Sumber foto: iStock

Harga Anjlok 45%! Pemilik Tesla Cybertruck Kaget Saat Tukar Tambah, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Tanggal: 27 Mei 2025 22:24 wib.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Tesla resmi meluncurkan program tukar tambah (trade-in) khusus untuk kendaraan listrik mereka. Menariknya, program ini hanya berlaku untuk salah satu lini eksklusif mereka, yakni Cybertruck, truk listrik futuristik yang sempat menyedot perhatian dunia. Namun alih-alih menjadi solusi menguntungkan bagi pemilik, program ini justru menuai kekecewaan besar karena depresiasi harga jual yang dinilai sangat drastis.

Berdasarkan laporan dari CarGurus, penurunan nilai jual kembali Cybertruck mencapai tingkat yang mengejutkan, bahkan disebut sebagai yang terburuk. Dalam kasus paling ekstrem, depresiasi harga mobil ini bisa mencapai 45 persen — sebuah angka yang membuat banyak pemilik terguncang.

Kisah Dua Pemilik Cybertruck yang Merugi Besar

Dua pemilik Cybertruck yang diwawancarai oleh Business Insider memberikan gambaran nyata betapa buruknya kondisi pasar mobil ini saat ini. Seorang pengguna Cybertruck varian AWD keluaran tahun 2024 menyampaikan bahwa mobilnya yang baru digunakan sejauh 31 ribu kilometer hanya ditaksir senilai 63.100 dolar AS (sekitar Rp 1 miliar) oleh Tesla. Padahal harga pembelian awal mobil tersebut mencapai 100.000 dolar AS (sekitar Rp 1,62 miliar). Artinya, nilai mobil itu mengalami depresiasi sekitar 37 persen hanya dalam waktu singkat.

Kisah lebih mencengangkan datang dari pemilik Cyberbeast, varian tertinggi Cybertruck. Dengan harga beli sebesar 127.000 dolar AS (sekitar Rp 2 miliar), pemilik hanya ditawari 78.200 dolar AS (sekitar Rp 1,27 miliar) dalam waktu kurang dari delapan bulan setelah pembelian. Ini berarti depresiasi harga menyentuh angka 38 persen, sebuah kerugian besar bagi pemilik kendaraan mewah ini.

Tesla Ubah Aturan Main yang Selama Ini Ketat

Program tukar tambah Cybertruck ini menandai perubahan besar dari kebijakan Tesla yang sebelumnya sangat ketat. Sebelumnya, Tesla secara tegas melarang pembeli untuk menjual kembali mobil mereka dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk menjaga nilai kendaraan tetap stabil dan mencegah terjadinya spekulasi harga yang merugikan perusahaan maupun konsumen.

Namun, dengan dibukanya skema tukar tambah ini, tampaknya Tesla mulai mengendurkan kontrol terhadap pasar sekunder kendaraan mereka. Perubahan ini diduga berkaitan erat dengan meningkatnya tekanan terhadap harga kendaraan Tesla di tengah sorotan negatif terhadap Elon Musk, sang CEO.

Elon Musk, Politik, dan Dampak terhadap Citra Tesla

Beberapa analis menyebut bahwa penurunan nilai mobil Tesla juga dipengaruhi oleh faktor non-teknis, terutama keterkaitan Elon Musk dengan dunia politik. Kedekatan Musk dengan mantan Presiden AS, Donald Trump, serta berbagai pernyataan kontroversial yang ia lontarkan, dianggap memengaruhi persepsi publik terhadap Tesla. Akibatnya, tidak sedikit pemilik mobil Tesla yang merasa tidak nyaman dan bahkan memilih untuk menyembunyikan logo Tesla dari kendaraan mereka.

Laporan dari Tech Crunch menyebut bahwa hal ini berkontribusi pada merosotnya angka penjualan Tesla secara global. Merek Tesla yang dulunya identik dengan inovasi kini mulai dipandang sinis oleh sebagian masyarakat, terutama mereka yang tidak sejalan secara politik dengan Musk.

Masalah Kualitas Produksi Tak Bisa Diabaikan

Selain persoalan citra, Tesla juga menghadapi kritik tajam terkait kualitas produksi kendaraannya. Beberapa kasus telah mencuat ke publik, seperti masalah pedal gas yang tersangkut hingga aksesoris yang mudah copot. Masalah-masalah ini tentunya menambah keraguan terhadap nilai jual kembali Cybertruck dan model Tesla lainnya.

Mobil Listrik Memang Cepat Turun Harga?

Meski begitu, penurunan harga jual kendaraan listrik sebenarnya bukan hal baru. Laporan dari Wired menjelaskan bahwa mobil listrik secara umum memang mengalami depresiasi lebih cepat dibanding mobil berbahan bakar bensin. Bahkan, beberapa model mobil listrik dari merek lain bisa kehilangan hingga 50 persen nilainya hanya dalam satu tahun pertama.

Alasan utamanya adalah perkembangan teknologi yang begitu cepat, sehingga model baru dengan fitur lebih canggih dan baterai lebih efisien akan segera menggantikan versi lama. Selain itu, harga baterai yang mahal dan keengganan pasar terhadap kendaraan bekas yang memerlukan penggantian baterai juga berkontribusi terhadap nilai jual yang rendah.

Apa yang Bisa Dipetik dari Kasus Cybertruck Ini?

Kasus depresiasi Cybertruck seharusnya menjadi bahan refleksi bagi para calon pembeli kendaraan listrik, khususnya yang berminat terhadap mobil-mobil premium seperti Tesla. Meski menawarkan teknologi dan desain mutakhir, mobil listrik saat ini masih memiliki tantangan besar dalam hal nilai jual kembali.

Bagi Tesla sendiri, situasi ini menjadi ujian besar. Mereka harus mampu membuktikan bahwa produk-produk mereka bukan hanya trend sesaat, melainkan investasi jangka panjang yang bernilai. Perbaikan kualitas produksi, transparansi harga, dan pengelolaan citra perusahaan secara bijak akan menjadi kunci keberlanjutan mereka di pasar global yang semakin kompetitif.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved