Wartawan Tempo Jadi Korban Kekerasan Saat Liput Aksi May Day di Semarang
Tanggal: 2 Mei 2025 08:10 wib.
Tampang.com | Kericuhan mewarnai aksi peringatan Hari Buruh atau May Day di Kota Semarang, Jawa Tengah, pada Kamis (1/5/2025). Selain menyebabkan penangkapan puluhan demonstran, insiden ini juga menyeret nama seorang jurnalis Tempo, Jamal Abdun Nashr (32), yang menjadi korban kekerasan oleh aparat saat tengah menjalankan tugas jurnalistik.
Aksi Damai Berubah Ricuh Saat Sore Hari
Aksi yang awalnya berlangsung damai oleh gabungan serikat buruh di kawasan Jalan Pahlawan, berubah menjadi tegang menjelang sore. Sekitar pukul 17.15 WIB, massa berpakaian hitam mulai melemparkan benda ke arah kantor Gubernur Jawa Tengah, termasuk botol, batu, dan pagar pembatas taman.
Tak berselang lama, aparat mulai melakukan penangkapan secara paksa terhadap sejumlah peserta aksi. Ketegangan memuncak di depan Kantor Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah, ketika aparat mulai menarik para demonstran dan menggiring mereka ke arah Kantor Dinas Sosial setempat.
Jurnalis Tempo Dipukul dan Dibanting Saat Rekam Penangkapan
Jamal Abdun Nashr yang tengah bertugas merekam proses penangkapan mengaku tiba-tiba ditarik oleh seseorang yang diduga aparat berpakaian sipil. Ia sempat menunjukkan kartu pers dan menyatakan dirinya adalah wartawan. Namun, itu tak menghentikan aksi kekerasan yang diterimanya.
"Karena menurutku cara menangkapnya tidak manusiawi, aku dokumentasikan. Tapi setelah itu aku langsung ditarik, dipiting, bahkan dibanting. Waktu itu aku sempat bilang aku wartawan dan menunjukkan ID Pers," ujar Jamal.
Ia juga menyebut bahwa ponselnya diminta oleh aparat dan video rekaman yang diambilnya hilang dari galeri. “Entah dihapus atau bagaimana, yang jelas file-nya tidak ada lagi di HP,” tambahnya.
Diselamatkan Oleh Rekan Jurnalis
Beruntung, beberapa jurnalis lain yang berada di lokasi dengan sigap membantu Jamal dan mencegahnya dibawa lebih jauh oleh aparat. Rekan-rekan media juga merekam perlakuan aparat yang dianggap berlebihan terhadap massa aksi, termasuk jurnalis yang tengah bekerja.
“Aku tidak pasrah begitu saja, tetap berusaha bertahan dan tenang. Tapi tetap saja kena. Ini bukan pertama kalinya aku mengalami hal seperti ini,” ucap Jamal.
Pihak Kepolisian Masih Dalami Insiden
Menanggapi kejadian tersebut, Kapolrestabes Semarang Kombes Pol M. Syahduddi mengaku belum mengetahui secara pasti status Jamal sebagai jurnalis. Ia menyebut akan mendalami laporan tersebut.
“Saya belum menemukan itu, apakah yang bersangkutan wartawan, mahasiswa, atau dari kelompok anarko. Akan kami dalami,” kata Syahduddi.
Polisi Sebut Ada Kelompok Anarko di Balik Kerusuhan
Sementara itu, Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Artanto menuturkan bahwa kericuhan dipicu oleh kelompok yang disebutnya sebagai “anarko”. Menurut Artanto, kelompok ini bergabung dengan massa aksi mahasiswa dan memicu tindakan anarkistis.
“Mereka melempar, membakar, menyerang petugas. Kami membubarkan sesuai SOP, termasuk menggunakan gas air mata dan water cannon,” ujarnya.
Desakan Evaluasi Terhadap Kekerasan pada Wartawan
Insiden yang menimpa Jamal menambah daftar panjang kekerasan terhadap jurnalis saat meliput aksi demonstrasi. Sejumlah organisasi pers dan aktivis HAM mulai menyerukan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap cara aparat menangani massa, khususnya dalam konteks peliputan oleh jurnalis yang menjalankan tugas di lapangan.