Transportasi Publik Tak Kunjung Jadi Jawaban, Kemacetan Perkotaan Makin Kronis!
Tanggal: 17 Mei 2025 14:16 wib.
Tampang.com | Kemacetan di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan makin tak terkendali. Kendaraan pribadi terus bertambah, sementara transportasi publik dinilai belum memadai, baik dari sisi jangkauan maupun kenyamanan.
Kendaraan Pribadi Meningkat, Jalan Tak Bertambah
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kendaraan bermotor meningkat lebih dari 5% tiap tahun, sedangkan penambahan panjang jalan tidak sebanding. Akibatnya, volume kendaraan melampaui kapasitas jalan.
“Rata-rata warga masih memilih kendaraan pribadi karena angkutan umum tidak menjangkau banyak area,” ujar Rifky, peneliti transportasi dari ITS.
Transportasi Massal Belum Terintegrasi
Meski sejumlah proyek seperti MRT, LRT, dan BRT telah diluncurkan, masalah integrasi dan konektivitas antarmoda masih jadi kendala. Warga kesulitan berpindah moda karena minimnya fasilitas transit yang nyaman dan efisien.
“Kalau naik angkutan umum harus ganti tiga kali dan jalan kaki jauh, akhirnya tetap pakai motor,” kata Lina, warga Tangerang Selatan.
Masalah Kualitas dan Keamanan Tak Kalah Krusial
Faktor kenyamanan, keterlambatan, dan minimnya rasa aman—terutama bagi perempuan—juga membuat banyak orang enggan meninggalkan kendaraan pribadi. Bus yang tak ber-AC dan halte yang kumuh masih jadi pemandangan umum di daerah pinggiran.
“Transportasi massal harusnya memberi rasa aman dan nyaman, bukan sekadar murah,” tegas Rifky.
Solusi: Kebijakan Serius, Bukan Sekadar Proyek Gagah-Gagahan
Pemerintah pusat dan daerah perlu menyusun kebijakan transportasi yang berkelanjutan: pembangunan jaringan transportasi terpadu, disinsentif kendaraan pribadi, serta penyediaan ruang pejalan kaki dan pesepeda yang aman.
Mobilitas Adalah Hak, Bukan Kemewahan
Jika mobilitas hanya bisa dinikmati mereka yang punya kendaraan pribadi, maka kota akan gagal menjadi ruang hidup yang inklusif. Transportasi publik seharusnya menjadi tulang punggung mobilitas rakyat.