Daftar Gunung Api dengan Waktu Erupsi Terlama di Dunia, Ada RI
Tanggal: 1 Jul 2024 21:18 wib.
Gunung api di Indonesia kembali menjadi sorotan dalam beberapa hari terakhir. Gunung Semeru, yang terletak di Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, baru-baru ini kembali mengalami erupsi. Laporan dari Magma Indonesia, Kementerian ESDM, mencatat bahwa erupsi tersebut terekam dalam seismograf dengan amplitudo maksimum 13 mm dan durasi 55 detik. Erupsi kedua terjadi pada pukul 19:24 WIB, dengan amplitudo maksimum 18 mm dan durasi 59 detik.
Sementara Gunung Semeru menjadi fokus utama, kegiatan vulkanik aktif juga terjadi di Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, serta Gunung Ibu di Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara. Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga mencatat bahwa beberapa gunung api di Indonesia telah mengalami erupsi pada semester pertama tahun 2024. Bahkan, tren kejadian bencana dampak erupsi gunung api dalam laporan BNPB menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, dalam menghadapi rentetan kejadian erupsi gunung api di Indonesia dalam semester pertama tahun 2024, meminta agar masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaannya dan siap menghadapi kemungkinan bencana tersebut. Pihak BNPB juga menekankan pentingnya untuk tidak mengabaikan anjuran pemerintah terkait penanganan bencana, sebagai upaya mencegah korban jiwa akibat aktivitas vulkanik.
Suharyanto juga mengingatkan tentang kejadian terdahulu dimana erupsi Gunung Semeru menelan korban jiwa, karena masyarakat mengabaikan anjuran pemerintah. Dia mencontohkan kejadian tersebut saat menghadiri simulasi evakuasi mandiri di kaki Gunung Merapi, Jawa Tengah, dimana pada tahun 2021 ada 57 korban meninggal dunia akibat erupsi Gunung Semeru. Namun, pada tahun 2022 tidak ada korban jiwa karena telah dilakukan evakuasi dan relokasi sebanyak 2000 KK. Meskipun demikian, pada tahun 2023 terjadi banjir lahar yang menimbulkan korban jiwa di salah satu keluarga karena mereka kembali ke rumah lama mereka meskipun sudah direlokasi.
Sebagai informasi, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat bahwa erupsi adalah peristiwa keluarnya magma dari gunung api menuju permukaan bumi yang bisa terjadi secara efusif maupun eksplosif. Erupsi efusif adalah lava yang keluar secara perlahan dan mengalir tanpa diikuti ledakan, sementara erupsi eksplosif adalah magma yang keluar dari gunung api dalam bentuk ledakan dan menghasilkan endapan piroklastik.
Indonesia, sebagai salah satu negara paling rawan terhadap bencana alam, terutama bencana vulkanik, memiliki sejumlah gunung api aktif. Namun, bukan hanya Indonesia yang memiliki gunung api aktif, negara lain juga memiliki gunung api berpotensi berbahaya.
Berdasarkan data dari Smithsonian Institute dan indonesiabaik.id, terdapat daftar gunung api di dunia yang memiliki waktu erupsi terlama. Daftar ini menunjukkan fakta bahwa fenomena erupsi gunung api tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga di berbagai negara lain. Daftar gunung api dengan waktu erupsi terlama ini membuktikan bahwa kegiatan vulkanik adalah fenomena alam yang tidak hanya menjadi sorotan di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia.
Seiring dengan pertumbuhan teknologi dan komunikasi, pemantauan aktivitas vulkanik pun semakin berkembang. Data-data seismologis, geofisika, dan survei lapangan dapat memberikan informasi penting untuk memahami pola aktivitas gunung api dan memperkirakan kemungkinan terjadinya erupsi. Dengan demikian, upaya mitigasi dan penanganan bencana vulkanik dapat diambil lebih awal, sehingga dapat mencegah terjadinya korban jiwa dan kerugian material yang besar akibat erupsi gunung api.
Dengan adanya fenomena erupsi gunung api baik di Indonesia maupun di negara-negara lain, kesadaran masyarakat dalam mematuhi anjuran pemerintah dan meningkatkan kewaspadaan terhadap aktivitas vulkanik menjadi sangat penting. Selain itu, penguatan sistem mitigasi bencana dan penanganan darurat juga merupakan hal yang krusial dalam meminimalisir dampak erupsi gunung api bagi masyarakat.
Selain itu, kerjasama internasional dalam pertukaran informasi dan teknologi terkait pemantauan aktivitas vulkanik juga dapat membantu negara-negara untuk saling mendukung dan memperkuat sistem mitigasi bencana. Kontribusi global dalam hal pemahaman dan penanganan bencana vulkanik menjadi salah satu kunci untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh fenomena ini.