Bahaya Kandungan Aluminium dalam Deodoran: Mitos atau Fakta?
Tanggal: 14 Agu 2025 11:37 wib.
Isu seputar kandungan aluminium dalam deodoran sudah lama menjadi perdebatan hangat, terutama di kalangan pegiat kesehatan dan kecantikan. Banyak yang khawatir bahwa paparan aluminium bisa memicu berbagai penyakit serius, seperti kanker payudara dan Alzheimer. Di sisi lain, banyak ahli yang menyatakan bahwa kekhawatiran ini tidak memiliki bukti ilmiah yang kuat. Jadi, apakah bahaya aluminium dalam deodoran itu mitos belaka atau fakta yang perlu diwaspadai? Mari kita telusuri lebih dalam.
Bagaimana Aluminium Bekerja dalam Deodoran?
Pertama, penting untuk membedakan antara deodoran biasa dan antiperspirant. Deodoran berfungsi menutupi bau badan dengan wewangian atau membunuh bakteri penyebab bau. Sementara itu, antiperspirant adalah produk yang secara khusus mengandung senyawa aluminium untuk mengurangi produksi keringat. Senyawa ini, seperti aluminium chlorohydrate atau aluminium zirconium, bekerja dengan cara menyumbat sementara kelenjar keringat di ketiak. Ketika keringat berkurang, bakteri penyebab bau tidak bisa berkembang biak, sehingga bau badan pun hilang.
Senyawa aluminium dalam antiperspirant sangat efektif dalam tugasnya, itulah mengapa produk ini begitu populer. Namun, cara kerjanya inilah yang menimbulkan kekhawatiran. Pertanyaannya, seberapa banyak aluminium yang diserap tubuh dan apa dampaknya?
Isu Kanker Payudara: Sebuah Dugaan yang Belum Terbukti
Dugaan utama yang paling sering muncul adalah hubungan antara aluminium dalam deodoran dan kanker payudara. Teori ini muncul karena lokasi penggunaan antiperspirant (ketiak) yang berdekatan dengan area payudara. Selain itu, ada juga dugaan bahwa aluminium bisa masuk ke dalam aliran darah melalui luka kecil saat mencukur ketiak, dan meniru hormon estrogen, yang diketahui berperan dalam pertumbuhan sel kanker payudara.
Namun, penelitian ilmiah yang kredibel hingga saat ini belum menemukan bukti yang konsisten dan meyakinkan untuk mendukung teori tersebut. Lembaga kesehatan ternama dunia seperti American Cancer Society dan National Cancer Institute telah melakukan banyak studi, dan kesimpulan mereka umumnya sama: tidak ada hubungan sebab-akibat yang jelas antara penggunaan deodoran atau antiperspirant yang mengandung aluminium dengan peningkatan risiko kanker payudara. Sebagian besar penelitian yang menunjukkan korelasi terbukti memiliki metodologi yang lemah atau bias.
Beberapa ahli onkologi (ilmuwan yang meneliti kanker) juga menjelaskan bahwa jumlah aluminium yang diserap tubuh melalui kulit sangat minim dan tidak cukup untuk menimbulkan efek sebesar itu. Selama tidak ada bukti ilmiah yang kuat, hubungan antara aluminium dan kanker payudara tetap dianggap sebagai mitos.
Isu Penyakit Alzheimer: Spekulasi yang Tidak Terbukti
Selain kanker payudara, aluminium juga pernah dikaitkan dengan penyakit Alzheimer. Dugaan ini muncul karena penelitian di masa lalu menemukan kadar aluminium yang lebih tinggi di otak pasien Alzheimer. Spekulasi kemudian berkembang, menyimpulkan bahwa paparan aluminium dari deodoran, panci masak, atau sumber lain bisa memicu penyakit tersebut.
Namun, seperti halnya isu kanker payudara, kaitan ini juga belum terbukti secara ilmiah. Organisasi besar seperti Alzheimer's Association menyatakan bahwa penelitian modern telah menunjukkan tidak ada bukti yang konsisten bahwa paparan aluminium dari sumber apa pun, termasuk antiperspirant, dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap penyakit Alzheimer. Sebagian besar penelitian terbaru justru fokus pada faktor-faktor genetik dan gaya hidup sebagai penyebab utama Alzheimer, dan bukan paparan aluminium dari lingkungan.
Apa Kesimpulan yang Bisa Diambil?
Meskipun penelitian ilmiah belum membuktikan adanya bahaya serius dari kandungan aluminium dalam deodoran, munculnya produk-produk "bebas aluminium" menunjukkan adanya pergeseran preferensi konsumen. Banyak orang yang memilih jalur aman dan beralih ke produk yang lebih alami. Pilihan ini sah-sah saja dan seringkali didasarkan pada prinsip kehati-hatian.
Jika seseorang memiliki kulit yang sensitif dan mudah iritasi, mungkin ada baiknya mencoba produk bebas aluminium. Namun, dari sudut pandang ilmiah, tidak ada alasan kuat untuk panik.