Sumber foto: Canva

Apa Itu Sesar Gempa dan Seberapa Bahaya Kah?

Tanggal: 25 Agu 2025 23:04 wib.
Gempa bumi adalah salah satu bencana alam yang paling menakutkan, datang tanpa peringatan dan sering kali menyebabkan kerusakan masif. Di balik guncangan yang terasa, ada sebuah fenomena geologi yang menjadi penyebab utamanya, yaitu sesar gempa. Memahami apa itu sesar dan bagaimana mekanisme kerjanya adalah kunci untuk mengenali risiko dan potensi bahaya di wilayah rawan gempa. Sesar bukan sekadar retakan di permukaan tanah, melainkan zona kompleks yang menyimpan energi kolosal dan bisa melepaskannya kapan saja.

Sesar Gempa: Garis Patahan di Bawah Bumi

Secara sederhana, sesar gempa atau patahan aktif adalah retakan atau celah pada kerak bumi tempat dua blok batuan bergeser satu sama lain. Bumi kita terdiri dari lempengan-lempengan tektonik raksasa yang terus bergerak secara perlahan. Saat lempengan-lempengan ini saling berinteraksi, mereka bisa saling menekan, bergeser, atau bertabrakan. Tekanan dari pergerakan lempeng ini tidak terjadi secara mulus; sebaliknya, energi terus terakumulasi di sepanjang sesar.

Patahan ini bisa berada jauh di bawah permukaan bumi atau bahkan muncul ke permukaan. Selama bertahun-tahun, batuan di kedua sisi sesar terkunci oleh gesekan, mencegah pergerakan. Namun, tekanan yang terus menumpuk akhirnya mencapai titik kritis. Ketika tekanan melebihi kekuatan gesekan, batuan secara tiba-tiba melepaskan energi yang tersimpan. Pelepasan energi inilah yang menciptakan gelombang seismik dan kita rasakan sebagai gempa bumi. Getaran ini merambat ke permukaan dan menyebabkan tanah bergetar, bangunan bergoyang, dan bisa berujung pada kehancuran.

Ada beberapa jenis sesar utama, yang diklasifikasikan berdasarkan arah pergeserannya:

Sesar Geser (Strike-Slip Fault): Pergeseran batuan terjadi secara horizontal. Contoh paling terkenal dari jenis sesar ini adalah Sesar San Andreas di California, Amerika Serikat.

Sesar Naik (Reverse Fault): Satu blok batuan bergerak naik di atas blok lainnya. Ini biasanya terjadi di zona subduksi, di mana lempeng tektonik saling bertabrakan dan salah satunya menekan yang lain.

Sesar Turun (Normal Fault): Satu blok batuan bergerak turun relatif terhadap blok lainnya. Ini terjadi di wilayah di mana kerak bumi meregang atau menjauh.

Setiap jenis sesar ini bisa menghasilkan gempa dengan karakteristik yang berbeda, namun semuanya memiliki potensi bahaya yang sama.

Seberapa Bahaya Sesar Gempa?

Bahaya dari sesar gempa tidak hanya bergantung pada keberadaannya, tetapi juga pada beberapa faktor kunci: aktivitas sesar, panjang sesar, kedalaman, dan lokasi geografis.

1. Aktivitas Sesar

Sesar aktif adalah sesar yang diketahui telah menghasilkan gempa di masa lalu dan memiliki potensi untuk menghasilkan gempa lagi di masa depan. Ilmuwan mengukur tingkat aktivitas sesar berdasarkan sejarah gempa yang pernah terjadi di sana. Sesar yang aktif memiliki potensi bahaya yang sangat tinggi karena energi terus terakumulasi. Sesar yang "tidur" atau tidak aktif selama ribuan tahun mungkin tidak menimbulkan ancaman dalam waktu dekat, namun sesar yang aktif bisa menjadi ancaman serius bagi wilayah yang dilaluinya.

2. Panjang Sesar

Secara umum, semakin panjang suatu sesar, semakin besar energi yang bisa terakumulasi dan dilepaskan, dan semakin kuat gempa yang dapat dihasilkannya. Gempa bumi dengan magnitudo sangat besar, seperti di atas 8.0 skala Richter, biasanya terjadi di sesar yang panjangnya ratusan hingga ribuan kilometer. Sesar-sesar pendek mungkin hanya menghasilkan gempa kecil, tetapi jika terletak di area padat penduduk, bahayanya tetap signifikan.

3. Kedalaman Gempa

Kedalaman tempat pecahnya gempa (pusat gempa) juga sangat menentukan dampaknya. Gempa dangkal (kurang dari 70 km), meskipun magnitudonya sama, biasanya jauh lebih merusak di permukaan daripada gempa dalam. Getaran gempa dangkal masih kuat saat mencapai permukaan, sehingga dapat merobohkan bangunan dan menyebabkan kerusakan infrastruktur yang parah.

4. Lokasi Geografis dan Kepadatan Penduduk

Ini adalah faktor paling krusial. Sesar yang terletak di bawah atau dekat kota-kota padat penduduk memiliki potensi bahaya yang sangat besar. Contohnya, Sesar Palu-Koro yang melewati Kota Palu, Sulawesi Tengah. Gempa yang terjadi di sesar ini pada tahun 2018 tidak hanya menyebabkan guncangan yang kuat, tetapi juga likuifaksi (pencairan tanah) dan tsunami lokal yang merusak, menelan ribuan korban jiwa dan menghancurkan seluruh lingkungan. Bahaya sesar bukan hanya tentang kekuatannya, tapi juga tentang apa yang ada di atasnya.

Selain kerusakan langsung, sesar gempa juga dapat memicu bencana turunan lainnya, seperti tanah longsor, likuifaksi, dan tsunami. Likuefaksi terjadi ketika tanah jenuh air kehilangan kekuatannya akibat getaran gempa, menyebabkan bangunan di atasnya amblas. Tsunami bisa terjadi jika sesar berada di bawah laut dan pergeserannya mendadak menggeser volume air laut secara besar-besaran.

Kesiapsiagaan di Wilayah Sesar Aktif

Karena keberadaan sesar gempa tidak bisa dihindari atau dicegah, mitigasi adalah satu-satunya cara untuk mengurangi risiko. Ini termasuk pembangunan infrastruktur tahan gempa, seperti bangunan yang didesain dengan standar keamanan seismik yang ketat. Selain itu, edukasi dan simulasi bencana di masyarakat juga sangat vital. Mengetahui cara berlindung saat gempa, merencanakan jalur evakuasi, dan memiliki perlengkapan darurat dapat menyelamatkan nyawa. Pemerintah dan lembaga terkait juga harus melakukan pemetaan sesar aktif secara rinci untuk mengeluarkan regulasi tata ruang yang tepat, menjauhkan pembangunan kritis dari zona-zona sesar.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved