Sumber foto: Google

Zonasi PPDB Bikin Frustrasi, Siswa Berprestasi Justru Tersingkir dari Sekolah Unggulan!

Tanggal: 17 Mei 2025 13:36 wib.
Tampang.com | Kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) berbasis zonasi kembali menuai kritik. Sejumlah siswa dengan prestasi akademik tinggi justru gagal masuk sekolah negeri favorit hanya karena lokasi tempat tinggal yang tidak sesuai zonasi.

Sistem Zonasi Dinilai Tak Akurat dan Tidak Adil
Sejak diberlakukan pada 2017, sistem zonasi bertujuan memeratakan akses pendidikan. Namun dalam praktiknya, banyak orang tua merasa kebijakan ini justru merugikan anak-anak yang memiliki capaian akademik tinggi tapi tinggal di luar wilayah zonasi.

“Anak saya juara olimpiade matematika tingkat kota, tapi gagal masuk SMA Negeri 1 karena jaraknya 200 meter di luar zona,” ujar Yuniarti, orang tua siswa dari Surabaya.

Sekolah Favorit Jadi Milik yang Berdekatan, Bukan yang Berprestasi
Kritik datang dari banyak daerah, di mana sekolah-sekolah unggulan kini lebih banyak diisi siswa berdasarkan jarak rumah, bukan kemampuan. Akibatnya, siswa berprestasi justru tersebar di sekolah yang kualitasnya belum merata.

“Zonasi hanya masuk akal jika kualitas semua sekolah setara. Faktanya, ketimpangan masih besar,” ujar Dimas Arif, pengamat pendidikan dari EduWatch.

Peluang Kecurangan dan Titipan Semakin Marak
Fenomena manipulasi domisili dan titipan makin sering terjadi. Tak sedikit orang tua yang rela menyewa rumah dekat sekolah favorit demi meloloskan anak mereka.

“Ini hanya menambah ketimpangan baru. Yang punya uang tetap bisa ‘menyesuaikan’ zonasi, sedangkan yang benar-benar miskin dan berprestasi justru tertinggal,” tambah Dimas.

Revisi Kebijakan Dinilai Mendesak, Pemerintah Harus Evaluasi Serius
Pakar dan pemerhati pendidikan mendorong Kementerian Pendidikan untuk mengevaluasi sistem zonasi dengan memasukkan jalur prestasi lebih proporsional dan memperbaiki pemerataan kualitas sekolah secara riil, bukan sekadar di atas kertas.

“Kalau tujuannya pemerataan, bukan berarti mengorbankan mereka yang punya potensi besar,” tegas Dimas.

Pendidikan Seharusnya Mendorong Prestasi, Bukan Menghambatnya
Banyak siswa dan orang tua mulai kehilangan kepercayaan pada sistem yang semestinya memfasilitasi masa depan anak. Pendidikan publik dinilai gagal menjawab tantangan meritokrasi dan keadilan sosial jika prestasi tak lagi dianggap penting.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved