Sumber foto: Canva

Apa Itu Dark Pattern di Website Belanja Online?

Tanggal: 11 Jul 2025 08:31 wib.
Dalam era belanja daring yang semakin masif, setiap klik dan interaksi di sebuah website belanja online dirancang dengan cermat. Desainer antarmuka pengguna (UI) dan pengalaman pengguna (UX) berusaha menciptakan jalur yang mulus bagi konsumen. Namun, di balik upaya untuk mempermudah transaksi, terkadang terselip taktik manipulatif yang dikenal sebagai Dark Pattern. Ini adalah desain antarmuka yang sengaja dibuat untuk menipu atau mengelabui pengguna agar melakukan tindakan yang mungkin tidak ingin mereka lakukan, seringkali demi keuntungan finansial bagi penyedia layanan. Dark pattern mengeksploitasi bias kognitif dan perilaku manusia untuk mendorong keputusan yang menguntungkan platform, bukan pengguna.

Memahami Mekanisme Dark Pattern

Dark pattern bekerja dengan memanfaatkan kelemahan psikologis manusia dan kebiasaan digital. Mereka bermain dengan perhatian, urgensi, dan rasa takut kehilangan (fear of missing out/FOMO). Tujuannya bukan untuk meningkatkan pengalaman pengguna secara jujur, melainkan untuk mengarahkan pengguna secara halus — atau kadang terang-terangan — menuju pilihan tertentu yang menguntungkan penjual. Hal ini dilakukan melalui berbagai teknik desain, mulai dari penempatan tombol yang membingungkan hingga penggunaan bahasa yang ambigu. Pengguna seringkali tidak menyadari bahwa mereka sedang dimanipulasi, merasa bahwa pilihan yang mereka buat adalah keputusan sadar sepenuhnya.

Bentuk-Bentuk Dark Pattern yang Sering Ditemui

Ada beberapa jenis dark pattern yang umum ditemukan di website belanja online. Salah satu yang paling sering adalah "Forced Continuity", di mana sebuah layanan berlangganan (misalnya, uji coba gratis) secara otomatis diperpanjang dan dikenakan biaya setelah periode uji coba berakhir, tanpa pemberitahuan jelas atau kemudahan untuk membatalkan. Konsumen harus mencari-cari cara untuk berhenti berlangganan, seringkali melalui proses yang rumit.

Jenis lain adalah "Sneak into Basket", di mana item tambahan atau biaya tersembunyi secara otomatis ditambahkan ke keranjang belanja tanpa persetujuan eksplisit dari pembeli. Contohnya bisa berupa asuransi produk, donasi, atau item pelengkap yang dicentang secara default. Pengguna mungkin baru menyadarinya saat proses pembayaran akhir, atau bahkan setelah transaksi selesai.

Kemudian ada "Confirmshaming", yang mencoba membuat pengguna merasa bersalah jika mereka menolak tawaran tertentu. Misalnya, tombol untuk menolak tawaran diskon bisa berbunyi "Tidak, terima kasih, saya suka membayar lebih mahal" atau "Tidak, terima kasih, saya tidak tertarik untuk berhemat." Ini mencoba memanipulasi emosi pengguna agar menerima penawaran.

"Disguised Ads" juga umum, di mana iklan atau konten promosi disamarkan agar terlihat seperti bagian dari konten normal atau pilihan yang relevan, sehingga pengguna tanpa sadar mengkliknya atau berinteraksi dengannya. Ini mengaburkan batas antara konten berbayar dan organik, seringkali menyesatkan pengguna.

Terakhir, "Urgency" dan "Scarcity" yang dimanipulasi sering digunakan untuk menciptakan tekanan. Pesan seperti "Hanya 2 tersisa!", "Penawaran berakhir dalam 5 menit!", atau "15 orang sedang melihat produk ini!" seringkali ditampilkan untuk mendorong pembelian impulsif, meskipun angka atau batas waktu tersebut mungkin tidak sepenuhnya akurat atau sengaja dibuat-buat. Hal ini memanfaatkan rasa takut kehilangan dan mendesak pengguna untuk bertindak cepat tanpa pertimbangan matang.

Mengapa Dark Pattern Jadi Masalah?

Dark pattern adalah masalah serius karena melanggar prinsip etika desain dan merugikan konsumen. Mereka merusak kepercayaan pengguna terhadap platform digital. Ketika pengguna merasa tertipu atau dimanipulasi, mereka cenderung kehilangan loyalitas dan beralih ke platform lain. Ini juga menciptakan pengalaman belanja yang menjengkelkan dan tidak transparan, yang pada akhirnya dapat merugikan merek dalam jangka panjang meskipun ada keuntungan sesaat.

Di sisi lain, praktik ini juga menarik perhatian regulator dan organisasi perlindungan konsumen. Beberapa negara telah mulai memberlakukan undang-undang yang lebih ketat untuk melawan dark pattern dan melindungi hak-hak konsumen di ranah digital, melihatnya sebagai bentuk praktik bisnis yang tidak adil dan menyesatkan.

Cara Mengidentifikasi dan Melindungi Diri

Sebagai pengguna, penting untuk menjadi lebih waspada dan kritis saat berinteraksi dengan website belanja online. Selalu periksa kembali keranjang belanja sebelum pembayaran akhir, baca terms and conditions (syarat dan ketentuan) dengan cermat, perhatikan bahasa yang digunakan pada tombol atau pop-up, dan waspadai pesan urgensi yang berlebihan. Jika sebuah penawaran terasa terlalu bagus untuk menjadi kenyataan atau langkah-langkah untuk membatalkan langganan terlalu rumit, ada kemungkinan dark pattern sedang bekerja. Edukasi dan kesadaran adalah kunci untuk melindungi diri dari manipulasi digital ini.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved