Sumber foto: Canva

Decision Fatigue dan Cara Menghindarinya

Tanggal: 21 Jul 2025 11:03 wib.
Setiap hari, kita dihadapkan pada rentetan pilihan yang tak terhitung jumlahnya. Mulai dari hal sepele seperti memilih baju, menu sarapan, sampai keputusan besar di pekerjaan atau kehidupan pribadi. Tanpa kita sadari, setiap pilihan ini menguras energi mental. Lama-kelamaan, kita bisa merasa lelah, stres, dan bahkan membuat keputusan yang buruk. Fenomena ini dikenal sebagai Decision Fatigue atau kelelahan pengambilan keputusan. Ini bukan sekadar rasa malas, tapi kondisi psikologis nyata yang memengaruhi kualitas penilaian dan kontrol diri.

Mengenal Lebih Dekat Decision Fatigue

Decision Fatigue terjadi ketika seseorang membuat terlalu banyak keputusan dalam satu periode waktu. Mirip seperti otot yang kelelahan setelah berolahraga berat, otak kita pun bisa "lelah" jika dipaksa bekerja terlalu keras untuk memilih. Akibatnya, kemampuan kita untuk membuat keputusan yang rasional dan berkualitas akan menurun. Kita jadi lebih rentan terhadap impuls, cenderung menunda, atau justru membuat pilihan yang berlawanan dengan kepentingan terbaik kita sendiri.

Penelitian psikologi, termasuk studi klasik tentang hakim yang cenderung memberikan putusan lebih keras menjelang istirahat makan siang, menunjukkan bagaimana decision fatigue memengaruhi penilaian. Energi mental yang terbatas membuat kita mencari jalan pintas: entah itu memilih opsi default, membuat keputusan impulsif, atau menunda keputusan sama sekali. Ini bukan masalah kecerdasan, tapi lebih pada keterbatasan sumber daya kognitif kita.

Tanda-tanda Terkena Decision Fatigue

Bagaimana mengenali decision fatigue dalam keseharian? Ada beberapa tanda yang bisa kita perhatikan:

Menunda Keputusan: Sering menunda-nunda hal penting atau merasa sulit sekali untuk memulai? Itu bisa jadi karena otak sudah lelah memilih.

Impulsif atau Ceroboh: Ketika energi mental menipis, kita cenderung mengambil jalan mudah, seperti membeli sesuatu yang tidak perlu, makan makanan tidak sehat, atau berkata tanpa pikir panjang.

Iritabilitas dan Stres: Perasaan mudah marah, frustrasi, atau stres karena hal-hal kecil bisa jadi indikasi otak terlalu banyak berpikir.

Kesulitan Konsentrasi: Susah fokus pada satu tugas atau merasa pikiran mudah terpecah juga merupakan gejala.

Penyesalan Pasca-Keputusan: Setelah membuat keputusan, muncul rasa tidak yakin atau menyesal yang berlebihan.

Jika tanda-tanda ini sering muncul, terutama di penghujung hari atau setelah sesi panjang pengambilan keputusan, kemungkinan besar kita mengalami decision fatigue.

Strategi Efektif Menghindari Decision Fatigue

Kabar baiknya, decision fatigue bisa dihindari atau setidaknya dikelola. Ada beberapa strategi yang bisa diterapkan untuk menjaga energi mental tetap prima:


Otomatisasi Keputusan Kecil: Ini adalah salah satu cara paling efektif. Tentukan pilihan untuk hal-hal sepele sehari-hari agar tidak perlu berpikir ulang setiap hari. Contohnya, pakai baju yang sudah disiapkan semalam, makan menu sarapan yang sama setiap hari kerja, atau punya rute perjalanan yang tetap. Tokoh sukses seperti Steve Jobs atau Mark Zuckerberg sering memakai pakaian yang sama setiap hari untuk menghemat energi mental dari memilih busana.
Batasi Pilihan: Kurangi jumlah pilihan yang harus kita buat. Jika berbelanja, buat daftar belanja yang spesifik. Jika memilih project, batasi opsi yang dipertimbangkan. Semakin sedikit pilihan, semakin sedikit pula energi yang terkuras.
Prioritaskan Keputusan Penting: Lakukan keputusan-keputusan besar di pagi hari, saat energi mental masih penuh. Hindari menunda keputusan krusial hingga sore atau malam hari ketika otak sudah lelah.
Istirahat Mental: Berikan jeda untuk otak. Ini bisa berupa tidur cukup, meditasi singkat, jalan-jalan sebentar di alam terbuka, atau melakukan hobi yang tidak memerlukan banyak pemikiran. Istirahat ini mengisi ulang "tangki" energi mental.
Delegasikan atau Beri Batasan: Jika memungkinkan, delegasikan keputusan-keputusan tertentu kepada orang lain yang lebih kompeten atau tidak terbebani. Jika tidak bisa mendelegasikan, berikan batasan waktu atau informasi untuk membuat keputusan lebih cepat.
Buat Rutinitas: Rutinitas bisa jadi penyelamat dari decision fatigue. Dengan memiliki jadwal dan kebiasaan yang teratur, banyak keputusan harian menjadi otomatis, mengurangi beban mental secara signifikan.


Decision fatigue adalah tantangan nyata di tengah hiruk pikuk kehidupan modern yang menuntut kita untuk terus memilih. Namun, dengan memahami mekanisme di baliknya dan menerapkan strategi yang tepat, kita bisa menjaga kesehatan mental dan meningkatkan kualitas keputusan yang kita buat. Bukan tentang menghindari keputusan sama sekali, tapi tentang mengelola flow keputusan agar tidak menguras habis energi mental kita.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved