Sumber foto: Unsplash.com

Boeing Memiliki Masalah Keuangan yang Kritis: Mencari Suntikan Dana Rp389 T dari Konsorsium Bank

Tanggal: 18 Okt 2024 18:14 wib.
Boeing telah mengumumkan rencana untuk meminjam uang dari konsorsium bank, menegaskan kembali situasi bahwa perusahaan itu benar-benar memiliki kas yang tipis. Menurut laporan CNN International, pada Rabu (16/10/2024), Boeing berencana untuk mengumpulkan dana sebesar US$25 miliar (Rp389 triliun). Dana ini terdiri atas utang sebesar US$10 miliar (Rp155 triliun) yang dipinjam dari konsorsium bank dan penjualan saham baru.

Utang perusahaan melonjak dalam enam tahun terakhir karena Boeing melaporkan kerugian operasional inti lebih dari US$33 miliar (Rp 514 triliun). Produksi pesawat komersialnya hampir terhenti akibat pemogokan selama sebulan oleh 33.000 anggota Asosiasi Ahli Mesin Internasional (IAM).

Pembicaraan antara Boeing dan IAM terhenti minggu lalu tanpa adanya negosiasi baru yang direncanakan. Pada hari Jumat, CEO baru Boeing, Kelly Ortberg, mengumumkan rencana untuk memangkas 10% dari 171.000 karyawannya di seluruh dunia. Selain itu, tingkat kredit Boeing telah jatuh ke level investasi terendah, bahkan hampir mendekati status 'junk bond', yang dapat meningkatkan biaya pinjamannya.

Utang jangka panjang Boeing telah naik menjadi US$53 miliar (Rp826 triliun) pada akhir Juni dari US$10,7 miliar (Rp166 triliun) pada akhir Maret 2019, ketika kecelakaan fatal kedua dari 737 MAX menyebabkan pesawat itu dilarang terbang selama 20 bulan.

Selama enam tahun terakhir, Boeing telah dihantam oleh satu masalah demi masalah, mulai dari yang memalukan hingga yang tragis. Dua kecelakaan 737 MAX yang menewaskan 346 orang menguak bahwa Boeing menipu Administrasi Penerbangan Federal selama proses sertifikasi untuk pesawat tersebut.

Sejumlah whistleblower telah bersaksi di hadapan Kongres bahwa Boeing lebih mengutamakan keuntungan daripada keselamatan dan kualitas. Hal itu terbukti pada bulan Januari ketika sebuah pintu terlepas dari sisi pesawat 737 MAX yang diterbangkan oleh Alaska Airlines, meninggalkan lubang di pesawat tak lama setelah lepas landas.

Mogok kerja oleh IAM hanyalah pukulan terbaru. Bulan lalu, perusahaan dan pimpinan serikat pekerja menyetujui kesepakatan sementara yang akan memberikan kenaikan gaji sebesar 25% kepada anggota serikat pekerja selama empat tahun masa berlaku kontrak.

Boeing dan Airbus, pada dasarnya adalah satu-satunya perusahaan yang membuat jet ukuran penuh yang dibutuhkan industri penerbangan global. Keduanya memiliki tumpukan pesanan yang berlangsung selama bertahun-tahun ke depan. Jika sebuah maskapai membatalkan pesanan jet Boeing dan memesannya ke Airbus, mereka harus menunggu hingga lima tahun untuk memulai pengiriman pesawat tersebut.

Penghentian produksi 737 MAX, serta pesawat kargo 767 dan 777 yang disebabkan oleh pemogokan akan menciptakan lebih banyak masalah arus kas bagi Boeing dalam waktu dekat, karena mereka mendapatkan sebagian besar uang dari penjualan pesawat pada saat pengiriman.

Namun, mengingat situasi unik Boeing di pasar penerbangan global, di mana tidak ada pesaing langsung yang sebanding dengan kapasitas produksi dan pesanan yang dimiliki Boeing, perusahaan ini kemungkinan akan tetap bertahan. Meskipun demikian, rencana meminjam dana sebesar US$25 miliar ini menjadi langkah yang penting bagi kelangsungan hidup Boeing dalam jangka panjang.

Data-data finansial dan insiden kecelakaan pesawat menjadi fakta nyata bahwa Boeing membutuhkan restrukturisasi dalam manajemen perusahaan dan pentingnya pengawasan yang lebih ketat terhadap proses produksi dan sertifikasi pesawat. Kehilangan kepercayaan dari publik dan pasar akan menjadi hal yang sulit untuk dipulihkan, sehingga langkah-langkah perbaikan harus diambil secepat mungkin untuk menghindari situasi yang lebih buruk di masa depan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved