Sumber foto: Google

Tradisi Dipakai Demi Konten, Warisan Budaya Kita Mau Dibawa ke Mana?

Tanggal: 17 Mei 2025 13:21 wib.
Tampang.com | Dalam era digital saat ini, budaya Nusantara tengah mengalami transformasi cepat—bukan hanya dalam bentuk pelestarian, tetapi juga dalam cara budaya dikemas dan dikonsumsi publik. Sayangnya, banyak nilai luhur warisan tradisional kini tergerus karena dibajak untuk kepentingan komersial dan konten semata.

Tarian Adat Dijadikan Gimmick, Makna Mulai Hilang
Dari acara pernikahan mewah hingga konten media sosial, tradisi seperti tari adat, pakaian daerah, hingga ritual keagamaan lokal kerap dijadikan elemen estetika tanpa memperhatikan makna filosofis dan sejarahnya.

“Banyak yang pakai tari Bali atau Minang sebagai pembuka acara, tapi tak tahu maknanya. Ini degradasi budaya yang dibungkus modernitas,” ujar Dira Rantika, antropolog budaya dari Universitas Negeri Yogyakarta.

Komersialisasi Tradisi Jadi Tren Baru
Tidak sedikit pelaku usaha yang mengemas budaya lokal untuk pariwisata atau konten hiburan demi cuan. Meskipun membantu eksistensi budaya, pendekatan ini seringkali mengorbankan orisinalitas dan kedalaman nilai.

“Kalau semuanya hanya demi views dan likes, maka budaya akan kehilangan ruh-nya,” tambah Dira.

Pelestarian yang Seremonial dan Tidak Substansial
Seringkali, upaya pelestarian yang digagas oleh pemerintah bersifat seremonial belaka. Festival budaya diadakan setiap tahun, tetapi regenerasi seniman dan edukasi nilai-nilai budaya di sekolah-sekolah sangat minim.

Anak Muda Melek Budaya, Tapi Superfisial
Generasi muda memang tertarik pada budaya lokal, tetapi kebanyakan hanya pada sisi visual atau tren—seperti baju adat untuk konten TikTok atau musik tradisional yang di-remix. Tanpa pendidikan budaya yang kontekstual, hal ini dikhawatirkan akan menciptakan pemahaman semu tentang identitas.

Pelestarian Sejati Butuh Keterlibatan Komunitas Asli
Para ahli menekankan pentingnya melibatkan komunitas adat dan pelaku budaya asli dalam merumuskan kebijakan dan narasi publik soal budaya. Bukan hanya agar autentik, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan terhadap akar sejarah dan nilai luhur.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved