Sumber foto: website

Kronologi Insiden Pemukulan Wasit di Laga Sepakbola Putra PON XXI Aceh-Sumut 2024 Antara Aceh vs Sulawesi Tengah

Tanggal: 15 Sep 2024 07:51 wib.
Insiden yang kurang mengenakkan terjadi dalam laga sepakbola putra Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024 antara tuan rumah Aceh vs Sulawesi Tengah, pada Sabtu 14 September 2024 kemarin. Insiden di laga perempatfinal itu terkait pemukulan terhadap wasit yang dilakukan oleh pemain tim Sulawesi Tengah.

Peristiwa ini mengundang perhatian publik karena bukan hanya insiden pemukulan, tetapi juga kisah-kisah kontroversial yang terjadi sepanjang pertandingan. Semuanya bermula dari kerusuhan yang sempat terjadi di sekitar menit 39, tepatnya setelah pelatih Sulawesi Tengah, Zulkifli Syukur, terlibat cekcok dengan salah satu pemain Aceh yang ada di bangku cadangan.

Keributan tersebut menyebabkan penonton melempari botol ke dalam lapangan, memaksa pertandingan terhenti untuk sementara waktu. Setelah beberapa saat tertunda, laga pun dilanjutkan kembali.

Tetapi, ketegangan masih dirasakan di lapangan, terutama ketika Sulawesi Tengah nyaris mendapat hadiah penalti karena pemain Aceh melakukan pelanggaran keras di kotak penalti. Meskipun insiden tersebut seharusnya membuat wasit memberikan kartu, tapi keputusannya sangar merugikan Sulawesi Tengah. Meski begitu, mereka berhasil mencetak gol di menit 25 dan menutup babak pertama dengan skor 1-0.

Namun, malapetaka datang di babak kedua untuk tim Sulawesi Tengah. Mereka harus bermain dengan 10 pemain setelah pencetak gol, Wahyu Alman Poru dihukum dengan kartu merah pada menit ke-74. Keputusan kontroversial dari wasit kembali terjadi di menit 84, di mana salah satu pemain Sulawesi Tengah juga diberi kartu merah.

Ketidakpuasan tim Sulawesi Tengah menyebabkan pertandingan terhenti sementara. Hingga akhirnya, mereka harus melanjutkan pertandingan dengan hanya sembilan pemain tersisa. Di menit 90+6, wasit menunjuk titik putih karena pemain Sulawesi Tengah melanggar pemain Aceh.

Insiden tersebut memicu emosi yang sangat tinggi, sehingga menyebabkan salah satu pemain Sulawesi Tengah memukul wasit. Ketika tayangan ulang dilakukan, terungkap bahwa pemain Sulawesi Tengah sebenarnya melakukan tekel bersih karena menyentuh bola terlebih dahulu sebelum pemain Aceh. Namun, keputusan pemain tetap dihukum oleh wasit, membuat tim Sulawesi Tengah harus melanjutkan pertandingan dengan hanya delapan pemain.

Setelah permainan dilanjutkan, ada momen menarik ketika eksekutor penalti Aceh, Hercules, gagal mencetak gol karena tendangan penaltinya berhasil ditepis oleh kiper Sulawesi Tengah. Pertandingan berlanjut hingga menit ke-124, ketika wasit menunjuk titik putih lagi setelah pemain Sulawesi Tengah melakukan handball. Kali ini, eksekutor Aceh mampu mencetak gol, menyamakan kedudukan menjadi 1-1.

Sebagai babak tambahan waktu akan dimulai, tim Sulawesi Tengah memutuskan untuk tidak melanjutkan pertandingan. Keputusan tersebut menyebabkan Aceh berhak melaju ke babak semifinal setelah Sulawesi Tengah memutuskan untuk walkover.

Insiden ini menjadi sorotan tidak hanya di tingkat regional, tapi juga nasional. Kejadian ini memicu debat tentang etika dan fair play dalam olahraga, serta menunjukkan perlunya penegakan disiplin dan hukuman yang adil dalam dunia sepakbola.

Pihak pengurus PON dan juga PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) perlu mengambil tindakan tegas terhadap insiden ini untuk memastikan bahwa olahraga selalu berada dalam koridor yang baik dan dapat memberikan contoh yang baik bagi generasi muda. Selain itu, perlu adanya evaluasi terhadap kinerja wasit dalam memimpin pertandingan agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang. Jangan sia-siakan semangat dan semangat atlet yang telah dipersiapkan dengan baik untuk mengikuti ajang olahraga nasional ini. Semoga kejadian seperti ini tidak pernah terjadi lagi di pertandingan sepakbola Indonesia.

Diperlukan transparansi dan penegakan disiplin yang konsisten untuk memastikan keadilan dalam pertandingan. Hal ini akan membantu membangun citra olahraga Indonesia yang berkualitas dan fair play. Insiden ini harus dijadikan momentum penting bagi PON dan PSSI untuk memperbaiki sistem dalam pengelolaan pertandingan dan menjaga sportivitas dalam setiap kompetisi sepakbola di Indonesia. Semoga kejadian ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak yang terlibat agar ke depannya, olahraga sepakbola Indonesia dapat tumbuh dalam suasana yang lebih sehat dan positif.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved