Selebrasi Juara Persib Kacau, Bojan Hodak Soroti Ulah Egois Oknum Suporter
Tanggal: 25 Mei 2025 19:56 wib.
Tampang.com | Momen bersejarah Persib Bandung menjuarai Liga 1 2024-2025 di kandang sendiri berujung pada kekecewaan. Alih-alih menjadi perayaan yang meriah dan tertib, laga penutup kontra Persis Solo di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Sabtu (24/5/2025), justru diwarnai insiden flare dan invasi penonton ke lapangan.
Pertandingan yang berakhir dengan skor 3-2 untuk kemenangan Maung Bandung sempat dihentikan dua kali akibat kepulan asap tebal dari puluhan flare yang dinyalakan di berbagai sudut stadion. Jarak pandang yang terbatas membuat wasit tak punya pilihan selain mengakhiri laga lebih cepat.
Kondisi makin tidak kondusif ketika ratusan Bobotoh menyerbu lapangan sebelum prosesi penyerahan trofi dilakukan. Alhasil, upacara pengangkatan piala yang seharusnya dilakukan dengan megah di tengah lapangan harus dipindahkan ke tribun tanpa sesi foto bersama dan tanpa atmosfer selebrasi yang ideal.
Pelatih Persib, Bojan Hodak, tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Ia menyayangkan perilaku segelintir oknum suporter yang disebutnya merusak momentum penting bagi tim dan klub.
“Saya harus katakan, pertandingan dua kali terhenti karena flare. Mereka yang menyalakan flare adalah orang egois. Mereka datang bukan untuk mendukung tim, tapi hanya memikirkan diri sendiri,” ujar Hodak tegas.
Ia juga mengkritisi hilangnya ritme permainan akibat gangguan tersebut. “Saat kami tampil bagus dan punya peluang, tiba-tiba pertandingan dihentikan. Ini sangat mengganggu dan jelas tidak lucu,” tambahnya.
Lebih lanjut, Hodak menekankan pentingnya menciptakan suasana stadion yang aman dan ramah untuk keluarga, anak-anak, dan seluruh penonton. Menurutnya, edukasi terhadap suporter menjadi kunci agar insiden serupa tak terulang di masa depan.
“Fan perlu diberi penyuluhan. Saya punya pengalaman di Sidoarjo saat melatih Malaysia U-19—kami menunggu satu jam karena ada insiden lemparan botol. Tapi kita juga tidak boleh kehilangan fan. Stadion harus tetap hidup, tapi dengan kedewasaan dan ketertiban,” tegasnya.
Meski insiden tersebut mencoreng pesta juara, Persib tetap mencatat sejarah: menutup musim sebagai kampiun Liga 1 dengan penuh perjuangan. Namun, perayaan di GBLA seharusnya bisa jauh lebih sempurna—jika semua pihak bersikap bijak.