Sumber foto: Kompas.com

Gaikindo Dorong Pemerintah Susun Kebijakan Otomotif Jangka Panjang yang Berkelanjutan

Tanggal: 21 Mei 2025 08:53 wib.
Tampang.com | Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara, menegaskan pentingnya pemerintah mengubah strategi kebijakan otomotif menjadi lebih berjangka panjang dan berkelanjutan. Ia menilai kebijakan yang bersifat musiman, seperti insentif sementara, justru menimbulkan ketidakpastian di kalangan konsumen dan pelaku industri, yang berdampak negatif pada stabilitas pasar.

“Kebijakan yang hanya berlaku sebentar dan kemudian dicabut membuat pasar tidak stabil. Konsumen jadi ragu untuk membeli saat masa insentif hampir habis, sehingga penjualan pun menurun,” ujar Kukuh saat ditemui di Jakarta, Senin (19/5/2025).

Gaikindo juga mendorong evaluasi terhadap kebijakan insentif agar lebih efektif dalam mendukung target nasional, khususnya produksi kendaraan listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) yang ditargetkan mencapai 600.000 unit pada 2030. Kukuh menekankan agar seluruh proses produksi BEV dilakukan di dalam negeri dan diarahkan juga untuk ekspor, guna memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat produksi kendaraan listrik baik untuk pasar domestik maupun global.

Lebih jauh, Kukuh menegaskan bahwa transisi menuju kendaraan listrik tidak bisa hanya terpaku pada BEV. Kendaraan hybrid dan mobil beremisi rendah, seperti LCGC, masih memegang peran penting sebagai tulang punggung industri otomotif nasional.

“Kami tidak meminta bantuan dalam bentuk utang atau subsidi, melainkan mengusulkan penundaan pembayaran pajak pada periode tertentu. Dengan demikian, saat ekonomi membaik, pendapatan negara juga akan pulih,” jelasnya.

Kukuh juga mengingatkan agar pemerintah tidak terpaku pada satu teknologi saja, mengingat inovasi otomotif terus berkembang pesat secara global. Contohnya adalah kendaraan plug-in hybrid (PHEV) dari China yang mulai masuk pasar Indonesia, yang dapat menempuh perjalanan Jakarta–Bali dengan hanya satu kali isi ulang baterai dan satu kali pengisian bahan bakar, mencapai jarak 1.300 kilometer. Bila teknologi ini dikombinasikan dengan bioetanol, potensi pengurangan emisi bisa sangat signifikan.

Dengan dinamika industri yang terus berubah, Kukuh berharap pemerintah mampu bersikap lebih fleksibel dan visioner dalam merancang regulasi otomotif agar tercipta ekosistem yang sehat dan berdaya saing.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved