Sumber foto: Kompas.com

Tragedi Ledakan Amunisi Garut: Dari Lokasi Terpencil Menjadi Dekat Permukiman Warga

Tanggal: 26 Mei 2025 23:04 wib.
Tampang.com | Garut – Sebuah insiden ledakan tragis yang bersumber dari pemusnahan amunisi tidak layak pakai terjadi di Pantai Cibalong, Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, pada Senin, 12 Mei 2025. Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Wahyu Yudhayana mengungkapkan bahwa ledakan amunisi ini terjadi di salah satu lubang amunisi afkir atau tidak layak pakai yang telah disiapkan.


Pengecekan Prosedur Awal yang Dinyatakan Aman

Brigjen Wahyu menjelaskan, jajaran Gudang Pusat Amunisi dan Pusat Peralatan TNI AD telah melakukan pengecekan prosedur dan lokasi pada Senin pukul 09.30 WIB sebelum kegiatan dimulai. "Pada awal kegiatan secara prosedur telah dilaksanakan pengecekan terhadap personel maupun yang berkaitan dengan lokasi peledakan, dan semuanya dinyatakan dalam keadaan aman," ujar Wahyu dalam konferensi persnya, memastikan bahwa tahapan awal telah sesuai SOP.


Dua Lubang Sumur Berhasil Diledakkan dengan Sempurna

Setelah pengecekan, tim penyusun amunisi dari TNI AD melakukan persiapan pemusnahan di dalam dua lubang sumur yang telah disiapkan sebelumnya. Setelah itu, tim penyusun amunisi kembali ke pos masing-masing untuk melaksanakan pengamanan. Peledakan amunisi afkir di dua lubang sumur tersebut pun berhasil dilakukan. "Peledakan di dua sumur ini berjalan dengan sempurna dalam kondisi aman," kata Wahyu, menggambarkan keberhasilan awal operasi.


Ledakan Fatal dari Lubang Detonator yang Belum Terduga

Namun, di luar dua lubang yang berhasil diledakkan, terdapat satu lubang sumur lain yang peruntukannya khusus untuk menghancurkan detonator, termasuk sisa detonator yang berkaitan dengan amunisi tidak layak pakai tersebut. “Saat tim penyusun amunisi menyusun detonator di dalam lubang tersebut, secara tiba-tiba terjadi ledakan dari dalam lubang yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia," ujar Wahyu, menguraikan detik-detik tragis insiden tersebut.


Perubahan Karakteristik Lokasi: Dari Terpencil Menjadi Dekat Permukiman

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayor Jenderal (Mayjen) Kristomei Sianturi, menjelaskan bahwa lokasi peledakan amunisi di Desa Sagara, Garut, Jawa Barat, dahulu kala adalah tempat yang sangat terpencil dan jauh dari pemukiman warga. "Pada saat itu, itu in the middle of nowhere, jauh dari mana-mana," kata Kristomei usai rapat tertutup di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (26/5/2025).


Perkembangan Penduduk Membuat Permukiman Mendekat

Namun, seiring dengan perkembangan penduduk dan pertumbuhan wilayah, terjadi perubahan drastis pada karakteristik lokasi. "Tapi sekarang dengan perkembangan penduduk, makanya semakin dekat. Ketika ada satuan TNI di situ, yang dulu jauh dari mana-mana, lama-kelamaan masyarakat merapat," ujar Kristomei, menjelaskan fenomena urbanisasi yang membuat area latihan militer kini berdekatan dengan tempat tinggal warga.


Jarak Hanya 3 Kilometer dari Lokasi Ledakan

Mayjen Kristomei mengungkapkan bahwa jarak rumah ratusan warga Desa Sagara tidak lebih dari 3 kilometer dari lokasi peledakan. Ia juga menuturkan bahwa tempat atau lokasi ledakan sudah memiliki perjanjian resmi sejak tahun 1985. Kenyataan makin mendekatnya pemukiman warga ini diakuinya menjadi salah satu kendala signifikan yang dihadapi oleh TNI dalam operasionalnya.


Urgensi Sinkronisasi Tata Ruang Wilayah dengan Pemda

Oleh karenanya, Kristomei menilai bahwa pemerintah daerah (pemda) perlu melakukan sinkronisasi dengan satuan TNI dalam perencanaan tata ruang wilayah. "Sehingga tidak setiap bangun sini nanti pindah lagi, karena masyarakat juga mendekat. Di mana boleh ada perumahan, di mana tempat latihan. Nah, itu yang perlu sinkronisasi antara pemerintah daerah dan TNI," ucap Kristomei, menekankan pentingnya koordinasi untuk menghindari konflik kepentingan.


Evaluasi Lokasi Peledakan oleh Kasad

Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal Maruli Simanjuntak menambahkan bahwa pihaknya akan mengevaluasi lokasi peledakan ini, mengingat posisinya kini semakin dekat dengan pemukiman warga. Menurutnya, lokasi yang terlalu dekat membuat masyarakat, yang tadinya hanya membantu memasak, ikut bergabung dalam kegiatan yang berbahaya. "Sekarang pemukiman dekat, dan masyarakat itu ikut-ikut bergabung, tadinya hanya membantu memasak. Akhirnya mungkin itulah salah satu juga yang membuat kita harus evaluasi, mungkin masyarakat ikut-ikut bantu," jelasnya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved