Sumber foto: iStock

China Menyumbang Rp3.803 Triliun untuk Industri Mobil Listrik

Tanggal: 23 Jun 2024 18:45 wib.
Raksasa industri mobil, China, telah menginvestasikan sejumlah yang luar biasa dalam mendukung industri mobil listrik. Menurut Pusat Studi Strategis dan Internasional yang berbasis di Amerika Serikat (AS), China telah menghabiskan Rp3.803 triliun selama lebih dari 10 tahun untuk mengembangkan industri mobil listrik. Ini merupakan langkah besar yang menunjukkan komitmen serius dari China dalam mengubah lanskap industri otomotif global.

Scott Kennedy, Ketua Bisnis dan Ekonomi China di CSIS, mengungkapkan bahwa pemerintah China telah memberikan dukungan sebesar 18,8% dari total penjualan mobil listrik antara tahun 2009 dan 2023. Besarnya angka ini menunjukkan bahwa China tidak hanya mengandalkan sektor swasta untuk mengembangkan industri mobil listrik, tetapi juga turut serta aktif dalam menciptakan kemajuan dalam hal ini.

Keseriusan China dalam industri mobil listrik ini juga tercermin dari penurunan rasio pengeluaran terhadap penjualan kendaraan listrik dari lebih dari 40% pada tahun-tahun sebelum 2017 menjadi sedikit di atas 11% pada 2023. Hal ini menunjukkan bahwa China ingin memastikan efisiensi dan keberlanjutan dalam pembangunan industri mobil listriknya.

Namun, temuan ini juga muncul di tengah rencana Uni Eropa (UE) untuk memberlakukan tarif impor atas mobil listrik China akibat penggunaan subsidi dalam produksinya. Di sisi lain, AS juga telah menaikkan bea masuk atas impor kendaraan listrik China hingga 100%, menandakan persaingan yang semakin ketat di pasar mobil listrik global.

Kennedy juga menyoroti bahwa Beijing memberikan kebijakan non-moneter yang menguntungkan produsen mobil dalam negeri daripada produsen asing. Ini menunjukkan bagaimana China berupaya untuk menjaga keberlangsungan industri mobil listriknya sendiri.

Namun demikian, China tidak sendirian dalam perjalanan menuju dominasi industri mobil listrik. Para analis Bank of America bahkan menyarankan agar produsen mobil besar AS meninggalkan China dan fokus pada sumber daya mereka di tempat lain akibat persaingan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa China tidak boleh meremehkan keseriusan pesaingnya, terutama dalam konteks persaingan global yang semakin ketat.

Meskipun China telah membuat kemajuan luar biasa dalam industri mobil listrik, namun hal ini belum ditampilkan dalam peningkatan keuntungan yang signifikan. Kendati begitu, China telah memperoleh keuntungan dari peningkatan penetrasi mobil listrik di dalam negeri, yang mengurangi pasar mobil bertenaga bahan bakar fosil sehingga menguntungkan bagi produsen asing.

AS sendiri juga tidak tinggal diam, dengan Undang-Undang (UU) Pengurangan Inflasi yang mengalokasikan dana sebesar US$370 miliar untuk mempromosikan teknologi ramah lingkungan. Dengan adanya UU tersebut, AS memberikan kredit sebesar US$7.500 untuk pembelian mobil listrik yang memenuhi syarat, menunjukkan adanya upaya serius dalam mendukung industri mobil listrik di negeri tersebut.

Dalam situasi di mana perusahaan mobil di berbagai negara sedang memotong harga atau meluncurkan lini produk dengan harga lebih rendah untuk menarik konsumen, persaingan di pasar mobil listrik semakin intensif. Hal ini menjadi tantangan bagi produsen mobil di seluruh dunia, termasuk China, untuk tetap kompetitif dalam industri yang terus berubah.

Dengan potensi pertumbuhan yang besar namun juga persaingan yang semakin ketat, industri mobil listrik memasuki masa yang menarik dan penuh tantangan. Tidak hanya China dan AS, tetapi berbagai negara juga turut bersaing untuk mendominasi pasar ini, menjanjikan terciptanya inovasi dan teknologi canggih dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global yang semakin mendesak. Sementara itu, konsumen di seluruh dunia juga akan semakin dimanjakan dengan kemajuan teknologi dan opsi yang semakin beragam dalam memilih kendaraan ramah lingkungan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved