Sumber foto: Canva

Tradisi Unik Pernikahan di Indonesia yang Masih Bertahan hingga Kini

Tanggal: 1 Sep 2025 14:06 wib.
Indonesia, dengan keragaman budayanya yang melimpah, menyimpan kekayaan tradisi pernikahan yang begitu unik. Setiap suku, dari Sabang sampai Merauke, memiliki ritual dan adat istiadat yang telah diwariskan secara turun-temurun. Tradisi-tradisi ini adalah simbol mendalam yang melambangkan penghormatan terhadap leluhur, doa restu untuk kehidupan baru, dan penguatan ikatan kekeluargaan. Meskipun zaman terus berubah, banyak dari tradisi ini masih bertahan, menjadi bagian tak terpisahkan dari upacara sakral penyatuan dua insan.

Siraman, Rangkaian Simbolis di Tanah Jawa

Salah satu tradisi paling terkenal dari Jawa adalah upacara Siraman. Prosesi ini biasanya dilakukan sehari sebelum akad nikah. Siraman memiliki makna pensucian diri, membersihkan jiwa dan raga calon pengantin dari segala hal buruk sebelum memulai hidup baru. Air yang digunakan pun bukan sembarang air, melainkan campuran air dari tujuh sumber mata air yang berbeda, melambangkan harapan agar calon pengantin mendapat berkah dari alam dan tujuh penjuru mata angin.

Acara Siraman juga diiringi dengan ritual lain seperti Dulangan Pungkasan (suapan terakhir dari orang tua), yang melambangkan kasih sayang orang tua yang tak pernah putus. Puncak dari tradisi ini adalah ketika calon pengantin dikelilingi oleh keluarga besar yang memandikan mereka dengan air kembang. Setiap cipratan air adalah doa dan restu, menjadikan momen ini sangat sakral dan emosional. Setelah Siraman, calon pengantin akan dikeringkan dengan handuk oleh ayah dan ibu, menandakan kesiapan mereka untuk menempuh hidup baru dengan bersih dan suci.

Palang Pintu, Saling Pantun di Jakarta

Beralih ke ibu kota, suku Betawi punya tradisi pernikahan yang unik dan penuh humor, yaitu Palang Pintu. Prosesi ini dilakukan saat rombongan pengantin laki-laki tiba di rumah pengantin perempuan. Di depan pintu, mereka diadang oleh jagoan dari pihak mempelai perempuan. Bukan dengan perkelahian fisik, tapi dengan adu pantun dan jurus silat. Pertunjukan ini melambangkan niat baik pengantin laki-laki untuk mendapatkan restu, di mana ia harus membuktikan keberanian dan kemampuannya untuk melindungi calon istrinya.

Pantun-pantun yang dilontarkan seringkali lucu dan jenaka, penuh dengan sindiran dan rayuan. Sementara itu, adu jurus silat tidak bertujuan untuk saling melukai, melainkan untuk menunjukkan keahlian masing-masing. Setelah jagoan dari pihak pengantin laki-laki berhasil "mengalahkan" jagoan dari pihak perempuan, ia baru diizinkan masuk untuk melangsungkan akad nikah. Tradisi ini tidak hanya menghibur, tapi juga merefleksikan karakter masyarakat Betawi yang terbuka, humoris, dan penuh persaudaraan.

Mapacci, Pensucian Diri di Sulawesi Selatan

Di suku Bugis-Makassar, Sulawesi Selatan, ada tradisi yang disebut Mapacci. Ritual ini adalah bagian dari rangkaian pernikahan yang dilakukan malam hari sebelum hari H. Calon pengantin akan duduk di atas tumpukan bantal dan dioleskan daun pacci (daun pacar) ke telapak tangan. Prosesi ini dilakukan oleh kerabat terdekat, biasanya dimulai dari orang tua, kemudian diikuti oleh saudara-saudara yang telah menikah.

Tradisi Mapacci memiliki makna yang dalam, yaitu membersihkan calon pengantin dari segala kesalahan dan dosa di masa lalu. Daun pacci melambangkan kesucian dan harapan agar calon pengantin memiliki hidup yang bersih dan suci setelah menikah. Selain itu, tradisi ini juga merupakan doa restu dari para kerabat, yang berharap agar pernikahan mereka langgeng dan bahagia. Ritual ini menjadi momen yang sangat sakral dan penuh haru, di mana calon pengantin merasakan dukungan dan kasih sayang dari seluruh keluarga.

Tradisi Menginjak Telur di Berbagai Suku

Tradisi menginjak telur juga ditemukan di beberapa suku di Indonesia, seperti Jawa dan Sunda. Ritual ini biasanya dilakukan setelah akad nikah atau upacara pemberkatan. Pengantin laki-laki akan menginjak sebutir telur mentah hingga pecah, lalu pengantin perempuan akan membersihkan kaki suaminya. Makna dari ritual ini sangat kaya.

Pecahnya telur melambangkan pecahnya keperawanan dan keperjakaan, menandai dimulainya kehidupan baru sebagai suami istri. Ritual membersihkan kaki melambangkan bakti istri kepada suaminya. Secara simbolis, tradisi ini juga melambangkan kesiapan kedua mempelai untuk mengatasi segala rintangan dalam rumah tangga bersama-sama. Mereka harus bersiap menghadapi segala "kotoran" dan "pecahan" dalam hidup, dan saling membantu untuk membersihkannya. Tradisi ini adalah pengingat bahwa pernikahan adalah tentang saling melayani dan berjuang bersama.

Menjaga Warisan Budaya

Meskipun zaman modern menawarkan kemudahan dan kepraktisan, banyak tradisi pernikahan ini yang masih dipertahankan. Generasi muda kini semakin menyadari pentingnya melestarikan warisan budaya leluhur. Mereka melihat tradisi-tradisi ini bukan sebagai ritual kuno yang membebani, melainkan sebagai jembatan yang menghubungkan mereka dengan identitas dan akar budaya yang kuat.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved