Alasan Manusia Bisa Koma Sampai Bertahun-tahun
Tanggal: 14 Agu 2025 11:34 wib.
Koma adalah kondisi yang seringkali disalahpahami, seringkali digambarkan dalam film sebagai tidur panjang yang bisa berakhir dengan bangun tiba-tiba. Kenyataannya, koma adalah kondisi medis yang jauh lebih kompleks dan serius. Ini bukan sekadar tidur lelap; ini adalah keadaan tidak sadar yang berkepanjangan akibat kerusakan atau disfungsi pada otak. Seseorang bisa berada dalam kondisi ini selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Untuk memahami mengapa ini terjadi, kita harus melihat lebih dalam pada fungsi otak dan apa yang bisa merusaknya.
Kerusakan pada Otak yang Mengatur Kesadaran
Penyebab utama seseorang bisa jatuh ke dalam koma dan bertahan lama adalah kerusakan parah pada bagian-bagian otak yang mengatur kesadaran. Bagian yang paling vital dalam hal ini adalah batang otak dan sistem retikuler pengaktif (reticular activating system - RAS). Batang otak adalah pusat komando yang menghubungkan otak besar dengan sumsum tulang belakang. Ia bertanggung jawab atas fungsi dasar kehidupan seperti bernapas, detak jantung, dan kesadaran.
Sementara itu, RAS adalah jaringan sel saraf di batang otak yang berfungsi seperti sakelar. Ia bertanggung jawab untuk membangunkan otak besar dari tidur dan menjaga kewaspadaan. Jika salah satu atau kedua bagian ini rusak parah, otak besar tidak lagi menerima sinyal untuk "bangun." Akibatnya, orang tersebut kehilangan kemampuan untuk merespons rangsangan dari luar, berpikir, atau bahkan sadar akan lingkungan sekitarnya.
Berbagai Penyebab Kerusakan Otak
Kerusakan pada batang otak atau RAS bisa dipicu oleh berbagai kondisi medis serius. Berikut beberapa penyebab utama yang seringkali berujung pada koma jangka panjang:
Cedera Otak Traumatis: Ini adalah penyebab yang paling umum, biasanya akibat kecelakaan parah, seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh, atau trauma fisik lainnya. Benturan keras pada kepala bisa menyebabkan kerusakan langsung pada jaringan otak, pendarahan, atau pembengkakan yang menekan batang otak.
Pendarahan Otak (Stroke): Stroke hemoragik, di mana pembuluh darah di otak pecah dan menyebabkan pendarahan, bisa merusak area otak yang luas. Jika pendarahan terjadi di batang otak, dampaknya langsung fatal terhadap kesadaran.
Kekurangan Oksigen (Anoksia): Otak sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Jika aliran oksigen ke otak terhenti, misalnya akibat henti jantung, tenggelam, atau tercekik, sel-sel otak bisa mati dalam hitungan menit. Kerusakan yang terjadi bisa meluas dan tidak dapat diperbaiki.
Infeksi Parah dan Pembengkakan Otak: Penyakit seperti meningitis atau ensefalitis (radang otak) bisa menyebabkan peradangan dan pembengkakan hebat pada otak. Tekanan dari pembengkakan ini bisa menekan batang otak, mengganggu fungsinya, dan menyebabkan koma.
Keracunan dan Overdosis: Overdosis obat-obatan tertentu, paparan racun, atau zat kimia yang berbahaya bisa menekan sistem saraf pusat hingga menghentikan fungsi otak yang krusial, termasuk kesadaran.
Mengapa Koma Bisa Berlangsung Lama?
Durasi koma sangat bergantung pada tingkat keparahan kerusakan otak dan kemampuan tubuh untuk pulih. Berbeda dengan tidur, orang yang koma tidak bisa bangun secara alami karena otak tidak mampu menjalankan fungsi dasar untuk kesadaran. Tubuh mereka masih bisa bernapas (terkadang dibantu ventilator), detak jantung tetap ada, dan refleks primitif seperti menelan mungkin masih berfungsi, namun aktivitas otak yang lebih tinggi seperti berpikir, merasakan, atau merespons rangsangan sudah berhenti.
Perkembangan medis saat ini memungkinkan orang yang koma untuk bertahan hidup lebih lama melalui perawatan intensif, seperti pemberian nutrisi melalui selang dan dukungan pernapasan. Namun, pemulihan dari kondisi koma adalah proses yang sangat lambat dan tidak pasti. Otak adalah organ yang kompleks, dan perbaikannya membutuhkan waktu yang sangat lama, bahkan bisa jadi tidak pernah sepenuhnya pulih. Koma yang berlangsung bertahun-tahun seringkali berujung pada kondisi lain yang disebut keadaan vegetatif persisten, di mana pasien memiliki siklus tidur-bangun tapi tanpa kesadaran atau kemampuan kognitif.