Sumber foto: Canva

Apa Itu Self-Gaslighting dan Tanda-Tandanya?

Tanggal: 21 Jul 2025 11:03 wib.
Pernah dengar istilah gaslighting? Itu kondisi di mana seseorang memanipulasi orang lain sampai korbannya meragukan ingatan, persepsi, atau bahkan kewarasannya sendiri. Nah, self-gaslighting itu mirip, tapi pelakunya bukan orang lain, melainkan diri kita sendiri. Itu adalah kebiasaan berbahaya di mana seseorang secara tidak sadar meremehkan perasaan, pengalaman, atau intuisinya, bahkan sampai menyalahkan diri sendiri atas hal-hal yang tidak seharusnya. Ini seperti memiliki manipulator internal yang terus-menerus membisikkan keraguan, membuat kita kehilangan pegangan pada realitas diri sendiri.

Memahami Mekanisme Self-Gaslighting

Self-gaslighting seringkali berakar dari pengalaman masa lalu yang traumatis atau lingkungan yang tidak suportif, di mana perasaan atau kebutuhan seseorang sering diabaikan atau divalidasi. Misalnya, tumbuh di keluarga yang selalu menuntut kesempurnaan, atau pernah mengalami hubungan di mana pendapat kita selalu dianggap salah. Lama-kelamaan, pikiran ini terinternalisasi, membentuk kebiasaan meragukan diri sendiri.

Ini bukan sekadar keraguan diri biasa, tapi sebuah pola pikir yang merusak. Seseorang yang melakukan self-gaslighting akan cenderung mengabaikan sinyal internal yang penting. Saat merasa sedih, mereka mungkin langsung menepisnya dengan "Ah, ini cuma perasaan sesaat, enggak penting." Saat merasakan ketidakadilan, mereka mungkin berpikir, "Pasti salahku, aku terlalu sensitif." Mereka memvalidasi pengalaman buruk dengan menyalahkan diri sendiri, daripada melihat realitas atau mencari solusi. Ini menjadi mekanisme pertahanan diri yang keliru, di mana mereka percaya bahwa jika mereka menyalahkan diri sendiri, mereka bisa mengendalikan situasi atau menghindari rasa sakit yang lebih besar.

Tanda-Tanda Kita Melakukan Self-Gaslighting

Mengenali self-gaslighting bisa jadi rumit karena ini adalah pertarungan batin yang sering tidak disadari. Namun, ada beberapa tanda yang bisa diperhatikan:

Sering Mengabaikan Perasaan Sendiri: Saat merasakan emosi negatif seperti marah, sedih, atau kecewa, kita langsung menepisnya atau merasionalisasikannya dengan cepat. Misalnya, "Aku enggak boleh marah cuma karena hal sepele ini," padahal perasaan marah itu valid. Ini terjadi karena mereka percaya bahwa perasaan tertentu "tidak pantas" dirasakan, atau merasa takut untuk memvalidasi emosi negatif tersebut.

Menyalahkan Diri Sendiri Berlebihan: Ketika terjadi masalah atau konflik, hal pertama yang muncul adalah menyalahkan diri sendiri, bahkan sebelum menganalisis situasinya secara objektif. Contohnya, saat ada kesalahpahaman dengan teman, langsung berpikir, "Pasti aku yang salah ngomong, aku memang ceroboh," padahal mungkin ada faktor lain. Ini berasal dari keyakinan bahwa jika mereka menyalahkan diri sendiri, mereka bisa menjaga kedamaian atau menghindari konfrontasi.

Meragukan Ingatan atau Persepsi Realitas: Kita sering mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi atau bagaimana kita merasakannya. Misalnya, setelah sebuah perdebatan, berpikir, "Apa benar dia bilang begitu? Atau aku saja yang salah dengar/salah menafsirkan?" Ini adalah inti dari gaslighting, di mana realitas mulai kabur karena terus-menerus diragukan oleh diri sendiri.

Membuat Alasan untuk Perilaku Buruk Orang Lain: Jika ada orang yang memperlakukan kita tidak pantas, kita cenderung mencari pembenaran atas perilaku mereka daripada mengakui bahwa kita diperlakukan buruk. "Dia pasti lagi stres," atau "Mungkin aku memang memancing dia marah," padahal perilaku buruk tetaplah buruk. Ini adalah upaya untuk menghindari konflik atau menerima realitas pahit tentang hubungan tersebut.

Sulit Membuat Keputusan dan Kurang Percaya Diri: Karena sering meragukan intuisi dan penilaian diri, mengambil keputusan, bahkan yang sederhana, menjadi sangat sulit. Mereka merasa tidak yakin dengan apa yang mereka inginkan atau apa yang benar, sehingga sering mencari validasi dari orang lain. Kepercayaan diri jadi merosot drastis karena mindset ini.

Menganggap Diri Terlalu Sensitif atau Berlebihan: Ketika orang lain menunjukkan empati terhadap pengalaman atau perasaan kita, justru kita sendiri yang menepisnya dengan mengatakan, "Ah, aku saja yang terlalu sensitif kok," atau "Aku terlalu berlebihan bereaksi." Ini adalah bentuk penolakan terhadap validitas emosi mereka sendiri.

Dampak dan Langkah Mengatasi

Self-gaslighting dapat memiliki dampak serius pada kesehatan mental dan hubungan seseorang. Ini bisa memicu kecemasan, depresi, dan membuat sulit untuk membangun hubungan yang sehat karena kurangnya kepercayaan diri dan validasi diri.

Langkah pertama untuk mengatasinya adalah menyadari keberadaannya. Setelah itu, penting untuk memvalidasi perasaan sendiri, bahkan yang tidak nyaman. Belajar untuk mengatakan, "Tidak apa-apa merasa sedih/marah," adalah awal yang baik. Mencatat pikiran dan perasaan dalam jurnal juga bisa membantu melihat pola dan membedakan antara fakta dan keraguan yang dihasilkan self-gaslighting. 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved