Cerita Ye Zhaoying, Rival Susy Susanti yang Terbuang dari China karena Dianggap Pengkhianat Negara
Tanggal: 20 Nov 2024 10:56 wib.
Legenda bulutangkis Indonesia, Susi Susanti, pernah memiliki rival berat asal China yang bernama Ye Zhaoying. Namun, karier Ye Zhaoying tidak berlangsung lama di dunia bulu tangkis karena dia dibuang oleh China, dianggap sebagai pengkhianat negara. Sebenarnya, apa cerita di balik peristiwa tersebut?
Ye Zhaoying dan Susy Susanti tercatat sudah 34 kali bertemu di lapangan bulu tangkis. Dari total 34 pertemuan tersebut, Ye Zhaoying hanya mampu memenangkan 11 laga, sedangkan 23 lainnya dimenangkan oleh Susy Susanti, tunggal putri terbaik Indonesia.
Namun, pertemuan kedua tunggal putri itu tidak bertambah lagi seiring masalah yang dihadapi Ye Zhaoying. Ia diusir oleh pemerintah China dan dianggap sebagai pengkhianat negara. Semuanya berawal dari insiden Olimpiade 2000 Sydney.
Pada saat itu, Ye Zhaoying mengaku sengaja kalah saat melawan sesama atlet China, Gong Zhichao di semifinal Olimpiade 2000. Pengakuan tersebut membuat Ye Zhaoying dianggap melawan rezim China yang penuh dengan intrik politik. Akibatnya, ia dicap sebagai pengkhianat oleh pemerintah China.
Bahkan, nama Ye Zhaoying dihapus dalam sejarah olahraga China, meskipun rivalnya, Susy Susanti, telah mendulang banyak prestasi bergengsi dalam kariernya. Akibat tekanan pemerintah China, Ye Zhaoying terpaksa pindah dari China ke Spanyol.
Tidak hanya karir atlet, keputusan ini juga mempengaruhi hubungan Ye Zhaoying dengan keluarga dan rekan-rekannya. Ayahnya telah mencoba mengingatkannya untuk berhenti memprotes pemerintah China.
Ye Zhaoying mengungkapkan, "Ayah saya selalu mengatakan kepada saya untuk menjalani hidup dan berhenti memprotes pemerintah China. Mantan pemain tim nasional telah menghapus saya di WeChat. Dai Yun, yang pernah menjadi teman saya selama di asrama, adalah salah satunya."
Namun demikian, Ye Zhaoying tidak harus menghadapi kesulitan itu sendirian. Ia pergi ke Spanyol bersama suaminya, Hao Haidong. Hao Haidong merupakan mantan pesepakbola dan pencetak gol terbanyak China pada masanya. Namun, ia juga terkena dampak dari insiden yang menimpa Ye Zhaoying.
Keduanya mengungkapkan bahwa meskipun dituduh sebagai pengkhianat oleh pemerintah China, mereka tidak pernah mengucapkan hal negatif terhadap bangsa China. Mereka hanya berbicara menentang rezim pemerintah China.
“Pemerintah China mengatakan kami pengkhianat, tapi kami tidak pernah mengatakan hal negatif tentang orang China. Kami hanya berbicara menentang rezim Tiongkok,” kata Hao Haidong.
Ye Zhaoying dan suaminya merasa bahwa perlakuan pemerintah China terhadap mereka sangat tidak adil. Mereka merasa bahwa dunia harus melihat betapa jahatnya perlakuan pemerintah China terhadap mereka.
Insiden yang menimpa Ye Zhaoying merupakan cermin dari bagaimana arus politik bisa mempengaruhi dunia olahraga. Keputusan politik yang diambil oleh pemerintah China mempengaruhi karier dan kehidupan pribadi atlet yang telah memberikan prestasi bagi negaranya.
Kisah Ye Zhaoying juga menjadi pengingat bagaimana tekanan politik bisa menghancurkan karier dan kehidupan atlet, meskipun mereka tidak terlibat dalam politik. Hal ini menunjukkan bagaimana seorang atlet harus menghadapi berbagai aspek di luar lapangan olahraga.
Pada akhirnya, kisah Ye Zhaoying dan Susy Susanti menjadi pelajaran bahwa olahraga tidak terlepas dari pengaruh politik dan bagaimana atlet harus dapat menghadapinya dengan bijaksana.