:14 wib.
Kejaksaan California telah menggugat ExxonMobil dengan tuduhan bahwa perusahaan tersebut telah keliru mempromosikan daur ulang plastik selama 50 tahun. Ini merupakan tindakan yang menggambarkan upaya negara bagian California di Amerika Serikat untuk menuntut pertanggungjawaban perusahaan minyak besar ini atas polusi plastik. 

Gugatan tersebut menuduh Exxon, salah satu produsen plastik terbesar di dunia, melakukan penipuan terhadap publik selama setengah abad mengenai keberlanjutan produk plastiknya. Produk-produk ini meliputi polimer yang ditemukan dalam kemasan plastik, peralatan makan, dan botol minuman. Gugatan tersebut juga meminta ganti rugi atas kerugian yang timbul dari produksi plastik tersebut.

Jaksa agung California, Rob Bonta, dalam pernyataannya kepada Financial Times, menyatakan bahwa ExxonMobil telah menggunakan penipuan untuk menggaet publik dalam kepercayaan bahwa daur ulang plastik dapat menyelesaikan krisis limbah plastik dan polusi, padahal mereka sebenarnya tahu bahwa hal itu tidak mungkin.

Gugatan California tersebut didukung oleh bukti dari tahun 1970-an yang menunjukkan bahwa perusahaan dan perwakilan industri mengakui bahwa daur ulang bukanlah solusi untuk menangani semua limbah plastik, tetapi Exxon tetap membiayai kampanye iklan yang mempromosikan produk daur ulangnya.

Data yang diungkapkan oleh jaksa California menunjukkan bahwa 92% sampah plastik yang diproses oleh teknologi daur ulang Exxon tidak berubah menjadi plastik daur ulang. Namun, Exxon menyangkal tuduhan ini dan menjatuhkan kesalahan kepada kegagalan California dalam membangun sistem daur ulang yang efektif untuk mengatasi masalah polusi plastik.

Tuduhan terhadap Exxon ini menjadi salah satu contoh yang menunjukkan betapa besar peran plastik dalam mendukung permintaan minyak. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahkan telah bersiap untuk menjadi perantara pada perjanjian yang bertujuan mengurangi polusi plastik di Korea Selatan. Ini merupakan sebuah kesepakatan besar yang dapat disandingkan dengan perjanjian iklim Paris 2015.

Menurut Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), konsumsi plastik global – yang menjadi pendorong utama permintaan petrokimia – diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2060 mencapai 1,3 miliar ton.

Fakta lain yang diungkapkan oleh S&P Global Commodity Insights menyebutkan bahwa Tiongkok merupakan produsen plastik terbesar tahun lalu, melampaui Amerika Utara. Badan Energi Internasional juga mengidentifikasi sektor petrokimia sebagai kontributor terbesar terhadap pertumbuhan permintaan minyak.

Laporan dari Laboratorium Nasional Lawrence Berkeley memperkirakan bahwa industri plastik akan menghasilkan 10% emisi global pada 2025, naik dari 5% persen pada tahun 2019.

Gugatan California terhadap Exxon merupakan lanjutan dari penyelidikan yang diluncurkannya terhadap sektor bahan bakar fosil dan petrokimia serta perannya dalam polusi plastik pada tahun 2022. Hal ini menunjukkan bahwa tantangan terhadap perusahaan-perusahaan besar untuk bertanggung jawab atas dampak lingkungan semakin meningkat.

Upaya negara bagian dan lokal dalam meminta pertanggungjawaban perusahaan atas limbah plastik juga disokong oleh gugatan serupa yang diajukan sekelompok organisasi nirlaba pada hari Senin yang menargetkan Exxon atas klaim yang menyesatkan tentang bisnis plastiknya. Selain itu, jaksa agung New York juga telah mengambil tindakan serupa terhadap perusahaan makanan dan minuman seperti PepsiCo.

Ada harapan bahwa pengurangan produksi plastik dapat menjadi bagian dari solusi untuk mengatasi masalah polusi. Namun, sebagai informasi tambahan, Karen McKee, kepala bisnis solusi produk Exxon, dalam wawancara dengan Financial Times menyatakan bahwa pembatasan produksi tidak akan menyelesaikan masalah polusi dan bahwa perlu dibutuhkan solusi lain untuk mengatasi masalah ini.

 

 

 

.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved