Kisah Eks Pemain PSM Makassar Wiljan Pluim Gagal Pindah ke Feyenoord Gara-Gara Bukan Kaki Kiri
Tanggal: 3 Sep 2024 19:20 wib.
Kisah menarik dari eks pemain PSM Makassar, Wiljan Pluim, telah mencuri perhatian. Penyebab kegagalannya pindah ke Feyenoord ternyata tidak lazim, yaitu karena kelebihan kemampuan di kaki kanannya.
Wiljan Pluim, seorang pemain sepakbola asal Belanda, telah menghabiskan masa kariernya di Indonesia dengan membela tim PSM Makassar selama sekitar tujuh tahun dan satu musim bersama Borneo FC. Pada saat ini, Pluim terus melanjutkan kariernya di klub SV Epe di kampung halamannya. Sebelumnya, ia juga telah mengumpulkan beragam pengalaman di kompetisi sepakbola Belanda dengan membela klub-klub seperti Vitesse, Roda JC, PEC Zwolle, dan Willem II.
Kisah menarik tercipta saat Pluim hampir bergabung dengan Feyenoord, klub impiannya sejak kecil. Peluang itu muncul ketika ia masih memperkuat Vitesse. Pada saat itu, Pluim berhasil melakukan pembicaraan dengan direktur teknik dan pelatih Feyenoord."Saya pernah berbicara dengan Leo Beenhakker dan Mario Been di De Kuip," ungkap Pluim seperti dilansir dari ESPN, Selasa (3/9/2024).
Dia juga menambahkan, "Saya baru saja setengah tahun menembus tim utama di Vitesse, tetapi sejak kecil saya selalu menjadi penggemar Feyenoord, jadi ini tentu saja luar biasa."
Pluim mengungkapkan bahwa saat itu pihak Feyenoord menunjukkan minat kepada dirinya karena klub tersebut sedang mencari gelandang kiri yang memiliki kekuatan di kaki kiri. Namun, kejujuran Pluim dalam diskusi tersebut justru menjadi bumerang baginya. Pasalnya, ia mengakui bahwa kekuatan kaki terbaiknya sebenarnya berada di kaki kanan.
Menyesal pun datang setelah Pluim mengungkapkan kelebihannya yang terletak di kaki kanannya. Feyenoord memutuskan untuk membatalkan kesepakatan yang sebelumnya sudah dijalani. "Kemudian saya jujur mengatakan bahwa saya juga dominan kaki kanan. Mereka kemudian saling memandang. Mereka bilang itu tidak masalah, tapi keesokan harinya mereka menelepon untuk mengatakan bahwa kesepakatan itu batal. Pada akhirnya, saya menyesal telah jujur," ungkap dia.
Ketika dulu membagikan umpan yang sangat keras dengan kaki kiri dari sebuah dropkick, Pluim menyadari kembali akan potensi kaki kirinya. Namun sayangnya, momen tersebut sudah terlanjur berlalu.
Dari kisah Pilum, kita dapat belajar bahwa dalam dunia sepakbola, kejujuran ternyata tidak selalu menjadi hal yang diinginkan. Bagi pemain, terkadang strategi untuk menyampaikan kelebihan dan kelemahan diri perlu disesuaikan dengan kebutuhan tim yang diinginkan. Dalam hal ini, kejujuran yang disampaikan oleh Pluim justru menjadi hambatan bagi dirinya untuk bergabung dengan klub impian.