Mengenal Transmisi Kopling Ganda (DCT): Sejarah, Cara Kerja, dan Keunggulannya
Tanggal: 23 Mei 2025 10:13 wib.
Tampang.com | Transmisi kopling ganda atau Dual Clutch Transmission (DCT) kini semakin populer di dunia otomotif modern, terutama karena kemampuannya memberikan perpindahan gigi yang cepat dan efisien. Namun, teknologi ini ternyata sudah punya akar sejarah yang sangat panjang, jauh sebelum popularitasnya melejit pada awal 2000-an.
Konsep dasar DCT pertama kali dicetuskan oleh Adolphe Kégresse, seorang insinyur militer asal Prancis yang juga dikenal sebagai penemu sistem penggerak setengah rantai (half-track). Pada tahun 1935, Kégresse mematenkan sistem transmisi otomatis bernama Autoserve, yang menggunakan dua kopling — satu untuk gigi ganjil dan satu lagi untuk gigi genap. Ide ini bahkan sempat diuji coba pada mobil Citroën Traction Avant pada 1939, meski saat itu transmisi otomatis dengan konverter torsi lebih diminati karena lebih sederhana dan murah.
Popularitas DCT kembali muncul dalam dunia balap pada era 1980-an ketika Porsche memperkenalkan sistem PDK (Porsche Doppelkupplungsgetriebe) pada mobil balap 956 dan 962. Audi pun mengadopsi teknologi serupa pada mobil balap Quattro S1, yang mampu melaju dari 0–100 km/jam hanya dalam 2,6 detik dengan pergantian gigi tanpa perlu melepas pedal gas. Kehebatan sistem ini membantu pebalap Walter Röhrl memenangkan rally dengan selisih waktu yang cukup jauh.
Penggunaan DCT untuk mobil penumpang mulai meluas sejak tahun 2003, dimulai dari Volkswagen Golf R32 dan Audi TT 3.2 Quattro dengan kode gearbox DQ250. Sistem ini memiliki enam percepatan dan mampu menangani torsi hingga 350 Nm. Pada 2008, Audi meluncurkan versi tujuh percepatan bernama S Tronic yang berbasis pada teknologi Porsche PDK.
DCT bekerja dengan dua kopling yang beroperasi secara mandiri: satu mengatur gigi ganjil, satu lagi gigi genap. Kombinasi ini memungkinkan pergantian gigi berlangsung tanpa putus aliran tenaga, sehingga perpindahan gigi terasa lebih halus, responsif, dan efisien dalam penggunaan bahan bakar. Berbeda dari transmisi otomatis konvensional, pengemudi juga tidak perlu menginjak pedal kopling.
Meski punya banyak keunggulan, sistem DCT juga memiliki kekurangan, seperti kompleksitas mekanik yang tinggi, bobot lebih berat, biaya perawatan yang mahal, serta potensi kerusakan yang lebih besar akibat banyaknya komponen elektronik. Beberapa pabrikan pun mulai mengurangi penggunaan DCT, meski transmisi ini tetap menjadi pilihan utama di mobil-mobil berperforma tinggi karena kemampuannya yang superior dalam perpindahan gigi.
Secara keseluruhan, DCT masih dianggap sebagai teknologi transmisi terbaik dalam hal perpindahan gigi cepat dan efisiensi, menjadi favorit di segmen mobil sport dan performa tinggi di pasar otomotif global.