Sumber foto: google

Tepuk Tangan Sarkas untuk Wasit Usai Rizky Ridho Kartu Merah

Tanggal: 1 Mei 2024 17:21 wib.
Sejumlah pemain Timnas Indonesia U-23 membuat sindiran dengan bertepuk tangan setelah kapten Rizky Ridho dikartu merah wasit Shen Yin Hao saat lawan Uzbekistan dalam semifinal Piala Asia U-23 2024 di Stadion Abdullah bin Khalifa, Senin (29/4).

Rizky Ridho mendapatkan kartu merah langsung dari wasit asal China, Shen Yin Hao, setelah melanggar keras kapten Uzbekistan Jasurbek Jaloliddinov.

Dalam tayangan ulang Rizky Ridho dianggap sengaja menjegal Jaloliddinov. Kaki kanan yang digunakan Ridho menendang bola tidak langsung ditekuk, sehingga mengenai paha dan bagian vital Jaloliddinov.

Sejumlah pemain Indonesia seperti Justin Hubner hingga Witan Sulaeman memprotes keputusan Shin Yin Hao. Akan tetapi wasit 37 tahun itu bergeming.

Usai Shen Yin Hao melayangkan kartu merah kepada Ridho, beberapa pemain Timnas U-23 terlihat melakukan aksi sindiran dengan tepuk tangan.

Ferarri jadi yang pertama terlihat bertepuk tangan. Tidak lama Witan ikut bertepuk tangan. Setelah Shen Yin Hao meminta Ridho meninggalkan lapangan, Fajar Fathur Rahman juga bertepuk tangan. 

Bertepuk tangan terhadap keputusan wasit bisa menjadi ejekan atau sikap tidak hormat kepada pengadil di lapangan.

Aksi tepuk tangan sebagai sindiran itu bisa berujung kartu kuning atau pelanggaran. Pada SEA Games 2023 di Kamboja, bek Malaysia Ubaidullah Shamsul mendapat kartu kuning dari wasit Jumpei Iida asal Jepang setelah bertepuk tangan di dekatnya.

Momen tepuk tangan itu dilakukan Ubaidullah setelah pertandingan usai. Ubaidullah melakukan hal tersebut sebagai bentuk protes lantaran Iida dianggap berat sebelah, sehingga Vietnam menang 2-1.

Sejak protes dari para pemain Timnas U-23 Indonesia terhadap keputusan wasit Shen Yin Hao, muncul perdebatan mengenai etika dalam menyikapi keputusan wasit. Tepuk tangan yang seharusnya menjadi simbol penghargaan dan apresiasi terhadap aksi-aksi dalam pertandingan, kini telah digunakan sebagai bentuk ejekan atau sindiran terhadap keputusan wasit.

Hal ini menunjukkan bahwa keputusan wasit terkadang menuai kontroversi, terutama dalam pertandingan sepak bola yang sifatnya sangat emosional. Para pemain sepak bola muda juga rentan terhadap tekanan dalam pertandingan, terlebih lagi dalam pertandingan level internasional.

Tidak hanya aksi tepuk tangan, namun penghinaan verbal dan gerakan tubuh yang menyindir juga sering terjadi saat keputusan wasit dinilai tidak adil oleh para pemain. Ini menimbulkan dampak buruk terhadap citra dan sportivitas dalam olahraga sepak bola.

Menyadari hal tersebut, Federasi Sepak Bola Indonesia (PSSI) perlu meningkatkan pengawasan terhadap sikap-sikap pemain dalam menyikapi keputusan wasit. Pendidikan mengenai etika dalam olahraga juga perlu ditingkatkan, termasuk dalam hal menghormati keputusan wasit, tanpa memandang apakah keputusan itu dianggap adil atau tidak.

Sikap para pemain, terutama para pemain muda, dalam pertandingan internasional juga mencerminkan kurangnya edukasi tentang sportivitas dan kode etik dalam olahraga. Pendidikan mengenai sikap dalam menghadapi kekalahan atau keputusan wasit perlu diperhatikan dan diimplementasikan lebih baik dalam pembinaan pemain muda di Tanah Air.

Terkait dengan kejadian ini, peran federasi dan pelatih dalam memberikan pengarahan kepada para pemain dalam menyikapi keputusan wasit menjadi sangat penting. Sikap-sikap yang anti-sportivitas tentu saja tidak boleh menjadi contoh bagi generasi muda yang tengah belajar memahami kehidupan sepak bola yang profesional.

Selain itu, para pemain juga harus menyadari bahwa protes terhadap keputusan wasit seharusnya disampaikan dengan cara yang lebih bijaksana dan elegan. Menghormati otoritas wasit adalah salah satu prinsip dasar dalam olahraga sepak bola.

Dalam kasus ini, peran pelatih dalam membimbing sikap para pemain dalam menghadapi keputusan wasit menjadi krusial. Kepedulian akan sikap dan etika bermain, termasuk dalam menyikapi keputusan wasit, merupakan bagian penting dalam pembinaan pemain menuju karier profesionalnya.

Tentu saja, kejadian ini juga merupakan bagian dari pembelajaran bagi pemain Timnas Indonesia U-23. Semua kontroversi di atas lapangan akan menjadi bekal berharga dalam memahami prinsip-prinsip fair play dan sportivitas dalam dunia sepak bola.

Kontroversi dalam sepak bola memang tak bisa dihindari, namun sikap para pemain dalam menyikapi keputusan wasit merupakan cerminan dari pendidikan dan pembinaan yang diterima. Menyikapi kekalahan atau keputusan wasit dengan sikap sportifitas merupakan kualitas yang akan membawa dampak positif dalam karier pemain di masa depan.

Dengan begitu, penting bagi para pemangku kepentingan sepak bola, baik federasi, pelatih, maupun pemain itu sendiri, untuk memperhatikan dan meningkatkan pendidikan tentang etika dan sportivitas dalam olahraga, termasuk cara menyikapi keputusan wasit. Dengan demikian, sepak bola Indonesia dapat berkembang dalam suasana yang lebih fair dan sportif.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved