Sumber foto: google

Presiden Korsel Kesal Atletnya Disebut Korut: Jangan Ulangi Lagi

Tanggal: 29 Jul 2024 09:45 wib.
Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, menyatakan kekesalannya setelah Komite Olimpiade Internasional (IOC) salah menyebut atlet Seoul sebagai atlet Korea Utara. Dilansir dari Yonhap, Yoon menghubungi Presiden IOC, Thomas Bach, melalui telepon untuk menyampaikan kekecewaan dan menuntut permintaan maaf resmi, serta menekankan agar kesalahan semacam itu tidak terulang.

Yoon mengungkapkan permintaannya kepada Bach, "Saya ingin Anda meminta maaf atas insiden ini melalui media dan media sosial, serta memastikan kejadian serupa tak terulang kembali," seperti yang dikutip oleh kantor kepresidenan Korsel pada Sabtu (27/7). Dalam percakapan telepon selama 10 menit tersebut, Yoon juga menyampaikan bahwa rakyat Korea Selatan terkejut dan kecewa atas insiden salah sebut itu. Ia menegaskan bahwa sebagai masyarakat negara yang pernah menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas dan Musim Dingin, serta Piala Dunia FIFA, masyarakat Korea Selatan sangat terkejut dan kecewa dengan insiden tersebut.

Sementara itu, Bach meminta maaf sebesar-besarnya kepada Yoon dan berjanji bahwa IOC akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mencegah terulangnya kejadian serupa. Sebelumnya, Kementerian Olahraga Korea Selatan telah melakukan protes kepada panitia Olimpiade 2024 Paris dan IOC menyusul insiden tersebut.

Ketika perahu yang membawa kontingen Korea Selatan melewati Sungai Seine dalam upacara pembukaan, sang announcer memperkenalkan kontingen tersebut sebagai 'Republik Rakyat Demokratik Korea', yang merupakan nama resmi Korea Utara, dalam bahasa Prancis dan Inggris. Seharusnya, sang announcer menyebut kontingen Korea Selatan dengan nama resmi Republik Korea. Tidak ada kesalahan dalam penyebutan nama negara ketika kontingen Korea Utara lewat.

IOC segera meminta maaf tak lama setelah insiden itu terjadi. Namun, Korea Selatan menilai permintaan maaf yang dimuat di halaman resmi IOC terlalu "singkat" dan hanya ditulis dalam situs berbahasa Korea, tidak dalam situs berbahasa Inggris yang mudah dimengerti oleh masyarakat global.
Presiden Komite Olahraga & Olimpiade Korea (KSOC), Lee Kee-heung, menegaskan bahwa mereka akan menanggapi insiden ini dengan serius. Ia juga menyatakan ketidakterimaan atas insiden tersebut, yang menurutnya sangat tidak masuk akal dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Lee juga meminta IOC dan panitia penyelenggara Paris untuk secara langsung dan tulus meminta maaf atas insiden tersebut. Selain itu, ia juga meminta para pelatih Korea Selatan untuk memastikan bahwa atlet mereka tidak terkena dampak atas insiden tersebut.

Korea Selatan mengirimkan 143 atlet yang berkompetisi dalam 21 cabang olahraga Olimpiade 2024, sementara Korea Utara, yang kembali tampil di Olimpiade sejak Rio 2016, mengirimkan 16 atlet. Lebih lanjut, hubungan antara Korea Selatan dan Korea Utara belakangan ini menjadi sorotan karena pengiriman balon sampah Korut ke Korsel serta perjanjian kerja sama militer antara Korut dan Rusia.

Kedua negara ini secara teknis masih berperang karena Perang Korea pada 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. Insiden salah sebut ini menjadi perhatian besar bagi kedua negara, mengingat kondisi hubungan antar-Korea yang sedang tegang belakangan ini. Koreografi penyebutan resmi kontingen olahraga nasional saat upacara pembukaan Olimpiade menjadi sangat sensitif dan penting sebagai representasi negara kepada dunia internasional. Semua pihak berharap agar kesalahan semacam ini tidak terulang dan konflik antara kedua Korea tidak diperburuk akibat insiden tersebut.

Dengan adanya insiden ini, perlu adanya kesadaran lebih dalam terhadap sensitivitas aspek politik, sejarah, dan hubungan internasional, terutama dalam konteks penyelenggaraan event olahraga internasional sebesar Olimpiade. Di sisi lain, atlet-atlet dari kedua Korea telah bekerja keras untuk mengharumkan nama negara mereka, dan insiden semacam ini dapat memberikan dampak negatif pada semangat dan performa mereka dalam event olahraga tersebut. Oleh karena itu, kesalahan semacam ini harus dihindari dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi dari semua pihak terkait.

Kontingen olahraga nasional merupakan identitas dari sebuah negara, dan kesalahan dalam penyebutan nama negara dapat menjadi sangat sensitif dan berpotensi memancing konflik diplomatik. Diharapkan bahwa entitas terkait, baik IOC maupun pihak penyelenggara, dapat memperhatikan hal ini dengan serius dan memastikan agar insiden semacam ini tidak terjadi lagi di masa mendatang. Segala langkah preventif dan peningkatan kesadaran akan pentingnya tindakan diplomasi olahraga yang tepat dan sensitif menjadi hal yang lebih mendesak bagi semua pihak terkait dalam event olahraga internasional yang prestisius seperti Olimpiade.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved