Arsenal Tak Terkalahkan Melawan Big Six: Dominasi di Bawah Arteta
Tanggal: 21 Mar 2025 10:09 wib.
Tampang.com | Arsenal menunjukkan perkembangan luar biasa dalam beberapa tahun terakhir, khususnya dalam menghadapi tim-tim besar Premier League. Di bawah kepemimpinan Mikel Arteta, The Gunners berhasil mencatatkan 19 pertandingan tanpa kekalahan melawan klub-klub elite seperti Manchester City, Manchester United, Chelsea, Liverpool, dan Tottenham Hotspur.
Kemenangan 1-0 atas Chelsea pada Maret 2025 semakin memperpanjang tren positif ini, membuktikan bahwa Arsenal kini bukan lagi tim yang mudah dikalahkan oleh rival-rival mereka.
Dari 'Anak Kecil' Menjadi Penantang Serius
Dalam beberapa tahun terakhir, Arsenal sering dianggap sebagai tim yang kurang mampu bersaing dengan para raksasa Premier League. Namun, di era Mikel Arteta, narasi itu telah berubah total.
Menurut Charles Watts, pakar sepak bola yang mengikuti Arsenal, peningkatan ini mencerminkan kekuatan taktik The Gunners saat menghadapi lawan-lawan yang bermain terbuka.
"Statistik ini menunjukkan bahwa Arsenal lebih unggul ketika melawan tim-tim besar yang menerapkan gaya menyerang. Mereka bisa memanfaatkan ruang yang tersedia dan bermain dengan lebih efektif," ujar Watts.
Namun, ia juga menyoroti tantangan Arsenal ketika menghadapi tim-tim yang lebih defensif dan bermain bertahan.
"Yang masih menjadi kendala bagi Arsenal adalah saat menghadapi tim yang bermain pragmatis. Mereka harus bisa menemukan solusi untuk membongkar pertahanan rapat agar bisa lebih konsisten meraih kemenangan," tambahnya.
Rekor Tak Terkalahkan: Ujian Sejati Menanti
Sejak kekalahan terakhir mereka dari Manchester City pada April 2023, Arsenal terus menunjukkan ketangguhan. Jika mereka berhasil menghindari kekalahan melawan Liverpool pada Mei 2025, mereka akan mencatatkan dua musim beruntun tanpa kalah dari Big Six—prestasi yang sangat jarang terjadi di era Premier League modern.
Meski ada sedikit perbedaan dalam laporan terkait jumlah pertandingan tak terkalahkan Arsenal—dengan beberapa sumber menyebut 19 pertandingan, sementara yang lain menyebut 20 pertandingan—semua sepakat bahwa Arsenal telah berkembang pesat dalam menghadapi rival-rival terbesar mereka.
Transformasi Arsenal di Era Arteta
Keberhasilan Arsenal dalam mengubah performa mereka melawan tim-tim besar tidak terlepas dari transformasi yang dibawa oleh Mikel Arteta.
Dulu, pertandingan melawan Big Six sering kali berakhir dengan kekalahan telak. Namun, kini Arsenal tampil lebih solid, terutama dalam aspek pertahanan. Lini belakang mereka kini jauh lebih tangguh, dengan jumlah kebobolan yang minim dalam banyak pertandingan penting.
Meski lini serang masih bisa ditingkatkan lebih jauh, dasar pertahanan yang kuat telah menjadi fondasi keberhasilan Arsenal dalam menghadapi tim-tim besar.
Tantangan Arsenal: Bisa Tak Kalah, tapi Kapan Juara?
Meski rekor tak terkalahkan melawan Big Six sangat mengesankan, ada satu pertanyaan besar yang masih menghantui Arsenal: bisakah mereka mengubah performa impresif ini menjadi gelar juara?
Menurut Charles Watts, Arsenal harus memastikan bahwa mereka tidak hanya tampil hebat melawan tim besar, tetapi juga tetap konsisten saat menghadapi lawan yang lebih kecil.
"Mereka harus memanfaatkan momentum ini untuk memenangkan pertandingan-pertandingan yang lebih mudah di atas kertas. Itu yang akan menentukan apakah mereka bisa menjadi juara atau tidak," ujar Watts.
Ia juga menambahkan bahwa meskipun Arsenal telah mendominasi Big Six, mereka belum berhasil mengangkat trofi Premier League selama periode itu.
"Ini pasti sangat membuat frustrasi bagi para pendukung Arsenal. Arteta dan timnya harus menemukan cara untuk menerjemahkan keunggulan ini menjadi gelar juara," tutupnya.
Ujian Berikutnya: Liverpool Menanti
Arsenal akan menghadapi Liverpool pada Mei 2025, yang bisa menjadi momen penentu apakah mereka bisa mempertahankan tren tak terkalahkan mereka atau tidak. Jika mereka berhasil melewati laga ini tanpa kekalahan, semakin sulit untuk menyangkal bahwa Arsenal kini adalah kekuatan utama di Premier League.
Namun, pertanyaan terbesar tetap ada: bisakah mereka mengakhiri musim dengan trofi di tangan?