Emiten Mobil Listrik China Bangkrut: Dampak Kreditur Mengajukan Kebangkrutan
Tanggal: 2 Agu 2024 21:08 wib.
Saham unit usaha kendaraan listrik raksasa properti China, Evergrande New Energy Vehicle (NEV), mengalami penurunan tajam setelah kreditur dari dua unit bisnisnya meminta pengadilan untuk memulai proses kebangkrutan. Menurut laporan Wall Street Journal, saham Evergrande NEV turun 9,0% menjadi 31 sen dolar Hong Kong, setara dengan 4 sen dolar AS, pada awal perdagangan Senin sementara Indeks Hang Seng Hong Kong naik 1,0%. Penurunan tersebut terjadi setelah perusahaan, yang juga dikenal sebagai Evergrande Auto, mengumumkan pada Minggu, (28/7/2024) malam bahwa kreditur individu dari dua anak perusahaan yang berbasis di Guangdong mengajukan permohonan kebangkrutan dan reorganisasi unit-unit tersebut ke pengadilan lokal pada 25 Juli.
Langkah tersebut memiliki dampak besar pada kegiatan produksi dan operasional perusahaan dan unit-unitnya. Kedua anak perusahaan tersebut memiliki total modal terdaftar sekitar 7,5 miliar yuan, setara dengan US$ 1,03 miliar (Rp 16,69 triliun), menurut data dari penyedia informasi Wind. Selain itu, pada bulan Juni, otoritas lokal China memerintahkan perusahaan untuk mengembalikan sekitar 1,9 miliar yuan dalam bentuk subsidi dan insentif yang sebelumnya diterima dari pemerintah lokal, dengan alasan bahwa perusahaan gagal memenuhi kewajiban kontraktualnya. Saat itu, Evergrande Auto menyatakan akan mengajukan peninjauan administratif atas keputusan tersebut.
Evergrande Auto sendiri pernah memiliki ambisi untuk bersaing dengan Tesla dan menjadi produsen kendaraan listrik terkemuka. Pada puncaknya di April 2021, kapitalisasi pasar perusahaan ini mencapai lebih dari US$ 80 miliar (Rp 1.296 triliun). Namun, perusahaan melaporkan kerugian bersih sebesar 12,24 miliar yuan (Rp 27,47 triliun) untuk tahun 2023. Selain itu, perusahaan induk Evergrande Group telah diperintahkan untuk dilikuidasi pada akhir Januari oleh pengadilan Hong Kong setelah rencana restrukturisasi dengan para kreditur tidak tercapai.
Kebangkrutan Evergrande NEV menimbulkan pertanyaan besar terkait masa depan industri mobil listrik di China dan dampaknya bagi pasar global. China telah lama menjadi pemain kunci dalam industri kendaraan listrik, dengan banyak perusahaan lokal yang ingin bersaing dengan brand internasional seperti Tesla. Namun, kebangkrutan Evergrande NEV menunjukkan bahwa pasar mobil listrik di China tidaklah mudah untuk dikuasai, terutama dengan persaingan yang semakin ketat di antara para pemain lokal dan global.
Berdasarkan data dari China Association of Automobile Manufacturers (CAAM), penjualan mobil listrik dan plug-in hybrid di China mengalami penurunan selama beberapa bulan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa industri mobil listrik di China mungkin sedang mengalami masa-masa sulit, yang dapat berdampak pada para pemain utama di dalamnya.
Selain itu, kebangkrutan Evergrande NEV juga memberikan sorotan terhadap risiko-risiko yang melekat dalam industri kendaraan listrik, terutama dalam hal pembiayaan dan keberlanjutan bisnis. Sebagai perusahaan yang dimiliki oleh Evergrande Group, yang juga merupakan salah satu pengembang properti terbesar di China, terlihat bahwa kesulitan keuangan yang dihadapi oleh induk perusahaannya juga berdampak besar pada unit bisnis yang bergerak di sektor mobil listrik.
Kejatuhan Evergrande NEV juga memunculkan pertanyaan mengenai dampak lingkungan yang mungkin terjadi dalam menghadapi kebangkrutan perusahaan-perusahaan mobil listrik. Pada masa-masa ini, kelestarian lingkungan menjadi isu global yang semakin mendesak, dan kebangkrutan perusahaan-perusahaan mobil listrik dapat mengganggu visi global untuk mengurangi emisi karbon melalui adopsi kendaraan beremisi rendah.