Waduk di Inggris Alami Kekeringan untuk Pertama Kalinya dalam 69 Tahun

Tanggal: 15 Mei 2025 20:06 wib.
Belakangan ini, Inggris mengalami kekeringan yang signifikan, yang berdampak pada penurunan tingkat air di Waduk Woodhead yang terletak di Derbyshire. Kekeringan ini menjadi isu serius karena merupakan yang pertama kali terjadi dalam jangka waktu 69 tahun terakhir. Menurut laporan dari New Scientist pada Rabu, 14 Mei 2025, Waduk Woodhead berfungsi sebagai salah satu sumber utama pasokan air untuk kawasan Inggris barat laut. Sayangnya, saat ini kapasitas air di waduk tersebut hanya tersisa 69 persen, sebuah penurunan yang sangat mencolok jika dibandingkan dengan kapasitas 90 persen yang tercatat pada musim semi tahun lalu.

Badan Lingkungan Hidup Inggris mengungkapkan bahwa rendahnya debit air yang dapat ditampung di Waduk Woodhead menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan terjadinya kekeringan menyeluruh di seluruh Inggris saat memasuki musim panas yang akan datang. Kondisi ini menjadi perhatian serius khususnya bagi para petani. Permukaan air yang menurun serta prediksi bahwa kekeringan akan berlanjut membuat mereka merasa cemas akan masa depan tanaman mereka. Sebagian besar petani sangat bergantung pada air tanah untuk keperluan irigasi. Jika sumber air ini tidak mencukupi, potensi gagal panen menjadi sangat besar.

Rachel Hallos, Wakil Presiden Serikat Petani Nasional, menyatakan kepada ITV bahwa kondisi kering yang melanda Inggris saat ini, dipadukan dengan kurangnya curah hujan, telah memaksa para petani untuk mengairi ladang mereka lebih awal dari biasanya. Dia juga meminta kepada pemerintah untuk mengamankan pasokan air yang digunakan untuk kebutuhan konsumen. Dia menekankan bahwa selama periode kekurangan air, akses terhadap air harus tetap terjamin untuk masyarakat. Salah satu langkah yang diusulkan adalah melalui kebijakan perencanaan yang mendukung penyimpanan air di lahan pertanian, serta investasi dalam teknologi yang meningkatkan efisiensi penggunaan air, termasuk inovasi dalam menciptakan varietas tanaman yang lebih hemat air.

Turunnya tingkat air tidak hanya berpengaruh pada pertanian, tetapi juga dapat mengancam pasokan air bagi masyarakat dan sektor perusahaan. Pusat Ekologi dan Hidrologi Inggris (UKCEH) memperingatkan bahwa jika kondisi kering ini berlanjut, Inggris berpotensi mengalami krisis kekurangan air yang dapat berujung pada larangan penggunaan selang serta pembatasan pengaliran air untuk masyarakat dan perusahaan-perusahaan. Meskipun saat ini belum ada rencana konkret mengenai larangan penggunaan selang, namun pembatasan semacam itu mungkin diperlukan dalam beberapa bulan ke depan jika cuaca kering tak kunjung reda.

James Wallace, Kepala Eksekutif organisasi River Action, berpendapat bahwa krisis kekeringan ini sebenarnya dapat dihindari. Namun, sejumlah perusahaan dinilai tidak mematuhi peraturan yang ada, sehingga menyebabkan waduk menjadi kering dan sungai-sungai tercemar oleh limbah. Ironisnya, pemerintah justru memberlakukan denda sebesar 1.000 poundsterling (sekitar Rp 22 juta) bagi masyarakat yang melanggar larangan penggunaan selang, bukannya mempertegas tanggung jawab perusahaan dalam mengelola sumber daya air. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang sering kali menjadi korban dari kegagalan industri air.

Data UKCEH mencatat bahwa sejumlah daerah di Inggris telah mengalami aliran air terendah sejak Oktober hingga Maret sejak tahun 1958, dan semakin disoroti oleh fakta bahwa Inggris tidak membangun waduk baru selama lebih dari tiga dekade. Hal ini menjadikan Inggris sangat rentan terhadap ancaman kekeringan. Tingginya permukaan air di waduk saat ini berada di bawah rata-rata normal, akibat dari musim semi yang kering di berbagai wilayah.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved