Tradisi Jenang Lebaran di Desa Boto: Simbol Kebersamaan dan Silaturahmi
Tanggal: 30 Mar 2025 12:02 wib.
Tampang.com | Lebaran tak hanya menjadi momen berkumpul bersama keluarga, tetapi juga saat yang tepat untuk menjaga tradisi turun-temurun. Di Desa Boto, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, ada satu tradisi unik yang terus dilestarikan, yaitu membuat jenang bersama. Tradisi ini bukan sekadar memasak makanan khas, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan silaturahmi antarwarga.
Menurut Sjaichul Hadi, mantan Kepala Desa Boto yang kini menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten Semarang, pembuatan jenang ini telah berlangsung sejak lama dan selalu dilakukan setiap menjelang Lebaran.
"Ini sudah menjadi kebiasaan turun-temurun. Setiap Lebaran, warga bergotong-royong membuat jenang di dapur bersama-sama," ujarnya.
Makna Filosofis di Balik Jenang
Bukan sekadar makanan khas, jenang juga memiliki makna yang mendalam bagi warga Desa Boto. Sjaichul menjelaskan bahwa jenang melambangkan persatuan dan kebersamaan.
"Bahan-bahannya berasal dari berbagai unsur, ada tepung beras, gula jawa, dan kelapa. Semua dicampur menjadi satu hingga menghasilkan jenang yang lengket, melambangkan eratnya persaudaraan yang tidak mudah tercerai-berai," jelasnya.
Proses pembuatannya yang panjang dan harus terus diaduk tanpa henti juga mencerminkan kesabaran dan kerja sama. Semua orang memiliki peran dalam pembuatan jenang, sehingga tradisi ini menjadi momen mempererat hubungan antarwarga.
Proses Pembuatan yang Penuh Kebersamaan
Pembuatan jenang dimulai dari mengolah kelapa menjadi santan, yang kemudian dimasak hingga mengeluarkan minyak. Setelah itu, semua bahan dicampurkan dan diaduk terus-menerus sampai mencapai tekstur yang kenyal dan lembut.
"Mengaduk jenang ini tidak boleh berhenti hingga mendapatkan kekentalan yang pas. Ini membutuhkan tenaga dan ketekunan, sehingga dilakukan secara bergantian oleh warga," kata Sjaichul.
Walaupun prosesnya panjang, warga tidak menganggapnya sebagai beban. Justru, mereka menikmati kebersamaan dalam setiap tahap pembuatan jenang.
Berbagi Jenang: Tradisi Mempererat Silaturahmi
Setelah jenang matang, warga tidak menyimpannya untuk diri sendiri. Sebaliknya, mereka membagikannya kepada sanak saudara dan tetangga.
"Tujuan dari tradisi ini adalah agar semua bisa menikmati dan semakin rekat dalam silaturahmi," ungkap Sjaichul.
Selain menjadi hidangan khas Lebaran, jenang juga menjadi simbol bahwa berbagi kebahagiaan tidak harus dalam bentuk barang mewah. Tradisi ini mengajarkan nilai kepedulian, kebersamaan, dan gotong royong, yang merupakan inti dari kehidupan bermasyarakat.
Dengan tetap melestarikan pembuatan jenang setiap tahun, warga Desa Boto menjaga tradisi yang sarat makna, sekaligus menjadikan Lebaran lebih istimewa dengan rasa kebersamaan yang erat.