Alasan Merosotnya Penjualan Mobil Baru di Indonesia Sebanyak 19%
Tanggal: 11 Jul 2024 19:14 wib.
Penjualan mobil baru di Indonesia pada paruh pertama tahun 2024 menunjukkan penurunan yang signifikan. Menurut data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), jumlah penjualan mobil baru pada periode Januari-Juni 2024 hanya mencapai 408.012 unit. Angka ini mengalami penurunan sebesar 19,4% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencatatkan angka penjualan sebanyak 506.427 unit. Meskipun penjualan bulan Juni 2024 mengalami kenaikan sebesar 2,28% dibandingkan bulan sebelumnya, namun angka tersebut masih jauh dari harapan.
Penyebab dari penurunan ini telah dikaji oleh Gaikindo dan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI). Mereka menemukan bahwa salah satu faktor utama yang menyebabkan lambatnya penjualan mobil adalah melemahnya daya beli masyarakat, sementara harga mobil baru terus mengalami kenaikan. Hal ini menyebabkan gap yang semakin besar antara harga beli mobil baru dengan pendapatan masyarakat. Kedua lembaga tersebut juga mengungkapkan bahwa masyarakat cenderung beralih untuk membeli mobil bekas akibat hal ini.
Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gaikindo, menyatakan bahwa "harga kendaraan kita naiknya luar biasa sehingga menimbulkan gap makin lama makin besar antara harga beli dengan pendapatan. Orang yang ingin beli mobil cenderung pilihannya beda apalagi harga mobilnya jauh, pilihannya lari ke mobil bekas." Hal ini tercermin dalam peningkatan penjualan mobil bekas yang mencapai 1.4 juta unit pada tahun 2023, meningkat hampir 3 kali lipat dibandingkan dengan tahun 2013 yang hanya mencapai 500 ribu unit dalam satu tahun.
Selain faktor melemahnya daya beli, peningkatan harga mobil baru juga diikuti dengan pendapatan per kapita yang tidak sebanding. Hal ini menyebabkan konsumen cenderung untuk memilih membeli mobil bekas, yang notabene memiliki pasar yang semakin transparan. Riyanto, seorang pengamat otomotif dari LPEM UI, menyatakan bahwa "memang 2023 dibanding 2013 naik 3x lipat, dari cuma 500 ribu unit jadi sekarang 1,4 juta, pergeseran ini akibat dari tidak terjangkaunya karena harga mobilnya dengan pendapatan per kapita makin jauh."
Survey juga mengungkapkan bahwa penjualan mobil di Jawa mayoritasnya adalah mobil bekas, mencapai 63% sepanjang tahun 2023, sedangkan di Sumatra meskipun tidak sebanyak di Jawa, namun tetap didominasi oleh mobil bekas yakni sebanyak 56%. Hal ini disebabkan oleh turunnya harga mobil baru dan peningkatan kunjungan ke platform web mobil bekas dari bulan ke bulan.
Sebagai akibat dari kondisi ini, harga mobil bekas cenderung mengalami depresiasi, sehingga orang akhirnya lebih memilih untuk membeli mobil bekas. Menurut Riyanto, "harga mobil bekas terdepresiasi dibanding mobil baru di atas 2020, mobil terdepresiasi 50% untuk MPV, jadi orang akhirnya pilih mobil bekas dan market makin simetris kalau dulu beli mobil bekas seakan beli mobil dalam karung, sekarang dikasih tau cacatnya, dulu disembunyikan, harga sekian cacat disini-disini."
Kondisi pasar mobil di Indonesia yang semakin terlihat dalam pergeseran preferensi konsumen ini menjadi salah satu perhatian serius bagi produsen mobil, serta pemerintah dalam mempertahankan stabilitas ekonomi. Langkah-langkah strategis perlu ditempuh untuk menyeimbangkan antara daya beli masyarakat dan harga mobil baru, serta menjaga agar pasar mobil, baik baru maupun bekas, tetap berjalan dengan baik. Kedepannya, upaya-upaya untuk menstimulasi pertumbuhan industri otomotif perlu ditingkatkan untuk menjaga stabilitas pasar mobil di Indonesia.