Elon Musk Akui Kekurangan Mobil Tesla: Janji Self-Driving yang Belum Terpenuhi
Tanggal: 18 Des 2024 19:06 wib.
Elon Musk akhirnya memberikan pengakuan terkait kekurangan mobil Tesla yang selama ini menjadi sorotan regulator. Pengakuan tersebut tersampaikan saat merilis hasil kinerja Tesla di kuartal-III (Q3) 2024. Pada kesempatan itu, Musk mengungkapkan bahwa komputer HW3 yang digunakan pada mobil Tesla tidak memiliki kemampuan pengemudi otomatis (self-driving) secara sepenuhnya.
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan oleh Electrek, Musk juga mengaku bahwa dirinya tidak mengetahui persis apa yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Ia juga membandingkan hardware tingkat lanjut HW4 dengan kinerja yang jauh lebih baik daripada HW3. Menurutnya, HW4 memiliki kemampuan yang lebih baik untuk melakukan banyak hal dibandingkan dengan HW3.
"Mungkin kami tidak sepenuhnya yakin. HW4 memiliki kemampuan beberapa kali lipat dari HW3. Lebih mudah untuk melakukan banyak hal dengan HW4 dan sangat banyak upaya yang dilakukan untuk memasukkan fitur-fitur tersebut ke dalam HW3. Kemungkinan besar, HW3 tidak akan mencapai tingkat keamanan yang diperlukan untuk Full Self-Driving (FSD) tanpa pengawasan," ungkap Musk seperti yang dikutip dari Electrek pada Selasa (17/12/2024).
Diketahui bahwa jutaan kendaraan Tesla dilengkapi dengan komputer HW3. Electrek mencatat bahwa perusahaan menggunakan kedua node NN pada hardware, dengan salah satunya berfungsi sebagai redundansi untuk otonom level 4-5.
Musk menambahkan bahwa perusahaan akan melakukan peningkatan secara gratis di masa mendatang. Namun, peningkatan tersebut hanya dapat dilakukan setelah dipastikan bahwa peningkatan tersebut dapat diterapkan pada HW3.
"Kami telah merancang sistem untuk bisa ditingkatkan," kata Musk.
Namun, HW3 tidak dapat di-upgrade ke HW4 karena memiliki daya dan kabel kamera yang berbeda, sehingga akan sulit untuk dipasang seperti sebelumnya.
Sebelumnya, Tesla dan Elon Musk sering dituduh menyembunyikan kekurangan teknologi 'Autopilot' pada unit mobilnya. Dampaknya sudah cukup fatal dengan adanya korban jiwa akibat kecelakaan yang terjadi pada tahun 2023.
Keluarga korban telah mengajukan tuntutan hukum terhadap Tesla atas insiden tersebut. Mereka mengklaim bahwa Tesla telah melakukan penipuan terkait dengan teknologi Autopilot mereka. Teknologi tersebut memungkinkan mobil untuk berjalan dengan sistem pengemudi otomatis sebagian.
Pengemudi Tesla yang menjadi korban bernama Genesis Giovanni Mendoza-Martinez. Ia menabrak truk pemadam kebakaran yang sedang terparkir ketika menggunakan sistem Autopilot pada Tesla Model S di Walnut Creek, California, Amerika Serikat (AS). Saudara lelakinya, Caleb, yang menjadi penumpang juga mengalami luka-luka parah.
Keluarga Mendoza kemudian menggugat Tesla pada bulan Oktober di Contra Costa County. Kemudian gugatan tersebut dipindahkan ke pengadilan federal di Distrik Utara California.
Pengacara dari pihak keluarga Mendoza menuduh bahwa Tesla dan Musk telah membesar-besarkan klaim soal kecanggihan sistem Autopilot selama bertahun-tahun. Dengan begitu, banyak orang antusias untuk mencoba sistem Autopilot Tesla dan hal ini mempengaruhi profit perusahaan.
Tuduhan tersebut didasari dengan bukti tweet, blog perusahaan, dan pernyataan Musk dalam laporan kinerja perusahaan serta wawancara dengan media.
Pengacara dari pihak Tesla berpendapat bahwa kelalaian dari korban merupakan penyebab terjadinya kecelakaan. Mereka juga menyatakan bahwa materi promosi Tesla tidak seharusnya menjadi faktor yang signifikan dalam terjadinya insiden tersebut.
Setidaknya terdapat 15 kasus aktif yang berfokus pada kecelakaan Tesla yang melibatkan sistem Autopilot atau FSD (Full Self-Driving) milik perusahaan. Tiga di antaranya sudah berlanjut ke pengadilan federal.
FSD merupakan versi premium dari sistem Autopilot Tesla. Jika Autopilot sejatinya menjadi opsi standar pada mobil Tesla, maka FSD membutuhkan biaya langganan premium dari konsumen.
Kasus tabrakan yang melibatkan Mendoza-Martinez juga memicu penyelidikan terhadap sistem Autopilot Tesla yang dilakukan oleh Lembaga Keamanan Lalu Lintas Nasional AS (NHTSA) pada Agustus 2021. Sebagai bagian dari penyelidikan tersebut, Tesla melakukan berbagai perubahan pada sistemnya, termasuk melakukan pembaruan software secara otomatis atau over-the-air (OTA).
NHTSA juga sedang melakukan penyelidikan kedua yang masih berlangsung. Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah penarikan (recall) unit mobil Tesla untuk mengatasi masalah pada sistem Autopilot-nya telah efektif atau tidak.
NHTSA telah memberikan peringatan kepada Tesla terkait postingan di media sosialnya. Mereka menekankan bahwa materi promosi Tesla dapat menimbulkan asumsi bahwa mobil tersebut benar-benar bisa dikendalikan tanpa kehadiran seorang pengemudi.
Di sisi lain, Departemen Kendaraan Bermotor California juga telah menuntut Tesla atas dugaan kesalahan dalam materi periklanannya terkait sistem Autopilot dan FSD.
Pada saat yang sama, Musk tetap memberikan janji kepada para investor bahwa mobil-mobil Tesla akan sepenuhnya otomatis tanpa memerlukan kehadiran pengemudi. Janji tersebut pertama kali diumumkan pada tahun 2014 dan terus diulang-ulang dalam berbagai kesempatan.
Dengan adanya pengakuan terbuka dari Elon Musk terkait kekurangan sistem Tesla, diharapkan hal ini dapat menjadi momentum bagi perusahaan untuk lebih fokus dalam memperbaiki sistem autonom dan keselamatan. Meningkatkan standar keselamatan menjadi prioritas utama perusahaan demi menjaga kepercayaan konsumen. Semoga dengan langkah-langkah perbaikan yang dilakukan, kasus-kasus kecelakaan yang melibatkan teknologi Autopilot dapat diminimalisir.
Dalam konteks hukum, perusahaan juga diharapkan dapat memberikan penanganan yang adil terhadap keluarga korban dan menempuh langkah-langkah yang dapat meminimalisir resiko kecelakaan serupa di masa depan. Penegakan standar keselamatan dan kepatuhan terhadap regulasi merupakan langkah penting dalam memastikan keamanan pengguna teknologi yang semakin canggih ini.