Sumber foto: iStock

Bakteri Misterius dari Luar Angkasa: Temuan Baru di Stasiun Tiangong yang Bisa Ubah Cara Kita Pandang Hidup di Orbit

Tanggal: 25 Mei 2025 21:34 wib.
Baru-baru ini, para ilmuwan menemukan sebuah jenis bakteri yang belum pernah terlihat sebelumnya di Bumi, tepatnya di Stasiun Luar Angkasa Tiangong milik China. Bakteri yang dinamakan Niallia tiangongensis ini diyakini sebagai hasil evolusi dari mikroorganisme yang awalnya terbawa dari Bumi dan beradaptasi dengan kondisi ekstrim di luar angkasa. Penemuan ini dipublikasikan dalam jurnal internasional bergengsi, International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology.

Tim peneliti yang terdiri dari para ahli di Shenzhou Space Biotechnology Group dan Beijing Institute of Spacecraft System Engineering menyampaikan bahwa Niallia tiangongensis mampu bertahan dalam kondisi yang sangat menantang seperti paparan radiasi dan stres oksidatif di luar angkasa. Adaptasi ini membuat bakteri tersebut tidak hanya bertahan, tetapi juga dapat memperbaiki kerusakan yang dialami akibat radiasi, sesuatu yang sangat penting mengingat lingkungan luar angkasa penuh dengan ancaman bagi kehidupan.

Salah satu keunikan dari bakteri ini adalah kemampuannya menggunakan gelatin sebagai sumber nitrogen dan karbon. Fungsi ini tidak hanya sebagai nutrisi, tetapi juga sebagai pelindung terhadap faktor lingkungan yang dapat membahayakan kelangsungan hidupnya. Gelatin tersebut bertindak seperti tameng yang membantu bakteri menghadapi kondisi ekstrem tanpa mengalami kerusakan fatal.

Meski keberadaan bakteri ini masih dalam pengawasan ketat, hingga kini belum ada bukti bahwa Niallia tiangongensis berbahaya bagi penghuni stasiun luar angkasa, termasuk para astronaut. Para ilmuwan menegaskan bahwa meski “saudara” bakteri ini di Bumi diketahui dapat menyebabkan infeksi serius seperti sepsis pada orang dengan sistem kekebalan lemah, varian luar angkasa ini tidak menunjukkan tanda-tanda patogenik yang mengancam.

Penemuan mikroba baru ini memiliki makna yang lebih luas daripada sekadar rasa ingin tahu ilmiah. Mikroba tersebut berpotensi menjadi sumber wawasan penting untuk memahami bagaimana makhluk hidup dapat bertahan dan beradaptasi dalam misi luar angkasa jangka panjang. Informasi ini bisa menjadi kunci bagi pengembangan teknologi dan strategi agar para astronaut tetap sehat dan aman selama menjalani perjalanan yang bisa berlangsung bertahun-tahun.

Para peneliti menegaskan pentingnya memahami karakteristik mikroba yang berada dalam lingkungan pesawat luar angkasa. Dengan pemahaman tersebut, langkah-langkah preventif bisa diambil untuk menjaga kesehatan awak pesawat sekaligus memastikan peralatan tetap berfungsi optimal di kondisi yang penuh tekanan. Hal ini menjadi krusial karena keberhasilan misi jangka panjang bergantung pada kondisi fisik manusia dan performa teknologi yang digunakan.

Menariknya, spesies yang paling dekat dengan Niallia tiangongensis adalah Niallia circulans, yang biasa ditemukan di lingkungan darat seperti tanah dan got. Sampel bakteri yang diinvestigasi diambil dari perjalanan pulang para astronaut dari Tiangong pada tahun 2023, yang kemudian dianalisis secara mendalam untuk memastikan keunikan dan kemampuannya bertahan di luar Bumi.

Temuan Niallia tiangongensis bukanlah hal baru dalam penelitian mikroba di luar angkasa. Sebelumnya, NASA juga melaporkan penemuan bakteri jenis baru di Stasiun Luar Angkasa Internasional. Salah satu mikroba yang ditemukan NASA adalah Enterobacter bugandensis, yang mengalami mutasi sehingga menjadi lebih tahan terhadap obat dan mampu beradaptasi dengan lingkungan stasiun luar angkasa yang keras. Kedua temuan ini menegaskan bahwa mikroorganisme terus berevolusi dalam lingkungan luar angkasa, membuka peluang penelitian baru tentang kehidupan dan adaptasi dalam kondisi ekstrem.

Temuan ini tidak hanya membuka cakrawala baru dalam ilmu mikrobiologi dan astrobiologi, tetapi juga membawa implikasi besar bagi rencana eksplorasi luar angkasa manusia di masa depan. Memahami bagaimana mikroba berevolusi dan bertahan di luar angkasa dapat membantu ilmuwan merancang metode perlindungan terbaik bagi astronaut, sekaligus menjaga agar ekosistem di dalam pesawat luar angkasa tetap seimbang dan tidak menimbulkan risiko kesehatan.

Selain itu, studi tentang adaptasi bakteri seperti Niallia tiangongensis dapat menginspirasi pengembangan teknologi biomedis, seperti terapi untuk memperbaiki kerusakan sel akibat radiasi pada manusia, yang merupakan tantangan besar dalam perjalanan luar angkasa. Dengan mempelajari mekanisme bakteri ini dalam memperbaiki diri sendiri, mungkin kita bisa mengembangkan solusi untuk meningkatkan ketahanan tubuh manusia di lingkungan yang sangat tidak bersahabat.

Secara keseluruhan, penemuan bakteri unik ini memberikan gambaran baru bahwa kehidupan, dalam bentuk terkecil sekalipun, mampu menemukan cara untuk bertahan dan beradaptasi di luar batas yang selama ini kita kenal. Ini menjadi salah satu bukti nyata bahwa eksplorasi luar angkasa tidak hanya menguak misteri alam semesta, tetapi juga menguak potensi luar biasa yang ada dalam makhluk hidup.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved