Robotaxi Tesla Siap Diluncurkan, Tapi Rakyat AS Balik Badan: Ancaman, Ketakutan, dan Aksi Protes Besar!
Tanggal: 19 Jun 2025 10:15 wib.
Tanggal 22 Juni 2025 mendatang menjadi tonggak penting bagi Tesla. Perusahaan rintisan Elon Musk itu berencana menguji coba layanan taksi tanpa sopir (robotaxi) secara komersial di kota Austin, Texas. Namun, alih-alih disambut dengan antusiasme, pengumuman ini justru memicu gelombang protes besar-besaran dari masyarakat lokal.
Demo yang berlangsung sejak pekan lalu memperlihatkan kekhawatiran publik terhadap keberadaan teknologi kendaraan otonom penuh, khususnya dalam hal keamanan sistem dan dampaknya terhadap lapangan pekerjaan. Sejumlah kelompok aktivis dan warga menilai kehadiran robotaxi Tesla berpotensi menghilangkan mata pencaharian sopir online dan membawa risiko besar di jalanan.
Tak Sekadar Protes Teknologi, Tapi Juga Ketidakpercayaan pada Musk
Aksi penolakan yang terjadi di pusat kota Austin pada Kamis, 12 Juni 2025 lalu, bukan hanya tentang teknologi robotaxi. Banyak peserta unjuk rasa juga mengungkapkan ketidaksenangan terhadap Elon Musk secara pribadi, terutama karena kedekatannya dengan Presiden AS Donald Trump. Meskipun hubungan keduanya sempat memburuk, warga tetap skeptis terhadap keterlibatan Musk dalam kebijakan publik.
Gabungan beberapa kelompok seperti The Dawn Project, Tesla Takedown, dan Resist Austin, menyuarakan penolakan mereka secara terbuka. Mereka mengkritik tajam sistem kemudi otomatis Tesla yang dianggap belum siap digunakan secara luas karena masih memiliki banyak kelemahan, terutama dalam versi 'Full Self-Driving' (FSD) yang dipasarkan sebagai fitur premium oleh Tesla.
Autopilot dan FSD: Teknologi yang Masih Belum Aman
Tesla saat ini menawarkan dua paket bantuan pengemudian: Autopilot standar dan Full Self-Driving (FSD). Sistem FSD digadang-gadang mampu menangani kemudi, parkir, dan menjaga jalur kendaraan tanpa campur tangan manusia. Namun, menurut catatan dari Lembaga Keselamatan Transportasi Jalan Raya Nasional (NHTSA), sistem ini telah terlibat dalam banyak kecelakaan, bahkan beberapa yang berujung fatal.
Yang mengejutkan, dalam sebuah demonstrasi pekan lalu, Dawn Project menunjukkan bagaimana mobil Tesla Model Y dengan sistem FSD versi terbaru (13.2.9) melanggar rambu lalu lintas dan menabrak manekin anak-anak yang sengaja ditempatkan di depannya untuk simulasi.
Rekaman video yang diposting Elon Musk di platform X pekan lalu memperlihatkan robotaxi berbasis Model Y tanpa pengawasan manusia yang disebut-sebut siap diluncurkan. Namun kenyataannya, teknologi ini belum tersedia untuk publik secara resmi dan masih dalam tahap pengembangan.
Kritik terhadap Tesla Semakin Menguat
Bukan hanya masalah teknis, banyak pihak mempertanyakan transparansi Tesla terhadap publik. Aktivis seperti Stephanie Gomez mengatakan bahwa dirinya tidak percaya terhadap sistem keamanan Tesla, dan menentang keterlibatan Musk dalam urusan pemerintahan.
“Saya tidak yakin dengan standar keamanan mereka, dan saya juga tidak suka cara Musk terlibat dalam politik nasional,” ungkapnya kepada CNBC International.
Hal senada diungkapkan Silvia Revelis, salah satu pengunjuk rasa yang mengaku tidak sepakat dengan nilai-nilai politik Musk. Ia mengungkapkan bahwa alasan utama dirinya ikut dalam demo adalah kekhawatirannya terhadap keselamatan pengguna jalan.
“Masyarakat belum diberi akses terhadap hasil pengujian sistem ini. Musk seakan merasa dirinya kebal hukum,” katanya dengan nada geram.
Protes Terbesar Sejak Era Mobil Otonom Dimulai
Gelombang aksi di Austin menjadi titik balik dalam perdebatan tentang masa depan mobil otonom. Bagi sebagian besar masyarakat, teknologi ini bukan hanya menimbulkan pertanyaan soal efisiensi dan kecanggihan, tapi juga menyentuh aspek sosial dan etika. Bagaimana nasib jutaan pengemudi jika mobil tanpa sopir benar-benar diterapkan secara luas? Siapa yang bertanggung jawab jika terjadi kecelakaan?
Tesla hingga kini belum mengeluarkan pernyataan resmi menanggapi berbagai aksi demonstrasi dan kritik yang dialamatkan pada mereka. Namun publik mendesak perusahaan tersebut untuk lebih terbuka mengenai keamanan sistem FSD dan hasil uji cobanya sebelum peluncuran resmi robotaxi dilakukan.
Kilas Balik: Siapa Sebenarnya The Dawn Project?
The Dawn Project, salah satu kelompok yang paling vokal dalam penolakan ini, dipimpin oleh Dan O’Dowd, CEO dari Green Hills Software. Menariknya, perusahaannya menjual teknologi keamanan ke beberapa pesaing Tesla seperti Ford dan Toyota. Fakta ini memunculkan spekulasi bahwa kritik mereka mungkin memiliki muatan kompetitif, namun banyak pengamat tetap menilai bahwa isu keamanan yang mereka angkat layak diperhatikan.
Kesimpulan: Teknologi Hebat Perlu Etika Hebat
Inovasi yang diusung Elon Musk memang selalu mengundang decak kagum. Namun, robotaxi Tesla kini menghadapi tantangan serius, bukan hanya dari sisi teknis, tetapi juga dari kepercayaan publik. Jika Tesla ingin teknologi self-driving diterima luas, mereka harus membuktikan keamanannya secara objektif, serta berkomunikasi lebih transparan dengan masyarakat.
Sementara itu, Austin kini menjadi panggung utama bagi perdebatan soal masa depan