Reaksi Media Korea Selatan: "Magis Shin Tae-yong" dan "Tragedi di Doha"
Tanggal: 27 Apr 2024 15:40 wib.
Tim nasional sepak bola Indonesia U23 menang dari Korea Selatan di babak perempat final Piala Asia U23 2024. Kekalahan ini memicu reaksi dari media Korea Selatan, salah satunya datang dari Nate Sports.
Pertandingan berakhir dengan skor imbang 2-2 dalam 120 menit sebelum akhirnya Timnas U23 Indonesia berhasil mengalahkan Korea Selatan 11-10 lewat adu penalti.
Ronde penalti bahkan berjalan sangat sengit dan akhirnya ernando berhasil menyelamatkan penalti Lee Kang-hee yang menjadi penendang ke-10 Korea Selatan. Pratama Arhan kemudian dengan tenang mengeksekusi penalti untuk membawa Garuda Muda melaju ke semifinal.
Kekalahan ini membuat media Korea Selatan, Nate Sports, menampilkan dua besar headline di laman mereka. Tentu saja, pelatih Shin Tae-yong menjadi pusat sorotan dalam liputan tersebut.
Salah satunya adalah artikel berjudul "Kalah dari 'Magis Shin Tae-yong'...Korea tereliminasi di perempat final, gagal ke Paris." Reporter mereka, Park Soon-gyu, menulis, "Mimpi sepak bola Korea untuk melaju ke Olimpiade untuk kali ke-10 secara beruntun gagal oleh 'Magis Shin Tae-yong' dan lenyap seperti gelembung. Strategi pelatih Hwang Seon-hong untuk bertahan di babak pertama dan kemudian mencoba memenangkan pertandingan di babak kedua berakhir dengan kegagalan."
Sementara itu, Park juga menyoroti keputusan pelatih Hwang yang melakukan pergantian lima pemain dari tim yang turun dalam pertandingan melawan Jepang pada laga terakhir di grup. Striker Lee Young-jun, gelandang Kang Sang-yoon, dan penjaga gawang Kim Jeong-hoon, yang tampil bagus dalam dua pertandingan grup awal, memulai pertandingan sebagai pemain cadangan.
"Strategi untuk memperdaya pelatih Shin Tae-yong, seorang 'rubah' yang berpikir cepat, berakhir dengan jabat tangan yang membawa kekalahan," tulisnya.
Dari laman yang sama, reporter Kim Yong-il menulis artikel dengan judul "Tragedi di Doha! 'Lee Young-jun dan Hwang Seon-hong diusir wasit' Korea kalah dari Indonesia dalam adu penalti. Gagal lolos ke Olimpiade untuk pertama kalinya dalam 40 tahun terakhir [Piala Asia U-23]". Artikel ini juga menyoroti bagaimana pelatih Hwang kalah pemikiran dari Shin Tae-yong.
"Hwang Seon-hong menimbulkan ekspektasi setelah melewati babak penyisihan grup dengan tiga kemenangan, namun harus mengakui keunggulan Indonesia, yang dianggap satu langkah di bawah tim," tulisnya.
"Korea Selatan berhasil melaju ke putaran final Olimpiade untuk sembilan kali berturut-turut, sejak Olimpiade Seoul 1988 hingga Olimpiade Tokyo 2020."
"Namun, karena 'tragedi Doha', mereka tidak dapat berlaga di putaran final untuk pertama kalinya dalam 40 tahun sejak Olimpiade Los Angeles 1984."
Peristiwa ini menunjukkan bagaimana permainan sepak bola tidak bisa diprediksi dan bagaimana strategi yang diambil dalam pertandingan bisa berujung pada hasil yang tidak terduga. Kejutan ini juga memberikan pelajaran bagi tim-tim sepak bola untuk terus mempertajam keterampilan dan taktik mereka agar bisa berkembang dan bersaing dalam kompetisi tingkat internasional.
Kegagalan tersebut juga menjadi momentum penting bagi Korea Selatan untuk melakukan evaluasi mendalam terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tersebut. Selain itu, kekalahan ini juga memberi kesempatan bagi pemain dan staf pelatih untuk belajar dari kegagalan dan mempersiapkan diri untuk penampilan yang lebih baik di masa depan.
Adanya reaksi media Korea Selatan yang terbuka dan kritis terhadap kekalahan tim nasional U23 mereka menunjukkan adanya antusiasme dan perhatian yang tinggi terhadap olahraga sepak bola di negara tersebut.