Tim Transisi Trump Usulkan Pangkas Dukungan EV, Nasib Industri Mobil Listrik di AS Terancam
Tanggal: 18 Des 2024 08:08 wib.
Tim transisi Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Donald Trump telah merekomendasikan pemangkasan dukungan terhadap industri kendaraan listrik (EV) dan stasiun pengisian daya EV yang direncanakan pemerintahan Joe Biden. Selain itu, mereka juga meminta untuk memperkuat pemblokiran terhadap mobil, komponen, dan material baterai dari China, sesuai dengan dokumen yang dilihat Reuters.
Rekomendasi ini muncul di tengah adanya peningkatan subsidi yang diberikan China kepada industri EV, yang kemudian memicu dominasi pasokan rantai baterai EV di China. Trump dijadwalkan untuk memudahkan regulasi untuk mobil berbahan bakar bensin-solar dan menghapus mandat Biden untuk memperkuat industri EV di AS.
Selain itu, tim transisi Trump juga merekomendasikan kenaikan tarif material baterai secara global, dengan tujuan untuk mendorong produksi baterai di dalam negeri. Mereka ingin mengalihkan alokasi dana yang sebelumnya dialokasikan oleh Biden untuk membangun stasiun pengisian daya EV dan membuat EV lebih terjangkau, menjadi prioritas pertahanan nasional.
Lebih lanjut, tim transisi Trump juga menginginkan penghapusan kebijakan insentif pajak senilai US$7.500 untuk pembelian EV yang diberlakukan oleh pemerintahan Biden. Jika rekomendasi ini disetujui, produsen EV berpotensi mengalami penurunan penjualan, termasuk dampak buruk bagi Tesla, produsen mobil listrik milik Elon Musk.
Sebelumnya, Trump telah menunjukkan dukungan besar-besaran kepada industri EV, terutama kepada perusahaan milik Elon Musk, Tesla. Meskipun begitu, Tesla juga menanggung risiko kehilangan subsidi pemerintah untuk EV, yang berdampak lebih besar bagi para pesaingnya ketimbang Tesla.
Beberapa pesaing Tesla seperti General Motors dan Hyundai, secara aktif memasarkan produk-produk EV mereka di AS. Dengan penghentian subsidi pemerintah, hal ini tentu akan mengguncang bisnis mereka.
Tim transisi Trump berencana memindahkan alokasi anggaran senilai US$7,5 miliar dari pemerintahan Biden untuk pembangunan stasiun pengisian daya EV ke pemrosesan mineral-baterai, rantai pasokan pertahanan nasional, dan infrastruktur krusial. Hal ini mengingatkan bahwa baterai, mineral, dan komponen EV merupakan bagian penting dari produksi pertahanan krusial, sementara EV dan stasiun pengisian daya EV dianggap tidak sebegitu penting.
Belum lama ini, juru bicara tim transisi Trump, Karoline Leavitt, menyatakan bahwa para pemilih Trump memberikan mandat untuk menepati janji-janjinya, termasuk menghentikan serangan terhadap mobil berbahan bakar bensin-solar.
Dari sisi global, produsen otomotif kini semakin fokus pada pengembangan EV untuk mematuhi aturan yang semakin ketat dalam membatasi penggunaan bahan bakar. Namun, rekomendasi dari tim transisi Trump menunjukkan bahwa industri mobil berbahan bakar solar-bensin akan tetap menjadi perhatian utama.
Sebagai hasilnya, emisi per kendaraan di AS berpotensi kembali ke level 2019 sebesar 25% per mil, sementara target hingga 2025 adalah memangkas rata-rata emisi ke level 15% ke bawah.
Perubahan kebijakan ini membawa dampak yang signifikan terhadap industri EV, khususnya Tesla, dan juga pesaing-pesaingnya. Dampaknya juga akan dirasakan oleh produsen mobil konvensional yang sedang memasuki pasar EV dengan pesat. Keseluruhan rencana Trump mengenai mobil listrik tentu akan menjadi sorotan yang menarik, baik bagi pelaku industri maupun pengamat ekonomi. Dalam situasi ini, terlihat bahwa kebijakan politik memiliki peran yang signifikan dalam membentuk arah industri otomotif masa depan.