Apa Itu Attention Span dan Kenapa Bisa Semakin Pendek?
Tanggal: 28 Agu 2025 14:29 wib.
Pernah merasa sulit fokus saat membaca buku lebih dari sepuluh menit? Atau cepat beralih dari satu video ke video lain tanpa menamatkannya? Kondisi ini sering kali dikaitkan dengan attention span atau rentang perhatian. Secara sederhana, attention span adalah durasi waktu di mana seseorang dapat fokus pada satu tugas atau stimulus tanpa terdistraksi. Meskipun tidak ada angka pasti yang universal, banyak penelitian dan pengamatan menunjukkan bahwa rentang perhatian manusia modern cenderung semakin pendek. Fenomena ini bukan tanpa alasan, melainkan dipicu oleh serangkaian perubahan drastis dalam gaya hidup dan lingkungan kita, terutama yang terkait erat dengan teknologi.
Pergeseran Otak Akibat Era Digital
Otak kita punya kemampuan luar biasa untuk beradaptasi, dan lingkungan digital telah memaksanya untuk beradaptasi dengan cara yang fundamental. Paparan konstan terhadap informasi yang datang begitu cepat dari media sosial, aplikasi berita, dan platform video pendek melatih otak untuk mencari reward instan. Setiap like, notifikasi, atau video baru memberikan dorongan dopamin kecil yang membuat otak ketagihan. Kita jadi terbiasa dengan rangsangan yang berganti-ganti dalam hitungan detik.
Kebiasaan ini melatih otak untuk menjadi "pemindai" daripada "pembaca mendalam." Otak kita jadi lebih lihai dalam menangkap informasi sekilas, tetapi kehilangan kemampuan untuk bertahan dalam tugas yang membutuhkan konsentrasi jangka panjang. Penelitian menunjukkan bahwa otak kita mulai memprioritaskan kemampuan untuk beralih antara tugas, yang disebut task-switching, daripada kemampuan untuk fokus secara tunggal. Ini seperti otot yang lebih sering digunakan untuk lari sprint pendek daripada lari maraton.
Peran Media Sosial dan Algoritma yang Adiktif
Algoritma media sosial dirancang secara cerdas untuk membuat kita tetap terhubung selama mungkin. Mereka menyajikan konten yang sesuai dengan minat kita secara tak terbatas, dari satu video lucu ke video lainnya, dari satu foto ke foto lain. Setiap konten pendek ini berfungsi sebagai umpan balik instan yang menguatkan kebiasaan beralih perhatian. Kita terjebak dalam lingkaran tanpa akhir, di mana otak terus menuntut rangsangan baru untuk menghindari kebosanan.
Platform seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts adalah contoh nyata bagaimana konten disajikan dalam format yang sangat singkat dan mudah diakses. Format ini secara efektif mengurangi kebutuhan untuk fokus pada satu hal dalam waktu lama. Otak kita dilatih untuk menyerap informasi dalam dosis kecil, yang pada akhirnya membuat kita sulit untuk kembali ke tugas yang membutuhkan perhatian penuh, seperti membaca artikel panjang, menulis laporan, atau bahkan mendengarkan percakapan tanpa terganggu.
Gaya Hidup Multitasking yang Menguras Kognitif
Di dunia yang serba cepat ini, banyak dari kita merasa perlu melakukan multitasking untuk menyelesaikan banyak hal sekaligus. Menjawab email sambil mendengarkan podcast, atau makan siang sambil menonton video, sudah menjadi hal biasa. Namun, penelitian psikologi menunjukkan bahwa otak manusia tidak benar-benar multitasking. Yang terjadi adalah rapid task-switching atau perpindahan tugas yang sangat cepat.
Setiap kali kita beralih dari satu tugas ke tugas lain, ada biaya kognitif yang harus dibayar. Otak harus mengalihkan fokus dan memuat ulang informasi yang relevan. Proses ini tidak efisien dan justru bisa mengurangi kualitas pekerjaan dan meningkatkan stres. Seiring waktu, kebiasaan ini melemahkan kemampuan kita untuk fokus pada satu tugas dan memperkuat kebiasaan untuk beralih, yang pada akhirnya mempersingkat attention span kita.
Kurangnya Waktu untuk "Berpikir Lama"
Lingkungan digital modern juga mengurangi kesempatan kita untuk "berpikir lama" atau terlibat dalam aktivitas yang membutuhkan refleksi dan konsentrasi mendalam. Dulu, kita mungkin akan menghabiskan waktu berjam-jam membaca buku, menulis surat, atau bahkan sekadar duduk diam merenung. Aktivitas-aktivitas ini melatih otak untuk mempertahankan fokus dan terlibat secara mendalam.
Sekarang, setiap jeda waktu, entah saat menunggu bus atau mengantri di kasir, langsung diisi dengan melihat ponsel. Otak kita hampir tidak pernah punya waktu untuk "kosong" atau "beristirahat" dari rangsangan. Kondisi ini membuat kita kehilangan kemampuan untuk memproses informasi secara mendalam dan berfokus tanpa adanya rangsangan eksternal.
Mengatasi Fenomena ini: Mengembalikan Kekuatan Fokus
Meskipun attention span kita cenderung memendek, ada langkah-langkah yang bisa diambil untuk melatihnya kembali. Mengurangi paparan terhadap notifikasi, membatasi waktu layar, dan mempraktikkan teknik fokus seperti Pomodoro bisa sangat membantu. Mengalokasikan waktu tanpa gangguan untuk mengerjakan satu tugas saja, bahkan selama 15-20 menit, bisa melatih otak kita untuk kembali beradaptasi dengan konsentrasi mendalam.