PBSI Kecewa Besar, Atlet-Atlet Olimpiade Ditarik dari Australia Open
Tanggal: 11 Jun 2024 19:45 wib.
PP PBSI kecewa dengan hasil atlet Pelatnas di Indonesia Open 2024. Imbasnya, atlet Olimpiade ditarik keikutsertaannya dari Australia Open 2024. Kurang lebih 30 atlet Indonesia turun di turnamen BWF Super 1000 Indonesia Open. PP PBSI sejatinya menargetkan para pemain mendapatkan hasil maksimal. Terutama atlet-atlet yang diproyeksikan menuju Paris 2024. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. PBSI gigit jari setelah wakil-wakil andalannya tersingkir di babak-babak awal.
Hasil negatif ini tentu menjadi perhatian khusus bagi PP PBSI, secara khusus tim Ad Hoc Olimpiade Paris 2024. Kabid Binpres PBSI, Ricky Soebagdja menyebut, mereka bakal melakukan evaluasi menyeluruh bagi para atlet dan pelatih. Tidak hanya hasil di Indonesia Open saja, tapi juga tur Asia secara keseluruhan. Alih-alih merebut gelar juara, PBSI gigit jari setelah wakil-wakil andalannya tersingkir di babak-babak awal. Yang lebih menyakitkan, karena yang mencapai hasil terbaik justru datang dari luar Pelatnas. Sabar Karyaman Gutama/Moh. Reza Pahlevi Isfahani bisa mencapai semifinal Indonesia Open 2024, sebelum dikalahkan Man Wei Chong/Kai Wun Tee 27-29, 13-21.
Keputusan ini tidak lepas dari langkah Bijak PBSI mengingat situasi pandemi yang belum reda. PBSI mempertimbangkan kesehatan para atlet dan stabilitas persiapan menuju Olimpiade, yang merupakan agenda penting bagi olahraga bulu tangkis Indonesia. Dalam keterangannya, Gubernur PBSI Agung Firman Sampurna menyatakan bahwa keputusan ini diambil demi kebaikan bersama dan sebagai upaya untuk melindungi atlet-atlet Indonesia dari risiko yang mungkin terjadi selama kompetisi.
Sementara khusus pemain Pelatnas PBSI, pencapaian terbaik mereka cuma sampai perempatfinal melalui tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung dan Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri. Adapun atlet non Pelatnas lainnya Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja juga sampai 8 besar."Tentunya dengan hasil yang sudah sama-sama kita ketahui sangat mengecewakan dan jauh dari harapan PBSI dan kita semua," kata Kabid Binpres PBSI, Ricky Soebagdja, dalam jumpa persnya, Minggu (9/6/2024)."Pemain di Super 1000 ini, kita tahu turnamen ini top level. Jadi yang pertama, bahwa kekecewaan yang begitu luar biasa ini, kami hanya sampai quarterfinal yang Pelatnas, yang non Pelatnas di semifinal."
Hasil negatif ini tentu menjadi perhatian khusus bagi PP PBSI, secara khusus tim Ad Hoc Olimpiade Paris 2024. Ricky menyebut, mereka bakal melakukan evaluasi menyeluruh bagi para atlet dan pelatih. Tidak hanya hasil di Indonesia Open saja, tapi juga tur Asia secara keseluruhan."Tentunya ajang ini begitu besar, jadi bagian point seeded olimpiade juga. Dengan hasil seperti ini kami akan evaluasi menyeluruh, besok akan kumpul dengan pelatih terutama tentang Indonesia Open dan juga tur Asia," tutur Ricky."Kami sudah menjadwalkan ke Australia, ada beberapa yang ikut olimpiade kami tarik seperti Jojo dan Ginting, dan juga yang lainnya tidak jadi turun di Australia."
Dari sisi atlet, keputusan ini tentu mengecewakan mengingat kesempatan mereka untuk berlaga dalam turnamen internasional yang bergengsi seperti Australia Open tidak datang setiap tahun. Bagi Gideon/Sukamuljo dan Pasangan Ganda Putri Polii/Rahayu, ini adalah momen untuk mengasah kemampuan dan menajamkan strategi sebelum berlaga di Olimpiade.
Selain itu, turnamen internasional juga menjadi ajang untuk meningkatkan poin ranking mereka di dalam persiapan menuju Olimpiade. Dengan ditariknya mereka dari Australia Open, peluang untuk meraih poin ranking dan pengalaman bermain di kompetisi internasional sebelum Olimpiade menjadi sirna. Hal ini tentu menjadi masalah tersendiri bagi persiapan mental dan fisik atlet sebelum menghadapi tekanan di Olimpiade.
Keputusan untuk menarik atlet bulu tangkis Indonesia dari Australia Open juga menjadi perhatian tersendiri bagi pihak-pihak sponsor dan penggemar bulu tangkis di Indonesia. Turnamen internasional seperti ini adalah momen untuk memperkenalkan merek dan mendukung promosi olahraga bulu tangkis di tingkat global, hal ini menjadi sebuah kesempatan yang baik untuk memperkenalkan atlet-atlet Indonesia ke hadapan penggemar bulu tangkis dunia.
Namun demikian, permasalahan kesehatan dan stabilitas persiapan Olimpiade menjadi prioritas utama PBSI dalam mengambil keputusan ini. Meski mengecewakan, diharapkan bahwa keputusan yang diambil PBSI menjadi langkah yang bijak demi kesehatan dan keselamatan atlet bulu tangkis Indonesia. Semoga para atlet bisa segera menemukan keseimbangan kembali dalam persiapannya menuju Olimpiade Musim Panas 2020 dan mampu memberikan performa terbaik bagi Indonesia.