Penjualan Polestar Melejit 76%! Tesla Kena Boikot, EV China-Swedia Ini Langsung Tancap Gas
Tanggal: 12 Apr 2025 21:41 wib.
Industri mobil listrik global tengah mengalami dinamika yang mengejutkan. Di tengah melemahnya performa Tesla sepanjang tahun 2025, produsen kendaraan listrik gabungan China-Swedia, Polestar, justru mencatatkan lonjakan penjualan yang luar biasa. Berdasarkan laporan terbaru, penjualan Polestar pada kuartal pertama (Q1) 2025 meningkat hingga 76% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Total kendaraan listrik (EV) yang berhasil dikirimkan Polestar mencapai 12.304 unit pada Q1 2025, naik signifikan dibandingkan 6.975 unit pada Q1 2024. Pertumbuhan ini menjadi sinyal kuat bahwa pasar EV semakin kompetitif, dan Polestar berhasil memanfaatkan celah yang ditinggalkan Tesla di tengah badai kontroversi dan boikot.
Polestar: Sinergi Dua Raksasa Otomotif Dunia
Polestar adalah merek kendaraan listrik yang lahir dari kerja sama strategis antara Volvo Cars asal Swedia dan induk perusahaannya, Geely, raksasa otomotif asal China. Gabungan kekuatan dua negara ini membuat Polestar sering disebut sebagai merek “Sino-Swedia”, karena menggabungkan teknologi dan standar kualitas Eropa dengan efisiensi manufaktur Asia.
Markas pusat Polestar terletak di Gothenburg, Swedia, sementara sebagian besar proses produksinya dilakukan di Chengdu, China. Meski demikian, belakangan Polestar mulai menggeser sebagian operasinya ke Amerika Serikat, sebagai langkah antisipasi atas kebijakan perdagangan yang semakin ketat.
Manfaatkan Boikot Tesla, Polestar Gencarkan Diskon Besar
Salah satu kunci keberhasilan Polestar dalam mendorong penjualan adalah strategi pemasaran yang cerdas dan agresif, terutama dengan memanfaatkan situasi sulit yang dihadapi kompetitornya, Tesla. Tahun ini, Tesla mengalami penurunan harga saham sebesar 32%, diiringi dengan gerakan boikot besar-besaran terhadap merek tersebut di berbagai wilayah, termasuk Amerika Serikat.
Melihat peluang tersebut, Polestar meluncurkan program diskon khusus yang ditargetkan kepada pemilik Tesla. Kampanye ini menjadi senjata utama Polestar dalam merebut hati pengguna kendaraan listrik yang kecewa terhadap Tesla. Melalui potongan harga hingga USD 20.000 untuk model Polestar 3, perusahaan berhasil menarik perhatian pasar.
Harga normal Polestar 3 adalah sekitar USD 93.000, namun dengan diskon khusus tersebut, pemilik Tesla cukup merogoh kocek USD 73.000 untuk mendapatkan kendaraan mewah dengan performa tinggi ini. Angka itu bahkan lebih rendah dibandingkan Tesla Model S, yang harganya dimulai dari USD 80.000.
“Kami mulai menjalankan kampanye ini sejak akhir Februari 2025, dan karena responsnya sangat positif, kami memperpanjangnya hingga Maret dan April,” ujar juru bicara Polestar dalam wawancara dengan Reuters.
Kampanye ini difokuskan pada unit Polestar 3 yang diproduksi di Amerika Serikat, tepatnya di fasilitas milik Volvo Cars di South Carolina. Hal ini juga menunjukkan arah strategi baru Polestar dalam mengurangi ketergantungan pada produksi dari China.
Strategi Relokasi Produksi Pasca Kenaikan Tarif AS
Langkah Polestar untuk memindahkan sebagian produksinya ke Amerika tidak terjadi secara kebetulan. Kebijakan Presiden Donald Trump yang menaikkan tarif impor barang dari China hingga 145% membuat banyak produsen global harus memutar otak. Untuk menghindari biaya tambahan yang tinggi, relokasi menjadi solusi strategis.
Dengan memproduksi unit Polestar 3 di dalam negeri AS, perusahaan tidak hanya bisa menghindari tarif impor, tetapi juga meningkatkan kepercayaan konsumen lokal terhadap produk mereka. Keputusan ini mencerminkan fleksibilitas dan adaptasi cepat dari Polestar terhadap perubahan lanskap geopolitik dan ekonomi.
Bersaing dengan Lucid dan Pemain Lokal
Polestar bukan satu-satunya produsen kendaraan listrik yang mengincar pangsa pasar Tesla. Perusahaan asal Amerika, Lucid Motors, juga menerapkan strategi serupa dengan memberikan diskon hingga USD 4.000 untuk sedan mewah mereka, Lucid Air, khusus untuk pemilik Tesla.
Namun, jika dilihat dari skala dan agresivitas, Polestar saat ini menjadi salah satu yang paling menonjol. Dengan pendekatan pemasaran yang spesifik dan tajam, serta desain kendaraan yang menggabungkan gaya Eropa dan kekuatan teknologi China, Polestar berhasil menciptakan posisi unik di tengah persaingan sengit industri EV.
Tesla Terdesak, Kompetitor Naik Daun
Boikot terhadap Tesla yang terjadi sepanjang tahun 2025 tidak hanya berdampak pada saham perusahaan, tetapi juga pada kepercayaan konsumen terhadap merek tersebut. Banyak pengguna merasa kecewa dengan berbagai kontroversi yang melibatkan pemilik Tesla, Elon Musk, hingga masalah layanan purnajual dan harga kendaraan.
Dalam situasi seperti ini, Polestar muncul sebagai alternatif kuat bagi para penggemar EV premium. Dengan harga bersaing, performa tinggi, serta strategi marketing yang tepat sasaran, Polestar berhasil merebut momentum dan mencatat pertumbuhan penjualan yang luar biasa.
Kesimpulan: Tahun Emas Bagi Polestar, Tahun Sulit Bagi Tesla
Lonjakan penjualan sebesar 76% pada kuartal pertama 2025 membuktikan bahwa Polestar bukan lagi sekadar pemain baru di industri mobil listrik global. Mereka telah menjadi pesaing serius Tesla, dan strategi mereka untuk menarik pelanggan melalui diskon serta relokasi produksi terbukti berhasil.
Tahun ini bisa menjadi titik balik penting dalam peta persaingan EV global. Ketika Tesla menghadapi masa-masa sulit akibat boikot dan penurunan harga saham, Polestar tampil sebagai “kuda hitam” yang siap mendominasi pasar dengan pendekatan cerdas dan produk berkualitas tinggi.
Apakah ini pertanda awal dari era baru dominasi EV ala Sino-Swedia? Atau hanya sekadar tren sesaat di tengah gejolak industri? Yang pasti, persaingan kendaraan listrik kini semakin seru dan tak terduga.