Apa Itu Sinestesia? Saat Indera Manusia Bercampur
Tanggal: 28 Agu 2025 14:26 wib.
Bagaimana rasanya jika sebuah lagu bisa memiliki warna, atau bagaimana jika setiap huruf dalam nama seseorang terasa memiliki rasa? Bagi sebagian orang, pengalaman semacam ini bukanlah imajinasi belaka, melainkan sebuah realitas neurologis yang dikenal sebagai sinestesia. Kondisi unik di mana rangsangan pada satu indera, secara otomatis dan tidak disengaja, memicu sensasi pada indera yang lain. Sinestesia mengubah cara seseorang memandang dan berinteraksi dengan dunia, menciptakan pengalaman multisensori yang luar biasa.
Ketika Otak Menggabungkan Indera
Secara harfiah, kata sinestesia berasal dari bahasa Yunani, syn (bersama) dan aisthesis (sensasi), yang secara sederhana berarti "sensasi bersama". Sinestesia bukan penyakit atau gangguan, melainkan sebuah kondisi neurologis bawaan. Para ilmuwan menduga sinestesia terjadi karena adanya koneksi saraf yang tidak biasa atau "lintas-kawat" antara area-area di otak yang mengelola indera berbeda. Akibatnya, saat satu area otak diaktifkan oleh rangsangan (misalnya, mendengar suara), area lain yang biasanya terpisah (misalnya, yang mengelola penglihatan) ikut terpicu.
Fenomena ini sangat bervariasi dari satu individu ke individu lain. Ada orang yang mengalami sinestesia grafem-warna, di mana setiap huruf atau angka terlihat memiliki warna tertentu. Misalnya, huruf 'A' mungkin selalu berwarna merah dan angka '5' selalu berwarna hijau. Ada juga sinestesia leksikal-gustatori, di mana kata-kata tertentu yang didengar atau dibaca memicu sensasi rasa di mulut. Seseorang dengan jenis sinestesia ini mungkin merasakan rasa seperti stroberi saat mendengar kata "Juli". Bahkan, ada bentuk sinestesia yang lebih kompleks, seperti melihat bentuk atau pola geometris saat mendengarkan musik.
Mekanisme Otak di Balik Fenomena Unik Ini
Penelitian tentang sinestesia menunjukkan bahwa otak individu sinestet memiliki struktur dan aktivitas yang berbeda. Studi pencitraan otak, seperti fMRI, telah mengungkap bahwa ketika seorang sinestet diberikan rangsangan, ada aktivitas simultan di dua area otak yang berbeda. Sebagai contoh, saat mereka mendengarkan suara, tidak hanya area pendengaran yang aktif, tetapi juga area visual korteks otak.
Salah satu teori yang paling diterima adalah Teori Aktivasi Lintas Otak (Cross-Activation Theory) yang diajukan oleh Dr. Vilayanur Ramachandran. Teori ini berpendapat bahwa sinestesia terjadi karena adanya koneksi yang berlebihan antara area-area di otak. Koneksi ini seharusnya dihilangkan seiring pertumbuhan, namun pada individu sinestet, koneksi tersebut tetap ada. Dengan kata lain, otak sinestet memiliki "jalur pintas" yang unik, memungkinkan komunikasi langsung antara indera yang berbeda.
Para peneliti juga percaya bahwa sinestesia memiliki komponen genetik, karena seringkali kondisi ini ditemukan di beberapa anggota keluarga. Namun, mekanisme genetik pastinya masih terus diteliti.
Beragam Jenis dan Pengalaman Sinestesia
Ada banyak sekali jenis sinestesia, dengan beberapa yang paling umum:
Sinestesia Grafem-Warna: Angka dan huruf memiliki warna.
Sinestesia Leksikal-Gustatori: Kata-kata memiliki rasa.
Sinestesia Suara-Warna (Chromesthesia): Suara, musik, atau nada memiliki warna.
Sinestesia Sekuens-Spasial: Seseorang melihat urutan, seperti bulan dalam setahun atau angka, sebagai titik-titik di ruang fisik.
Sinestesia Taktil-Emosional: Sentuhan memicu emosi atau perasaan tertentu.
Pengalaman sinestesia bersifat involunter (tidak disengaja) dan konsisten. Seseorang tidak bisa memilih untuk mengalaminya atau tidak. Jika huruf 'C' terlihat biru pada hari Senin, ia akan tetap biru pada hari Selasa dan seterusnya. Pengalaman ini juga sangat individual dan unik. Warna atau rasa yang dirasakan oleh satu orang tidak akan sama dengan orang lain, bahkan untuk rangsangan yang sama.
Sinestesia dan Kehidupan Sehari-hari
Sinestesia bukanlah penyakit yang perlu disembuhkan; ini adalah cara unik otak memproses informasi. Banyak individu sinestet bahkan melihatnya sebagai anugerah. Pengalaman multisensori ini seringkali dikaitkan dengan kreativitas tinggi. Banyak seniman, musisi, dan penulis terkenal yang dikabarkan memiliki sinestesia, seperti pelukis Vincent van Gogh atau musisi Stevie Wonder.
Tidak semua pengalaman sinestesia selalu menyenangkan. Terkadang, rangsangan yang berlebihan bisa memicu kebingungan atau ketidaknyamanan. Misalnya, mendengarkan terlalu banyak suara dalam sebuah keramaian bisa memicu ledakan warna yang membingungkan. Meski begitu, seiring waktu, banyak sinestet belajar untuk beradaptasi dan bahkan memanfaatkan kondisi mereka.