Sumber foto: iStock

Tesla Diboikot! Gerakan ‘Tesla Takedown’ Guncang Elon Musk

Tanggal: 25 Mar 2025 14:53 wib.
Di tengah perbincangan yang hangat mengenai industri otomotif, Tesla, sebagai salah satu pelopor mobil listrik, kini menjadi pusat perhatian karena aksi boikot yang mengguncang. Di berbagai showroom Tesla yang tersebar di seluruh Amerika Serikat, masyarakat mulai menggeruduk lokasi-lokasi tersebut sebagai bagian dari gerakan yang dikenal dengan nama 'Tesla Takedowns'.

Melalui aksi ini, banyak warga yang memilih untuk tidak hanya membuang saham Tesla mereka, tetapi juga menjual mobil-mobil Tesla yang mereka miliki. Tak jarang, mereka memanfaatkan stiker sindiran yang ditujukan langsung kepada CEO Tesla, Elon Musk, sebagai bentuk protes.

Pergerakan ini bukanlah sekadar aksi konsumen yang kehilangan ketertarikan pada produk. Lebih dalam dari itu, tindakan ini merupakan bentuk ketidakpuasan masyarakat terhadap sikap politik yang diambil Musk. Sejak mengambil alih jabatan di Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE) pada awal 2025, Musk telah menerapkan kebijakan pemangkasan besar-besaran yang berujung pada pemecatan pegawai negeri sipil, penghapusan beberapa program federal yang dianggap tidak efektif, serta rencana untuk melakukan konsolidasi berbagai lembaga pemerintah. Semua ini terjadi dalam konteks di mana Musk tetap berupaya meraih kontrak-kontrak pemerintah untuk bisnis-bisnisnya yang lain.

Ketika menunjukkan posenya yang kontroversial dengan gaya 'salute' ala Nazi, Musk semakin menjadi sorotan masyarakat. Respons dari publik terkait penyerangan showroom Tesla ini cukup menarik. Musk mengekspresikan keterkejutannya atas tindakan masyarakat yang menurutnya mencerminkan vandalisme yang sudah melampaui batas. Ia berpendapat bahwa terdapat semacam kebangkitan kebencian yang dirasakan dari kelompok-kelompok politik tertentu, yang dia sebut penganut paham kiri.

"Sungguh mengejutkan bagi saya bahwa ada tingkat kebencian dan kekerasan dari pihak kiri," ungkap Musk dalam wawancara yang dilansir oleh Yahoo News. Protes yang dimulai di dalam negeri terus membesar, hingga menjalar ke sejumlah kawasan lain di dunia seperti Berlin dan Wales dengan slogan provokatif "Jangan Beli Tesla".

Gerakan ini muncul sebagai reaksi terhadap eksodus pengguna layanan X, sebuah platform media sosial yang diakuisisi Musk yang kini semakin tidak diminati. Banyak pengguna beralih ke platform pesaing seperti BlueSky, yang dianggap lebih netral dan tidak berafiliasi dengan agenda politik Musk.

Dari sudut pandang Musk, dia menyatakan keinginannya untuk melihat Demokrat sebagai partai yang lebih empatik dan peduli pada sesama, namun kenyataannya tampak berlawanan. "Namun, mereka malah membakar mobil, menghancurkan dealer, bahkan melakukan tindakan kekerasan terhadap Tesla," keluh Musk, yang secara jelas menunjukkan ketidakpuasannya terhadap kelompok yang menentang kebijakannya.

Dalam merespons situasi ini, Musk menegaskan bahwa Tesla berdiri sebagai perusahaan yang menjunjung tinggi kedamaian dan keamanan. Ia berupaya untuk tidak terjebak dalam retorika permusuhan meski dikelilingi oleh situasi yang sulit.

Dia juga mengklaim bahwa protes yang terjadi merupakan bagian dari konspirasi besar yang ditujukan untuk melawan dirinya. "Siapa yang mendanai dan mengoordinasikan gerakan ini? Ini gila. Saya tak pernah melihat hal semacam ini sebelumnya," jelasnya.

Lebih mendalam, Musk juga memberikan penjelasan mengenai kebijakan pemangkasan yang telah dilakukannya di lembaga pemerintahan. Ia mencurigai bahwa orang-orang yang terdampak oleh pemecatan tersebut kemungkinan terlibat dalam aksi-aksi protes yang menargetkan dirinya dan perusahaannya. "Mereka yang kehilangan pekerjaan pada dasarnya ingin membalas dendam karena saya telah menghentikan praktik-praktik penipuan yang mereka jalankan," tegas Musk.

Dalam dinamik ini, Tesla sepertinya telah terperangkap dalam kerumitan antara bisnis, politik, dan masalah sosial. Keberhasilan perusahaan yang didirikan Musk dalam menciptakan mobil listrik yang ramah lingkungan tampaknya tak mampu menutupi kontroversi yang melanda dirinya sebagai pemimpin. Seiring dengan semakin meluasnya protes di seluruh negeri, semua mata kini tertuju kepada Elon Musk dan respons yang akan dia berikan di tengah gempuran kritik yang semakin keras. 

Bersamaan dengan itu, kiprah Musk di dunia bisnis dan teknologi tetap menarik perhatian, terutama bagaimana ia menghadapi badai protes dan kritik. Situasi ini menjadi wacana yang menguji ketahanan Musk, sambil menimbulkan pertanyaan tentang masa depan Tesla sebagai perusahaan inovatif yang selalu berdiri di garis depan perubahan. Akankah Tesla dapat melalui krisis ini dan mendapatkan kembali dukungan publik, atau apakah ini pertanda akan terjadinya penurunan kepercayaan terhadap salah satu merek terkemuka di dunia otomotif?
Copyright © Tampang.com
All rights reserved