Sumber foto: Google

Waspada! Iming-Iming Uang Bisa Buat Anda Kehilangan Data Biometrik Permanen

Tanggal: 10 Mei 2025 11:49 wib.
Tampang.com | Bekasi tengah jadi sorotan setelah sejumlah warga rela menyerahkan data biometrik retina demi imbalan uang tunai hingga Rp800.000. Fenomena ini terkait dengan penggunaan aplikasi Worldcoin dan sistem identitas digital World ID, yang kini tengah menuai polemik di berbagai belahan dunia.

Worldcoin dan Teknologi Pemindai Retina: Apa Itu dan Bagaimana Cara Kerjanya?

Worldcoin adalah proyek jaringan keuangan global berbasis mata uang kripto. Sistem ini memungkinkan pengguna memperoleh akses ke berbagai token seperti Bitcoin, Ethereum, hingga USDC. Namun, untuk mendapatkan akses tersebut, pengguna harus melewati proses verifikasi identitas melalui pemindaian retina menggunakan perangkat khusus bernama Orb.

Perangkat ini memindai pola iris mata pengguna untuk menciptakan kode unik yang disebut IrisCode. Kode ini digunakan sebagai identitas digital permanen—yang artinya, sekali data direkam, tidak bisa diubah atau diganti seperti kata sandi.

Daya Tarik Uang Tunai, Ancaman Serius Privasi

Di Indonesia, khususnya di wilayah Bekasi, sejumlah warga diketahui mengikuti program ini karena tergiur oleh tawaran uang tunai mulai dari Rp180.000 hingga Rp800.000. Sayangnya, di balik iming-iming materi, tersembunyi risiko besar: penjualan data pribadi secara tidak sadar.

Di negara lain seperti Spanyol, otoritas perlindungan data bahkan sudah melarang operasional Worldcoin karena khawatir terhadap kebocoran data biometrik. Di Brasil, kasus kebocoran data serupa melonjak drastis dari 906 kasus pada tahun 2023 menjadi lebih dari 4.000 kasus pada 2024.

Literasi Digital Rendah, Risiko Meningkat

Salah satu tantangan besar di Indonesia adalah rendahnya literasi digital. Berdasarkan data Indeks Masyarakat Digital Indonesia tahun 2024, skor kecakapan digital masyarakat masih berada di angka 43,34 dari 100—kategori sedang, tapi mengkhawatirkan.

Rendahnya kesadaran ini membuat masyarakat rentan dieksploitasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, terutama dalam hal penggunaan data pribadi.

Pakar Peringatkan Bahaya Penyalahgunaan Data Biometrik

Dosen Literasi Media Universitas Pertamina, Ita Musfirowati Hanika, mengingatkan bahwa masyarakat sering kali tidak sadar bahwa data biometrik—seperti pola iris, sidik jari, hingga bentuk wajah—juga termasuk data pribadi yang sangat sensitif.

"Berbeda dengan kata sandi yang bisa diganti jika bocor, data biometrik bersifat permanen dan melekat langsung pada tubuh kita. Begitu bocor, risikonya bisa seumur hidup," ujar Ita dalam pernyataan resminya, Sabtu (10/5/2025).

Solusinya: Edukasi dan Literasi Digital yang Lebih Masif

Ita menekankan pentingnya edukasi digital secara luas, melalui pelatihan, seminar, hingga kampanye publik agar masyarakat lebih paham risiko membagikan data pribadi.

"Literasi digital bukan hanya soal bisa pakai teknologi, tapi juga soal memahami bahaya di balik penggunaannya. Masyarakat perlu berpikir dua kali sebelum menyerahkan informasi biometrik kepada pihak asing atau aplikasi tak dikenal," jelasnya.

Kesimpulan: Jangan Jual Data Diri demi Imbalan Sementara

Dengan semakin majunya teknologi, tantangan baru terhadap privasi dan keamanan digital pun ikut meningkat. Kasus Worldcoin menjadi pengingat bahwa kesadaran dan kehati-hatian adalah benteng utama dalam menjaga data pribadi—apalagi yang berkaitan langsung dengan tubuh kita.


Lindungi data pribadimu, karena tidak semua yang mengkilap layak untuk dikejar—terutama jika yang dipertaruhkan adalah identitasmu yang tidak bisa diganti.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved