Sumber foto: iStock

Benarkah Matahari Akan Terbit dari Barat? Ini Penjelasan Ilmiah NASA yang Mengejutkan

Tanggal: 17 Mei 2025 12:57 wib.
Dalam beberapa waktu terakhir, jagat media sosial dihebohkan dengan unggahan viral yang menyebutkan bahwa NASA telah mengonfirmasi kemungkinan Matahari akan terbit dari arah Barat—sebuah fenomena yang sering dikaitkan dengan tanda-tanda akhir zaman dalam berbagai kepercayaan.

Kabar tersebut ramai diperbincangkan setelah beredar postingan dalam bahasa Thailand di Facebook, lengkap dengan narasi dramatis dan foto yang menyebutkan bahwa rotasi Bumi akan berubah arah. Sejak dipublikasikan pada 14 Januari 2021, unggahan itu telah dibagikan lebih dari 15.000 kali, memperkuat kesan bahwa informasi ini valid dan bersumber dari lembaga antariksa resmi milik Amerika Serikat.

Namun benarkah NASA pernah menyatakan bahwa Matahari akan terbit dari Barat? Apa dasar ilmiahnya? Dan adakah kemungkinan bahwa rotasi Bumi benar-benar bisa berbalik arah?

Klaim Viral: Matahari dari Barat dan Tanda Kiamat

Dalam unggahan yang dikutip oleh AFP pada Sabtu (17 Mei 2025), tertulis klaim mengejutkan:


“NASA mengonfirmasi kemungkinan Matahari terbit dari Barat. Bumi berputar ke arah yang berlawanan yang menyebabkan matahari terbit dari sisi barat!”


Narasi tersebut dilengkapi dengan penjelasan tambahan bahwa fenomena ini berkaitan dengan perubahan medan magnet bumi, yang diyakini sebagian pihak sebagai permulaan dari kehancuran umat manusia atau tanda-tanda kiamat.

Konten seperti ini dengan cepat menarik perhatian karena menyentuh sisi emosional dan spiritual masyarakat, apalagi saat dikaitkan dengan prediksi-prediksi akhir zaman.

NASA Membantah dan Luruskan Fakta

Menyadari ramainya informasi yang mengatasnamakan lembaganya, NASA akhirnya mengeluarkan klarifikasi resmi. Melalui pernyataan dari Bettina Inclan, selaku Associate Administrator for Communications NASA, lembaga tersebut dengan tegas menyatakan tidak pernah membuat prediksi seperti itu.

"Baik NASA maupun organisasi ilmiah lain tidak ada yang memprediksi Matahari akan terbit dari barat," ungkap Bettina.

Penjelasan ini sekaligus menampik rumor bahwa NASA telah mengonfirmasi perubahan arah rotasi Bumi, dan menegaskan bahwa informasi yang beredar di media sosial tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat.

Fenomena Medan Magnet: Fakta Ilmiah yang Sering Disalahartikan

Meskipun klaim tentang Matahari terbit dari Barat dibantah, fenomena perubahan medan magnet bumi (magnetic field reversal) memang merupakan topik yang nyata dalam dunia ilmiah. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa medan magnet bumi memang pernah dan bisa mengalami pembalikan arah dalam skala waktu geologis, yaitu setiap beberapa ratus ribu tahun.

Namun, pembalikan medan magnet ini tidak menyebabkan perubahan arah rotasi Bumi. Artinya, meskipun kutub magnetik berpindah, hal tersebut tidak akan membuat Matahari muncul dari arah Barat. Rotasi planet tetap berlangsung dari Barat ke Timur, sebagaimana yang kita alami setiap hari.

Contoh dari Planet Venus

Untuk memberikan konteks tambahan, para ilmuwan sering membandingkan fenomena ini dengan rotasi planet Venus. Planet tetangga Bumi ini memang memiliki arah rotasi yang berbeda dari kebanyakan planet lain di Tata Surya—yakni berputar secara retrograde atau berlawanan arah jarum jam jika dilihat dari atas kutub utara Tata Surya.

Akibatnya, jika seseorang berdiri di permukaan Venus, ia akan menyaksikan Matahari terbit dari Barat dan tenggelam di Timur. Namun ini terjadi karena karakteristik rotasi planet itu sendiri, bukan karena pembalikan tiba-tiba akibat gangguan medan magnet.

Perlu diketahui, Venus membutuhkan waktu sekitar 243 hari Bumi untuk menyelesaikan satu kali rotasi, dan waktu orbitnya mengelilingi Matahari adalah sekitar 225 hari. Kombinasi dari dua siklus ini menyebabkan Matahari hanya bisa terlihat dua kali dalam satu tahun Venus, atau sekitar satu kali setiap 117 hari Bumi.

Mengapa Klaim Seperti Ini Mudah Viral?

Kombinasi antara kata "NASA", "kiamat", dan "Matahari terbit dari barat" tentu sangat menarik perhatian publik. Banyak orang yang langsung percaya karena informasi tersebut menggunakan istilah ilmiah dan mengutip lembaga bergengsi seperti NASA, meskipun tidak disertai bukti ilmiah atau sumber resmi.

Fenomena ini menunjukkan pentingnya literasi digital dan pemahaman publik terhadap sains dasar. Tanpa kemampuan untuk mengecek fakta atau memahami proses ilmiah, masyarakat akan mudah terjebak pada berita palsu atau teori konspirasi yang membingungkan.

Kesimpulan: Sains vs Sensasi

Dalam dunia yang semakin terhubung, informasi hoaks bisa menyebar dengan sangat cepat dan menyesatkan banyak orang. Tidak benar bahwa NASA mengonfirmasi Matahari akan terbit dari Barat, dan klaim tersebut tidak memiliki dasar ilmiah yang valid.

Meski fenomena pembalikan medan magnet memang benar terjadi dalam sejarah Bumi, itu bukan berarti rotasi planet ikut berbalik. Dan yang paling penting, tidak ada hubungan langsung antara pembalikan medan magnet dan hari kiamat seperti yang dinarasikan dalam unggahan viral.

Sebagai masyarakat yang hidup di era digital dan penuh informasi, kita dituntut untuk lebih kritis dan cerdas dalam menyikapi setiap berita, terutama yang mengklaim hal-hal sensasional yang menyangkut sains dan kepercayaan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved